Minggu, Februari 03, 2013
6
http://4.bp.blogspot.com/-KyRjNVZY1gE/UQyTdOhxPSI/AAAAAAAAPkw/fSwtTyv8qhw/s1600/1.jpgSEOUL-(IDB) : (Joint Direct Attack Munition) disingkat JADM merupakan jenis bom indigenous. Bom udara dulu merupakan sebuah bom yang dijatuhkan dari udara. Bom yang dijatuhkan dari pesawat terbang dari ketinggian tertentu. Hal ini tergantung pada kecepatan,ketinggian pesawat, lokasi dan berat untuk menjatuhkan bom disuatu tempat.
Pilot pesawat tempur biasanya mempertimbangkan kecepatan, ketinggian, dan mempertimbangkan berat bom yang akan dijatuhkan sesuai sasaran yang ditentukan, dan biasanya dilakukan oleh pilot yang sudah terlatih melakukan pengeboman.

Setelah bom tersebut meledakan sasaran biasanya menyisakan lubang besar pada target sasaran, selain itu pesawat tersebut harus segera pergi dari sasaran target untuk menghindari sebelum pesawat tempur musuh tiba di lokasi target tersebut. Hal ini dimaksudkan agar pesawat tersebut tidak melakukan duel udara.

JDAM sendiri dikembangkan pada tahun 90-an, dimana saat itu Boeing mempunyai ide membuat bom pintar seperti rudal balistik jarak jauh.

Model KFX Versi Canard
Prinsip JDAM sendiri sangat sederhana, yaitu menempatkan alat pemandu laser dan memasang sayap serta remote kontrol kecil pada bom tersebut. Sayap tersebut digunakan agar pilot bisa mengarahkan bom dengan tepat sesuai targer sasaran, selain itu dengan menggunakan sayap, bom tersebut terbang dengan sudut menurun dan memiliki jangkauan yang cukup jauh sampai puluhan kilometer berbeda dengan bom biasa yang jatuh secara vertikal.

Banyak negara yang ingin mengembangkan JDAM seperti buatan AS tapi hal itu bukanlah perkara yang mudah. Tapi menurut Defense Sciense Institute atau disebut juga ADD (Badan Pengembangan Pertahanan) telah mengembangkan bom JDAM dengan menggandeng LIG Nex1 yang telah diberi nama bom KGGB (Korean GPS Guided Bom).

Yang menjadi pertanyaan apakah GPS untuk JDAM menggunakan satelit AS?.

Karena dengan menggunakan GPS dari satelit AS, maka data informasi penggunakan bom tersebut akan mudah diketahui oleh pihak militer dan inteligen AS. Walaupun sebenarnya Korea merupakan sekutu dari Amerika Serikat tapi menggunan GPS dari AS sangat riskan, kecuali pihak AS mengirim dan memberikan informasi GPS tersebut.

Selain itu walaupun bom JDAM KGGB tidak memiliki sayar sebesar Boeing tetapi bentuk KGGB hampir mirip seperti yang dikembangkan oleh rivalnya yaitu JASSM (Joint Air-to-Surface Standoff Missile) buatan Lockheed Martin. Bom JASSM sendiri memiliki fitur stealth (siluman) dan memiliki kemampuan seperti rudal SLAM-ER, karena rudal SLAM-ER sendiri memiliki bentuk sayap yang besar dan efisen dalam bahan bakar serta mampu terbang sejauh 300 kilometer. Bom KGGB sendiri masih menggunakan kit induksi GPS Medium range dan memiliki kemampuan terbang lebih dari 100 km. Bila nanti KGGB memiliki kemampuan JASSM merupakan sebuah bom yang menakjubkan.
Model KFX Versi Konvensional
Bom JASSM memiliki peran penting dalam melakukan pengemboman di wilayah musuh (Korut), hal itu disebabkan karena terlalu banyaknya rudal pertahanan yang dimiliki negara tersebut yang membuat pesawat tempur Korsel jatuh sia-sia. Namun bila AS tidak mengijinkan pengadaan JASSM tersebut, maka ADD dan LIG Nex1 memiliki solusi dalam pengembangan KGGB tersebut.
Bom KGGB JASSM memiliki ukuran yang lebih kecil karena disesuaikan dengan pesawat tempur FA-50 dan F-5, tetapi memiliki kemampuan untuk menghancurkan bunker-bunker Korut yang bersembunyi dibalik gunung, selain itu bom KGGB JASSM merupakan solusi untuk FA-50 dan F-5 karena memiliki tangki bahan bakar yang kecil yang menjadi sasaran empuk bagi artileri pertahanan udara Korut serta mengamankan jalur bagi pesawat KF-16, F-4 Phantom dan F-15K untuk masuk melakukan penyusupkan kedalam jantung pertahanan Korut.

Selain itu ADD dan LIG Nex1 harus mengembangkan KGGB untuk pesawat tempur KFX dalam pengamankan dari ancaman rudal balistik nuklir milik Korut.





Sumber : Donga

6 komentar:

  1. Ini hanya sekedar kenangan tahun 1990-an dimana pada saat itu TNI telah dikenalkan dg "Smart Bomb" pad saat demo di Asembagus Jatim, pesawat A-4 Sky Hawk telah dicantelin Bomb Smart yg dipandu Laser mendemokan keakuratannya di depan para petinggi TNI. Pespur A-4 Sky Hawk lepas landas dari Lanud ABD Abdulrahman Saleh, Malang. Dan menjelang titik sasaran kira-kira 8 km jauhnya Bomb tsb di release dari pespur. Selanjutnya bomb dipandu oleh laser untuk mencapai sasaran dengan target persis di tengah kotak yg telah disiapkan sebelumnya.
    Dan, benar bomb tsb menembus kotak sasaran dengan jitu. Hal ini untuk menunjukkan bahwa bomb tsb telah membuktikan kinerjanya dg baik.
    Sehingga dimaksud, apabila sebelumnya pengeboman biasanya berakibat yg bukan sasaran juga ikut hancur, maka dg "Smart bomb" tsb hanya sasaran yg dituju saja yg akan hancur atau rusak.
    Berkaitan dg penggunaan Smart Bomb tsb adalah pada waktu perang dg Irak, dimana untuk menghancurkan tiang-tiang jembatan di sungai Tigris telah dilaksanakan dg sukses oleh pesawat-pesawat A-4 Sky Hawk Kuwait dg hasil yg sangat memuaskan, dimana sebelumnya bebrapa sortie pesawat dari US Navy tidak berhasil melakukan.
    Perihal sasaran yg ditembus oleh Smart Bomb di Citekok, Asembagus, tsb saya tambah dengan handuk besar yang saya ambil dari hotel, tempat saya menginap. Ha....ha.....ha.....

    BalasHapus
  2. INI BOM SIAAAAAAAPPP MELEDAKAN KEPALA MALONEERS BIN BABI DALAM DALAM PERANG AMBALAT HAHAHAHA MALON ASUUUUU

    BalasHapus
  3. "Yang menjadi pertanyaan
    apakah GPS untuk JDAM
    menggunakan satelit AS?".

    Ga terlalu pengaruh knpa??karna setiap mobile pesawat punya id dan pengamanan tentunya punya anti jamming tersendiri (klo perlu di ganti gpsnya)..

    trus kalo emg pake satelit Asu harus perang elektronik dulu gitu baru bisa ngeboom Lamaa dong..
    Insyur kita juga mikir kali hehehehe

    BalasHapus
  4. pesawatnya aja belum tentu jadi

    BalasHapus
  5. gak apa apa belum jadi juga...., toh gps itu bisa dipakai di rhan 200, misalnya,atau di roket yang lain jadi lain ceritanya!!!

    BalasHapus
  6. barangkali ada yg expert, utk bom seperti ini apakah pilot cukup melepas saja lalu lupakan, atau memang mengendalikan bom tersebut sampai kesasaran ? kalau memang seperti ini apakah tidak menambah workload pilot ?

    BalasHapus