Kamis, April 07, 2011
0
Satu dari empat CN-235 pesanan Korea  Selatan
SEOUL-(IDB):Indonesia meminta Korea Selatan kompensasi $20 juta USD  atas pinalti keterlambatan pengiriman CN-235 pesawat angkut dengan membeli Pesawat Latih T-50 Golden Eagle supersonik, yang juga dapat digunakan sebagai pesawat serang ringan.

Indonesia juga meminta Seoul membeli lagi empat pesawat CN-235 berdasarkan kesepakatan barter.
 
Pemerintah Seoul sedang mengkaji penawarkan positif tersebut, karena  Korsel sering mengalami kekalahan proses tender pengadaan pesawat latih T-50 di Singapura dan UEA beberapa waktu yang lalu.


Harga pesawat CN-235 buatan PT.DI mencapai $25 juta USD per unit, sama dengan harga pesawat latih T-50 buatan KAI dan Lockheed Martin yang mencapai $20-25 juta USD per unit.
Bila kesepakatan itu di setujui maka kontrak sebesar $400 juta USD untuk pembelian 16 pesawat latih T-50 akan turun menjadi sebesar $280 juta USD.

Pesawat latih T-50 Golden Eagle buatan Korea
"Walaupun kesepakatan itu sedikit merugikan pihak Korea Selatan, akan tetapi Korea juga di untungkan karena dengan disetujui kesepakatan tersebut maka untuk pertama kali Korea berhasil  menjual pesawat latih T-50 ke luar negeri."


Pekan lalu, Cheong Wa Dae secara resmi mengatakan kepada wartawan bahwa Indonesia akan segera mengumumkan bahwa Kai-Lockheed sebagai pemenang tender dalam program pengadaan pesawat  latih untuk Indonesia.

Sekretaris Presiden mengatakan bahwa Dephan Indonesia mengirimkan surat untuk mengkonfirmasikan atas pilihan T-50 sebagai pemenang tender. T-50 sendiri bersaing dengan Yak-130 Rusia dan L-158B Ceko.

Tetapi pihak Indonesia membantah akan hal itu.

Pada Desember 2008, Pemerintah Korsel memesan empat CN-235 untuk patrol maritime dengan nilai kontrak sebesar $100 juta USD dan PT.DI harus menyelesaikan pesawat tersebut paling lambat pada akhir 2010.

Dan sampai saat ini pesawat tersebut belum diterima oleh Korea Coast Guard (KCG).

“ PT.DI telah mengirim dokumen kepada kami dan mengatakan pengiriman akan ditunda dimana dua pesawatakan dikirim pada bulan Mei dan sisanya pada bulan Agustus”.

Setelah melakukan konsultasi dengan The Defense Acquisition Program Administration (DAPA), KCG akan melakukan negosiasi atas kompensasi kepada PT.DI karena keterlambatan pengiriman pesawat CN-235. Besar kompensasi tersebut sebesar $20 juta USD.

CN-235  memiliki mesin medium –range twin turboprop, pesawat ini dikembangkan bersama CASA Spanyol dan PT.DI yang sebelumnya IPTN. Pesawat ini digunakan untuk pesawat angkut VIP, Patroli maritime, transportasi udara dan angku pasukan.

Korsel telah memesan 20 unit CN-235, 12 antarnya dibangun di Spanyol dan delapan sisanya di Indonesia. Untuk pesawat patrol maritime telah dilengkapi dengan deteksi system radar dan system thermal imaging.

Indonesia merupakn mitra utama Korsel dalam bidang pertahanan. Korsel telah berhasil menjual pesawat latih dasr KT-1 dan ratusan kendaraan militer untuk Indonesia.

Dalam perremuan Desember lalu, Presiden Lee Myung-bak dan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sepakat pada upayauntuk bersama-sama memproduksi tank, kapal selam dan pesawat tempur.

Sumber: Korea Times

0 komentar:

Posting Komentar