Kamis, Juni 19, 2014
7
JAKARTA-(IDB) : Kebijakan pertahanan yang saat ini dianut Indonesia dinilai masih terlalu berorientasi pada konteks pertahanan darat. Padahal, hampir sebagian besar wilayah Indonesia merupakan wilayah laut.


Pengamat militer dari President University, Anak Agung Banyu Perwita mengatakan, kebijakan pertahanan Indonesia harus disusun ulang, dengan menempatkan laut sebagai orientasi terdepan dalam kebijakan itu. Namun, ia mengingatkan, agar dalam penyusunan itu dapat bersinergi dengan kebijakan politik luar negeri Indonesia.


“Posisi geografis Indonesia seharusnya dapat menentukan kebijakan pertahanan kita ke dalam konteks maritim. Tapi yang terjadi, kebijakan pertahanan masih terlalu berorientasi pada penguatan darat,” kata Banyu saat dihubungi Kompas.com, Rabu (18/6/2014).


Ia menjelaskan, saat ini negara-negara yang berada di sekitar Indonesia berlomba untuk mengembangkan kekuatan maritim mereka. Ia menilai, tantangan pertahanan dan keamanan negara di kawasan Asia Pasifik ke depan yakni bagaimana menerapkan kebijakan geostrategi ke arah penguatan laut.


Lebih jauh, Banyu menekankan, berbagai persoalan saat ini cenderung terjadi di laut, seperti konflik Laut China Selatan, hilangnya pesawat MH 370, dan pembangunan mercusuar di perbatasan Indonesia-Malaysia.


Jika orientasi pertahanan Indonesia sudah ke arah laut, maka kekuatan TNI Angkatan Laut akan meningkat secara beriringan. Pasalnya, negara tentu akan mengedepankan penambahan personel maupun alutsista TNI AL.


“Kalau sekarang kan alutsista laut kita masih jauh dari memadai,” ujarnya.




Sumber : Kompas

7 komentar:

  1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  2. Makanya Doktrin Pertahanan Indonesia harus Jelas dulu. Mau tetap mempertahankan Doktrin Hamkamrata, atau Doktrin baru yang ber oreintasi ke lautan / ke maritiman.
    Kalau Doktrinnya masih Hankamrata, ya berarti kekuatan darat yang di utamakan, kalau ber orientasi Ke lautan / maritim, ya Angkatan Laut dan Angkatan Udara yg di utamakan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. kan di Latgab 2014 yg baru lalu sudah diujikan doktrin baru, om. Doktrin yg sekarang mengahruskan TNI mampu menghancurkan lawan atau calon lawan jauh sebelum mereka mencapai daratan Indonesia. Artinya TNI AU dan TNI AL-nya harus kuat. He3... itu sebabnya di Latgab kemarin ada penembakan kapal musuh dengan 4 rudal dari 4 KRI TNI AL. Sayang aksi2 tempur jet TNI AU tdk bisa dinikmati mata kita yg awam.

      Hapus
    2. itu sih skenario latgab g ada hubnya dg doktrin.
      Sambil mencoba pembelian peluru kendali baru.
      Kalau memang benar Doktrinnya baru, mesti nya g ada penggempuran pantai besar2-an.
      Yang ada mestinya perang laut atau dogfight di udara serta penembalan rudal jarak jauh, sedang dan praktek perang elektronika.

      Hapus
  3. negara besar tanpa air power ..sea power bak orang kaya tanpa istri broo....merana tampa sebap tampa tujuan yg pasti sudah keliatan .

    BalasHapus
  4. Semua masih salah melihat indonesia..
    Indonesia dikelilingi ribuan pulau yang unik. Fungsi pertahanan lebih mudah dan murah ya dipulau pulau tersebut.
    Coba bandingkan antara Indonesia dan malaysia bila di dudukin musuh. Indonesia dapat melakukan serangan dari mana2 ..semua pulau bisa dijadikan sebagai basis pertahanan dan komando penyerbuan..
    Beda dengan malaysia dengan semenanjungnya dan darayan di kalimantan...dotrin perang akan jauh berbeda.
    Fungsi dan peran masinh angkatan akan berbeda porsi. Seperti perang TIMTIM menunjukkan peran AD paling besar, dan perang TIMTIM itulah sebagai pelajaran bagi doktrinPerang kita. Skenario perang TIMTIM akan sama dengan seluruh wilayah Indonesia.

    Merdeka

    BalasHapus
  5. Semua pulau di Indonesia bisa kita tempatkan apapun . Mencari kapal lebih mudah di banding mencari senjata di daratan.
    Menghamcurkan arsenal dilaut lebih gampanh dibandinh arsenal itu didaratan.
    Ini pengamat kayaknya masih belum pernah melihat Indonesia sebagai negara kepulauan..

    BalasHapus