JAKARTA-(IDB) : Panglima Armada Ke-7 Angkatan Laut Amerika Serikat (US Navy), Laksamana Madya (Vice Admiral) Scott H. Swift, mengatakan TNI Angkatan Laut memegang peranan yang sangat penting dan strategis di kawasan Asia Pasifik.
Hal itu dikatakannya saat melakukan kunjungan kehormatan kepada Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL), Laksamana TNI Dr. Marsetio, di Markas Besar Angkatan Laut (Mabesal), Cilangkap, Jakarta Timur, Jumat (14/6).
Menurut Panglima Armada ke-7 AS, Angkatan Laut AS akan selalu siap membantu TNI Angkatan Laut dalam hal mencapai dan menjaga stabilitas kawasan Asia.
Scott Swift berkunjung ke Mabesal dalam rangka berpamitan atas akhir jabatannya selaku Panglima Armada Ke-7 Amerika Serikat. Kunjungan ini merupakan kunjungan terakhirnya sebagai Panglima Armada ke 7. Setelah ini nanti, Laksamana Madya (Vice Admiral) Scott H. Swift akan bertugas di Pentagon untuk menjabat sebagai salah satu direktur pada Direktorat Koordinasi Staf di bawah Kasal Amerika Serikat.
Panglima Armada ke-7 tersebut, menyampaikan terima kasih atas jalinan hubungan kerja sama TNI Angkatan Laut dengan Armada Ke-7 Amerika Serikat, baik dalam bentuk latihan bersama, forum-forum pertemuan, dan kegiatan lainnya selama Laksamana Madya Scott H. Swift menjabat.
Selain itu, kesan-kesan mendalam juga disampaikan terhadap TNI Angkatan Laut terkait perannya di wilayah regional Asia Tenggara. Dia melihat adanya gerakan TNI Angkatan Laut menuju ke arah World Class Navy.
Sementara itu, Laksamana TNI Dr. Marsetio saat menerima tamunya menyampaikan ucapan terima kasih atas upaya, dedikasi, dan kepemimpinan Panglima Armada ke-7 Angkatan Laut Amerika Serikat (US Navy), Laksamana Madya (Vice Admiral) Scott H. Swift dalam meningkatkan hubungan kedua Angkatan Laut dalam berbagai bidang.
Marsetio meengharap kunjungan ini makin mempererat hubungan kerjasama antara kedua Angkatan Laut.
Pada pertemuan itu, Marsetio berkesempatan memberi cindera mata berupa sebuah buku karangannya berjudul The Role of The Indonesian Navy, in Securing The Straits of Malacca, kepada Panglima Armada ke-7 Amerika Serikat.
Siaran pers Kadispenum Dispenal, mengatakan, Kolonel Laut (S) J Widjojono, turut hadir dalam pertemuan tersebut adalah Aspam Kasal Laksamana Muda TNI I Putu Yuli Adnyana, Asops Kasal Laksamana Muda TNI Didit Herdiawan, Paban I Spamal Kolonel Laut (E) Eden Gunawan, Paban IV Hublu Kolonel Laut (T) Samsul, dan Paban I Sopsal Kolonel Laut (P) Greg Agung.
Hal itu dikatakannya saat melakukan kunjungan kehormatan kepada Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL), Laksamana TNI Dr. Marsetio, di Markas Besar Angkatan Laut (Mabesal), Cilangkap, Jakarta Timur, Jumat (14/6).
Menurut Panglima Armada ke-7 AS, Angkatan Laut AS akan selalu siap membantu TNI Angkatan Laut dalam hal mencapai dan menjaga stabilitas kawasan Asia.
Scott Swift berkunjung ke Mabesal dalam rangka berpamitan atas akhir jabatannya selaku Panglima Armada Ke-7 Amerika Serikat. Kunjungan ini merupakan kunjungan terakhirnya sebagai Panglima Armada ke 7. Setelah ini nanti, Laksamana Madya (Vice Admiral) Scott H. Swift akan bertugas di Pentagon untuk menjabat sebagai salah satu direktur pada Direktorat Koordinasi Staf di bawah Kasal Amerika Serikat.
Panglima Armada ke-7 tersebut, menyampaikan terima kasih atas jalinan hubungan kerja sama TNI Angkatan Laut dengan Armada Ke-7 Amerika Serikat, baik dalam bentuk latihan bersama, forum-forum pertemuan, dan kegiatan lainnya selama Laksamana Madya Scott H. Swift menjabat.
Selain itu, kesan-kesan mendalam juga disampaikan terhadap TNI Angkatan Laut terkait perannya di wilayah regional Asia Tenggara. Dia melihat adanya gerakan TNI Angkatan Laut menuju ke arah World Class Navy.
Sementara itu, Laksamana TNI Dr. Marsetio saat menerima tamunya menyampaikan ucapan terima kasih atas upaya, dedikasi, dan kepemimpinan Panglima Armada ke-7 Angkatan Laut Amerika Serikat (US Navy), Laksamana Madya (Vice Admiral) Scott H. Swift dalam meningkatkan hubungan kedua Angkatan Laut dalam berbagai bidang.
Marsetio meengharap kunjungan ini makin mempererat hubungan kerjasama antara kedua Angkatan Laut.
Pada pertemuan itu, Marsetio berkesempatan memberi cindera mata berupa sebuah buku karangannya berjudul The Role of The Indonesian Navy, in Securing The Straits of Malacca, kepada Panglima Armada ke-7 Amerika Serikat.
Siaran pers Kadispenum Dispenal, mengatakan, Kolonel Laut (S) J Widjojono, turut hadir dalam pertemuan tersebut adalah Aspam Kasal Laksamana Muda TNI I Putu Yuli Adnyana, Asops Kasal Laksamana Muda TNI Didit Herdiawan, Paban I Spamal Kolonel Laut (E) Eden Gunawan, Paban IV Hublu Kolonel Laut (T) Samsul, dan Paban I Sopsal Kolonel Laut (P) Greg Agung.
Sumber : Jurnas
pastinya,,,
BalasHapushttp://tinyurl.com/terpaksa-kaya
Kalau belum bisa mencegat, mencegah, mengusir armada China, US, India dan Aussi...? TNI AL skrg belum capable..
BalasHapusmencegah mencegat armada ,cina ,india, america , tidak main yolonong !! " apa bisa broo ? mereka lewat ongkang 2 pakek destroyer kapal induk kruser " kita hanya perahu kcr besutan menhan ! " mirip gajah ama kambing broo ...gak di toleh gajah di cegat kambing hhh.....
BalasHapusBukan saya mengecilkan TNI-AL ya... Dan maaf sebelumnya. Kekuatan Alutsista tempur laut kita tuh minim sekali. Kebanyakan Alutsista tempur darat yg bagus. Sedangkan indonesia negara kepulauan, bukan negara daratan mirip U.S. Mereka (U.S) aja angkatan lautnya tertangguh didunia, padahal negara bertypikal daratan dan bukan kepulauan. Untuk memiliki efek deterrence di laut, indonesia harus memiliki kapal induk minimal 2, destroyer lebih dari 100, fregrat/korvet +100m sekitar 300an. Baru deh efeknya terlihat. Oh iya, didukung pula oleh pesawat tempur Su 32 super flanker yg bisa take off & landing di kapal induk. (Sudah saatnya pemerintah RI menganak emaskan TNI-AL kita)
BalasHapusBung Ady pratama, keinginan merekalah sehingga TNI -AL tdk perlu banyak dan hebat alutsistanya, karena Armada ke Tujuh AS akan memback-up manakala ada gangguan serius, dan dg imbalan .......ngerti sendiri.
BalasHapusBeda peta politik era Soekarno, dimana AL dan AU di kembangkan sedemikiaan rupa walau dg bantuan alutsista dari Russia karena Bung Karno menyadari masalah soveriegn / kedaulatan , bangsa dan negara RI adalah terletak di pundak AL dan AU, disamping diplomasi yg ulung di masa itu, ini yg menyebabkan pengaruh politik AS yg telah berusaha keras untuk dpt mengexplore SDA Indonesia jadi terganggu. Mereka sdh mempunyai rencana bgm cara menguasai bumi dan kandungan di dalamnya, maka meletuslah peristiwa G30S PKI.
Melalui pemerintahan Orde Baru, AS leluasa mengexplore habis SDA kita sampai tandas.
Secara kebudayaan kita di obrak-abrik dan yg tinggal ya cuma kenangan belaka.
"Boleroes11" yg pernah mengalami perjalanan hidup di 3(tiga) jaman sangat memahami dan mendalami serta merasakan akibatnya.
Sedangkan angkatan yg terlahir pada tahun 1970-an banyak yg menerima pelajaran dimana penonjolan peranan Bung Karno sebagai founding father di hilangkan yg ada adalah penonjolan "Mas Harto" selaku pejuang di film "Janur Kuning " padahal sebenarnya ide penyerbuan yg terkenal dg " Jogya Kembali " adalah alm Sri Sultan HB ke IX..
Bumikan di rakyat indonesia dgn motto "Jalesveva Jayamahe" sehingga aktivitas kehidupannya (politik, ekonomi, sosial dan budayanya)tidak terlepas dari laut kita yang maha luas ini
BalasHapus