BANDUNG-(IDB) : PT dirgantara Indonesia (PT DI) terus mendapatkan kepercayaan dari
Kementerian Pertahanan dan militer Indonesia. Tentu hal ini tidak
terlepas dari semangat pemerintah yang mendorong penggunaan alutsista
dalam negeri. Dan memang seperti itulah seharusnya, jika Indonesia yang
besar ini mau mandiri .
TNI AL akhirnya memesan 11 unit helikopter jenis Anti-Kapal Selam
(AKS) kepada PT DI. Pembelian ini sekaligus menepis kemungkinan
pembelian Heli AKS Seasprite yang memang menuai kontroversi.
Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI Marsetio berharap 11
helikopter AKS untuk memperkuat alutsista TNI Angkatan Laut telah ada
paling lambat tanggal 5 Oktober 2014. TNI AL telah menyiapkan skuadron
khusus untuk menerima 11 helikopter AKS buatan PT DI dengan nama
Skuadron 100 AKS. Helikopter AKS dibutuhkan TNI AL untuk membentuk
kekuatan tempur Sistem Senjata Armada Terpadu (SSAT) pada tahun 2014
nanti. Sistem Senjata Armada Terpadu (SSAT) ini mellibat unsur Kapal
Perang, Pesawat Udara, Koprs Marinir dan Pangkalan.
Berdasarkan keterangan Asisten Direktur Utama PT DI, Sonny Ibrahim
Saleh, PT DI akan menggarap 11 unit helikopter AKS TNI AL serta delapan helikopter serang TNI AD.
“Untuk anti kapal selam jenisnya adalah Superpuma karena faktor peralatan pendukung sedangkan untuk tujuan serang bukan lagi NBO-105 tapi kemungkinan Ecureuil,” tandasnya di Bandung – Jawa Barat.
Dari penjelasan Juru Bicara PT DI itu, dapat disimpulkan helikopter
AKS yang dipesan PT DI adalah Eurocopter varian AS332 Super Puma atau
versi lebih baru AS565 MB Panther. Sedangkan heli serang untuk TNI AD
juga buatan Eurocopter, AS350 Ecureuil atau varian AS555 Fennec.
Sebelumnya PT DI memang telah menandatangani kerjasama dengan
Eurocopter untuk produksi sejumlah jenis helikopter, termasuk Fennec dan
Ecureuil.
Di saat yang sama, PT DI juga memenuhi pesanan 7 unit helikopter
Eurocopter jenis lain. Enam diantaranya untuk TNI AU. Jenisnya adalah
EC-725 Cougar varian Combat SAR and Personal Recovery. Pengerjaan
tersebut di luar jumlah pesanan atas heli angkut personil Bell 412 EP
untuk kepentingan TNI.
Hal ini membuktikan kualitas PT DI terus mendapatkan kepercayaan.
Dengan banyaknya pesanan kepada PT DI meyebabkan nilai kontrak yang
diraih pada tahun 2012 mencapai Rp 8,2 triliun, sementara tahun 2011
hanya Rp 1 triliun. Nilai kontrak itu mencakup pesanan CN-235 MPA dan
Helikopter Anti Kapal Selam.
Perakitan C-295
TNI Angkatan Udara akan kembali menerima dua pesawat C-295 bulan
September 2013, sehingga jumlah yang diterima dari Spanyol menjadi 4
pesawat. Mulai pesawat ke lima, ke enam dan ke tujuh, akan dikustomisasi
di Indonesia. Sedangkan pesawat ke delapan dan ke sembilan sepenuhnya
dirakit oleh PT DI.
Menteri BUMN Dahlan Iskan menargetkan pada tahun 2014, PT DI mulai merakit C-295
dan TNI AU pun akan terus menambah pesawat jenis C-295 hingga berjumlah
16 buah untuk memenuhi kebutuhan skuadron dua TNI AU di Halim
Perdanakusuma, Jakarta.
Untuk menyambut produksi yang lebih besar, PT DI terus membeli mesin
baru untuk produksi, sekaligus merevitalisasi mesin mesin di PT DI yang
telah berumur 30 tahun.
“Saat ini telah ada 8 mesin baru yang beroperasi dan lima unit
lainnya dalam proses pengiriman”, ujar Juru Bicara PT DI Rakhendi
Triyatna. Mesin ini dibeli PT DI untuk keperluan: komputerisasi, bubut,
bor, cetak metal, silinder dan lain sebagainya. Beberapa mesin yang
dibeli: CNC (Computerized Numerical Control), Quaser MV 18C, Haas
VF6-50, Haas VR Deckel Maho DMU serta Mesin Gantry Matec Jobs LINX30.
Mesin mesin berteknologi tinggi ini didatangkan dari beberapa pabrik di
Jerman, Italia dan Taiwan.
Menurt Rakhendi, kemampuan mesin CNC yang handal serta pengalaman
yang dimiliki PT DI membuat mereka dapat memenuhi komponen pesawat
produk PT DI serta menyuplai banyak komponen yang dipesan Airbus, Boeing
dan Bombardier.
“Seperti yang sering kami katakan, PT DI merupakan single supplier
untuk bagian tengah, depan dan wing dari A380, pesawat yang sangat
populer di dunia. Saat ini PT DI memiliki 100 unit mesin CNC dan TNC.
Mesin mesin yang telah ada sebelumnya bekerja sangat produktif dan rata
rata beroperasi 15 jam/hari untuk memenuhi target produksi yang
terjadwal sangat ketat”, tambah Rakhendi.
Dengan tambahan peralatan baru ini PT DI sangat percaya diri untuk
menggarap C-295 di Bandung- Jawa Barat. Apalagi C-295 merupakan hasil
peningkatan dari CN-235 dengan penambahan panjang badan pesawat (sekitar
3 meter), penguatan landing gear dan penambahan tenaga pesawat. Bahkan
untuk menyambut perakitan CN-295 nanti, PT DI telah menyiapkan badan
pesawat yang lebih panjang dan sedang dikerjakan. PT DI ingin memberi
nilai lebih dengan CN-295 yang nantinya mereka rakit.
CN-235 MPA
Sebelum menggarap C-295, kini PT DI juga sedang menguji terbang 3 pesawat CN-235 MPA
yang juga pesanan TNI AL, untuk patroli maritim. Berbeda dengan CN-235
umumnya, pesawat pesanan TNI-AL ini memiliki winglet pada ujung sayapnya
guna mengefisienkan gaya hambatdan penghematan bahan bakar.
N-219 PT DI
Order lain datang dari Maskapai Penerbangan Lion Air yang menyatakan siap membeli 50 pesawat N219.
Lion Air tertarik dengan N-219 karena onderdil atau parts yang dipakai
pesawat ini law maintenance. PT DI berencana akan menjual 100 pesawat
N219 kepada maskapai penerbangan swasta terbesar di Indonesia, Lion Air.
Pesawat kecil yang difokuskan untuk melayani penerbangan perintis itu
dipatok seharga US$ 4,5 juta hingga US$ 5 juta/unit. Pesawat perintis
buatan PT DI ini akan memiliki kandungan komponen buatan lokal sebesar
40 persen. Jumlah ini ditingkatkan secara bertahap, sehingga pada
pesawat produksi yang ke-30, kandungan lokalnya sudah mencapai 60
persen.
Dengan terus mempromosikan pesawat CN235, CN295, NC212-400 dan N219
tahap desain), PT DI berbenah diri dalam segala hal untuk menyambut
prospek pasar di kawasan Asia Pasifik yang terus meningkat.
Sumber : JKGR
Ko orang nak komen ap lgi malonshit.
BalasHapusKerajaan ko orang tak de duit nak beli senjata kah?
Kacian kacian
alhamdulillah...
BalasHapusTernyata pemerintah masih sedikit waras mau memberdayakan produk dalam negri.. Ketimbang seasprite bnyak masalah mendingan iki tho...
Kalo gk begini kapan lagi indon tercinta blajar...
Dengan begini bisa menambah defisit untuk ptDi
salam 1jiwa NkrI
wah mantaapp.. tapi yg rada aneh kalo memang PT. DI sudah merasa cukup mampu untuk membuat heli anti kapal selam tni AL dan heli serang tni AD.. trus kenapa prototype heli serang ringan gandiwa dan bumblebee gak di bikin2 ya :-?
BalasHapusTipe heli AKS yang mana nih-apa heli AKS tipe SA332 SUPERPUMA-COUGAR atau AS565MB-klo fhanter -superpuma meski sama2produk aerospatiale euro-tapi kedua jenis heli punya spesifikasi beda-ke2 jenis heli kategori barang baru di pabrik nya-AS565fhanter bukan lha pen,gembangan dari SA332 superpuma- meski penjelasan staf PT DI agak bikin samar-tapi tuk ke2 jenis heliAKS trsebut AS332superpuma-AS565 fhanter masuk kategori tipe heli AKS -TOP dunia-
BalasHapusPT DI memang harus menerima pesanan spt ini dr pemerintah , ini merupakan langkah positif demi kemajuan industri dirgantara Indonesia. utk heli gandiwa n bumblebee PT DI memang harus menguasai teknologi heli tempur sama dgn opini pindad ttg pembuatan MBT ; utk memproduksi MBT perlu menguasai teknis terlebih dahulu , paling tidak pernah mengoperasikan MBT. saya harap pembelian apache dijadikan langkah utk pengembangan heli serang gandiwa n bumblebee
BalasHapus