JAKARTA-(IDB) : Salah satu usulan dari Pemerintah Iran yang disampaikan pada the 4th
Indonesia-Iran Joint Working Committee (JWC) Meeting on Scientific and
Technological Cooperation adalah kerja sama di bidang teknologi pesawat
terbang sipil.
Untuk merealisasikan usulan tersebut, delegasi JWC Iptek Iran berkunjung ke PT Dirgantara Indonesia (PT DI) di Bandung pada Rabu, 24 Juli 2013.
Menurut Deputi Menteri Sains, Riset, dan Teknologi Iran Mohammad Mahdi Nejad Nouri yang menjadi Ketua Delegasi JWC Iran, kerja sama di bidang riset dan pengembangan pesawat terbang sipil dengan Indonesia sangat strategis bagi Iran karena saat ini Iran sedang melakukan riset dan pengembangan pesawat terbang untuk kapasitas 100 dan 150 orang.
"Dengan berkunjung ke sini, kami ingin mengetahui apa saja aktivitas riset dan pengembangan di PT DI dan berharap dapat menjalin kerja sama yang lebih intens,” ujar Mahdi.
Andi Alisjahbana, Direktur Teknologi dan Pengembangan Rekayasa PT DI yang menyambut delegasi JWC Iran, menyampaikan sejarah dan aktivitas PT DI. Menurut Andi, kemampuan utama PT DI adalah mengintegrasikan berbagai teknologi dan komponen menjadi pesawat terbang yang berkualitas.
Beberapa jenis pesawat yang telah diproduksi PT DI adalah CN235-220, NC-212-200, Helikopter NBO-105, Helikopter BELL-412, dan Helikopter NAS-332C1. Yang sedang dikembangkan PT DI saat ini adalah pesawat turboprop untuk kapasitas 80-100 penumpang. “Peluang di kelas turboprop masih terbuka lebar karena saingan kita yang kuat hanya ATR dan Bombardier,” ujar Andi.
Setelah melakukan diskusi, delegasi JWC Iran diajak berkunjung ke beberapa fasilitas di PT DI. Sonny S Ibrahim, Manajer Komunikasi PT DI, memperlihatkan proses produksi beberapa komponen pesawat di fasilitas Aerostructures.
Menurut Sonny, fasilitas tersebut memproduksi komponen untuk Airbus A380/A320/A321/A340/A350, Boeing B-747/B-777/B-787, Eurocopter MK-2 (EC225/EC725), dan Airbus Military CN235/C295/C212-400. “Khusus untuk komponen bahu pesawat Airbus A380, PT DI dipercaya sebagai single supplier,” ujar Sonny.
Sonny juga mengajak delegasi melihat langsung proses pembuatan pesawat CN235-220 untuk kapasitas 35-40 penumpang dan NC-212-200 untuk kapasitas 12-26 penumpang. Menurut Sonny, proses pembuatan satu unit pesawat di PT DI mulai dari material pertama sampai proses delivery membutuhkan waktu sekitar 14 bulan, dengan kapasitas produksi masing-masing 6 unit untuk tiap jenis pesawat.
Keunggulan pesawat CN235-220 adalah dapat digunakan untuk berbagai macam keperluan (multipurpose). “Pesawat ini dapat mendarat di tanah dan dengan kekuatan mesin penuh, pesawat ini hanya membutuhkan landasan dengan panjang 600 meter untuk take-off,” jelas Sonny.
Delegasi JWC Iptek Iran sangat terkesan dengan kemampuan PT DI dalam riset, pengembangan, hingga produksi pesawat. Mereka berharap kerja sama di bidang teknologi pesawat terbang ini dapat direalisasikan segera.
Untuk merealisasikan usulan tersebut, delegasi JWC Iptek Iran berkunjung ke PT Dirgantara Indonesia (PT DI) di Bandung pada Rabu, 24 Juli 2013.
Menurut Deputi Menteri Sains, Riset, dan Teknologi Iran Mohammad Mahdi Nejad Nouri yang menjadi Ketua Delegasi JWC Iran, kerja sama di bidang riset dan pengembangan pesawat terbang sipil dengan Indonesia sangat strategis bagi Iran karena saat ini Iran sedang melakukan riset dan pengembangan pesawat terbang untuk kapasitas 100 dan 150 orang.
"Dengan berkunjung ke sini, kami ingin mengetahui apa saja aktivitas riset dan pengembangan di PT DI dan berharap dapat menjalin kerja sama yang lebih intens,” ujar Mahdi.
Andi Alisjahbana, Direktur Teknologi dan Pengembangan Rekayasa PT DI yang menyambut delegasi JWC Iran, menyampaikan sejarah dan aktivitas PT DI. Menurut Andi, kemampuan utama PT DI adalah mengintegrasikan berbagai teknologi dan komponen menjadi pesawat terbang yang berkualitas.
Beberapa jenis pesawat yang telah diproduksi PT DI adalah CN235-220, NC-212-200, Helikopter NBO-105, Helikopter BELL-412, dan Helikopter NAS-332C1. Yang sedang dikembangkan PT DI saat ini adalah pesawat turboprop untuk kapasitas 80-100 penumpang. “Peluang di kelas turboprop masih terbuka lebar karena saingan kita yang kuat hanya ATR dan Bombardier,” ujar Andi.
Setelah melakukan diskusi, delegasi JWC Iran diajak berkunjung ke beberapa fasilitas di PT DI. Sonny S Ibrahim, Manajer Komunikasi PT DI, memperlihatkan proses produksi beberapa komponen pesawat di fasilitas Aerostructures.
Menurut Sonny, fasilitas tersebut memproduksi komponen untuk Airbus A380/A320/A321/A340/A350, Boeing B-747/B-777/B-787, Eurocopter MK-2 (EC225/EC725), dan Airbus Military CN235/C295/C212-400. “Khusus untuk komponen bahu pesawat Airbus A380, PT DI dipercaya sebagai single supplier,” ujar Sonny.
Sonny juga mengajak delegasi melihat langsung proses pembuatan pesawat CN235-220 untuk kapasitas 35-40 penumpang dan NC-212-200 untuk kapasitas 12-26 penumpang. Menurut Sonny, proses pembuatan satu unit pesawat di PT DI mulai dari material pertama sampai proses delivery membutuhkan waktu sekitar 14 bulan, dengan kapasitas produksi masing-masing 6 unit untuk tiap jenis pesawat.
Keunggulan pesawat CN235-220 adalah dapat digunakan untuk berbagai macam keperluan (multipurpose). “Pesawat ini dapat mendarat di tanah dan dengan kekuatan mesin penuh, pesawat ini hanya membutuhkan landasan dengan panjang 600 meter untuk take-off,” jelas Sonny.
Delegasi JWC Iptek Iran sangat terkesan dengan kemampuan PT DI dalam riset, pengembangan, hingga produksi pesawat. Mereka berharap kerja sama di bidang teknologi pesawat terbang ini dapat direalisasikan segera.
Sumber : Kompas
kalo jadi kerjasama sains-teknologi dgn iran bisa ngeri-ngeri asyik nih...
BalasHapusngeri: dicap oleh komunitas internasiona, berhubungan dengan "negeri nakal", terus diembargo / dikucilkan
asyik: bisa belajar ilmu hack drone :)
berani ga pemerintah kita ambil resiko?
Pintar pintar kita aja Bro.. kerjasama bisa di bungkus dengan hal yang tidak dipelototi AS karena iran masih kena embargo.Misal kerjasama produk sipil dan kemanusiaan.,tapi diselipkan tukar tehnologi.Kita unggul dibidang pesawat sipil,Iran unggul dibidang rekayasa rudal ,barter tenaga ahli kan bisa.Kita pakai ahli rudalnya untuk mengembangkan rudal di indonesia.Ahli pesawat kita kirim ke mereka ....klop dah......tak satu jalan ke ROMA.AS dan Soviet waktu jerman kalah PDII ,berebut membawa ahli rudal Nazi ke negaranya ,tenaga dan otak mereka yang dipakai awalnya untuk mengembangkan rudal....
BalasHapusBeneran kagum ta?
BalasHapusgemana perkembangan gandiwa dan bumblebee nya pesawat angkut mulu berita nya.. apa nunggu apache dateng dulu..
BalasHapusTeknologi rudal Iran sudah maju. Bisa nggak kita beli lisensinya sekaligus TOT rudalnya. Soalnya dengan Cina nggak jelas tuh TOT nya.
BalasHapusKabar bagus nih, iran & indonesia hmmmm
BalasHapus