AM-(IDB) : Seperti juga dialami perusahaan dunia lain, Airbus Military (AM)
menghadapi situasi pasar yang berkontraksi. Hingga kini sebenarnya
masih banyak negara membutuhkan peralatan militer, namun tak sedikit
yang kesulitan membeli karena anggaran pertahanan yang menciut. Agar
positioning-nya sebagai produsen pesawat terbangmiliter modern tetap
terjaga dan tetap mampu menembus pasar, mereka gencar merancang
teknologi baru untuk mendongkrak daya jual produk-produknya.
Terkait perkembangan tersebut, Head of Programmes Light & Medium and Derivatives AM, Rafael Tentor dan Head of Market Development AM, Gustavo Garcia mengungkap, pihaknya telah merancang teknologi baru dan melakukan beberapa perubahan agar pesawat-pesawat buatannya bisa diterjunkan untuk berbagai misi (multi-role) dan lebih efisien dari segi ongkos operasi (cost-efficient). Demikian dilaporkan A. Darmawan dari Sevilla, Spanyol, Rabu (29/5) di sela-sela acara Airbus Military Trade Media Briefing 2013.
Salah satu produk yang diungkap sedang menjalani “penyempurnaan” itu adalah pesawat angkut sedang C-295. Kepada pesawat ini mereka telah merampungkan winglet yang bisa mengoptimalkan kinerjanya di penerbangan kecepatan rendah serta menghemat konsumsi bahan bakar. Tambahan sayap kecil di ujung sayap ini akan menjadi bagian tetap dari turunan C-295 yang akan diproduksi mulai 2014. Selain itu, AM juga akan mengganti mesin pendorongnya dengan buatan Pratt & Whitney yang lebih bertenaga. Dengan mesin barunya ini, C-295 bisa dioperasikan di daerah pegunungan yang amat tinggi, seperti di wilayah Andes dan Himalaya.
Bagi AM, nilai penjualan pesawat transpor ringan dan sedang
buatannya (termasuk di dalamnya, CN-235) terbilang amat prospektif.
Selama 2012, mereka telah berhasil menjual 32 unit pesawat atau
menguasai 76 persen dari pangsa pasar. Satu-satunya kompetitor di
pangsa ringan dan sedang ini adalah C-27J. Australia diketahui telah
membeli 10 pesawat buatan Alenia, Italia ini. Namun demikian, Australia
juga tercatat sebagai customer AM yang paling berpengaruh. Negera di
selatan di Indonesia ini berkali-kali disebut dalam pertemuan karena
menjadi satu dari empat negara pembeli pesawat A330 MRTT (Multi Role Transport Tanker) terbanyak.
Menarik untuk diungkap, dalam pertemuan nama Indonesia juga banyak disebut-sebut, karena telah menjadi salah satu mitra strategis AM di wilayah Asia Pasifik. Di wilayah ini, AM menggantungkan performa penjualan CN-235 dan C-295 kepada Indonesia. Dengan Indonesia (PT Dirgantara Indonesia) juga AM siap bekerjasama membuat derivat NC-212 yang lebih canggih, yang akan disebut dengan kode NC-212i.
Lebih jauh dikemukakan, sepanjang 2003-2012, AM telah menjual 157 pesawat ringan & sedang ke berbagai negara di seantero dunia, dan menguasai 51 persen di pangsa ini. Sementara untuk pangsa pesawat badan besar, sekelas A400M, mereka telah membukukan penjualan 174 unit dan meraih 32 persen pangsa pasar. Sedang untuk pangsa tangker modern, mereka telah berhasil menjual 28 pesawat dan menguasai 88 persen pangsa pasar. (
Sumber : Angkasa
Terjawab sdh prihal initial pesawat produk AM yakni C-295, sebagaimana artikel majalah kesayangan Boler"Angkasa".
BalasHapusSpt pd pesawat sayap tetap dan sayap putar, apabila PT DI tidak turut serta dlm rancang bangun, tapi melakukan assembling saja maka berlaku sopan santun International pemakaian initial International sbb.;
NC - 212, NBell, NBO namun kalau beli "CKD" tidak berlaku initial tsb. Contoh Bell - 412 EP. Sedang apabila ikut dlam rancang bangun maka initialnya menjadi CN. Contohnya CN - 235.
Untuk itu seyogyanya untuk initial pesawat yg full rancang bangun AM, kita sebaiknya memberi initial NC - 295, seperti NC - 212.
Dg dmk, jgn sampai kita di tertawakan yg paham perihal initial pesawat.
Disamping itu, menjadi beban berat bagi PT DI terkait dg mulainya kegiatan produksi NC - 295.
Namun Boler percaya, PT DI mampu mengatasi hal ini karena pimpinannya konsisten, kosekwen dan sederhana dlm sikap dan tindak tanduknya, ora kemaruk kedonyan atau aji mumpung.!!!!
Sebagaimana komen Boler yll, sayang pihak perbankan nasional yg kelebihan likuiditas tidak ikut menunjang program " road show" ke negara2 Asean. Sebenarnya hal ini pernah di ungkapkan oleh Dirut PT DI yg menghimbau perbankan nasional dpt membantu menyiapkan kredit ekspor bagi negara2 peminat produk PT DI dg asumsi drpd likuiditas tersebut hanya dipakai untuk pembelian SBI.
BalasHapusSemua sebenarnya kembali kpd niat dan tekad stake holder yg terkait, mau di apakan nasib BUMN Strategis tsb nantinya.????
Mosok ngene ngene ae, mosok korupsi teruuussss g bosen2.
Komen anda menarik dan saya setuju dengan anda kang boleroes.
BalasHapuswes ngrti kang boler maslah N, C, CN, or NC
BalasHapuspernah di bhas taun lalu