SURABAYA-(IDB) : Satu lagi, salah satu alutsista yang
dimiliki TNI Angkatan Laut yang selama ini memperkuat jajaran unsur
Komando Armada RI Kawasan Timur (Koarmatim), yakni KRI Teluk Berau-534
telah mengakhiri pengabdiannya. Menandai dengan berakhirnya masa bhakti
kapal tersebut, hari ini, Jumat (29/9), Panglima Komando Armada RI
Kawasan Timur (Pangarmatim) Laksamana Muda TNI Agung Pramono, S.H,
M.Hum meminpin upacara pelepasan KRI Berau-534 dari dinas aktif TNI AL
yang bersandar di Dermaga Koarmatim Ujung.
Dalam amanatnya Pangarmatim mengatakan,
dengan usia kapal lebih dari 35 tahun dan telah memperkuat jajaran TNI
AL selama lebih dari 19 tahun, sampailah saatnya pada hari ini, KRI
Teluk Berau pada batas akhir pengabdiannya. “Pada hari ini kita
melaksanakan upacara militer secara sederhana, namun tidak mengurangi
kekhidmatan sebagai penghormatan terhadap pengabdian KRI tersebut dalam
mendukung tugas-tugas TNI AL, TNI maupun tugas-tugas negara
lainnya,”tegas Pangarmatim.
KRI Berau-534 yang sebelumnya memperkuat
jajaran Satuan Kapal Amfibi (Satfib) Koarmatim ini, telah banyak jasa
selama dharma bhakti dan pengabdiannya dalam memperkuat di jajaran
alutsista TNI AL. Diantaranya penugasan yang pernah diemban, yaitu
telah melaksanakan berbagai macam operasi antara lain operasi Tri Sila,
Operasi Balat Sakti, Operasi Taring Hiu dan beberapa penugasan lainnya.
KRI
Teluk Berau dengan nomor lambung 534 di buat di galangan VEB Penee
Werft Wolgast Jerman Timur pada tanggal 18 Juni 1977. Nama kapal saat
diluncurkan adalah “Eberswaldefinow” dengan nomor lambung 634. Setelah
dibeli oleh Pemerintah Indonesia diadakan Refit mencakup demiliterisasi,
modernisasi serta perubahan terhadap desain awal. Maka berdasarkan Skep
Pangab No.Skep/217/IV/1993 tanggal 22 April 1993 diresmikan menjadi KRI
Teluk Berau – 534.
Menelusuri jejak dipakainya nama Teluk
Berau sebagai nama kapal perang RI, karena tidak lepas dari sejarah
ketenaran Teluk Berau itu sendiri. Teluk Berau terletak di Papua
tepatnya di Selatan kepala burung Papua, masuk dalam kawasan Kecamatan
Berau, Kabupaten Sorong. Pada masa Trikora, dari Teluk Berau inilah
Kesatuan Kapal Selam TNI AL yang tergabung dalam ATA-17 (Angkatan Tugas
Amphibi 17) pada waktu Operasi Jayawijaya berhasil mendaratkan
sukarelawan Indonesia di Daerah Fak-Fak.
Disamping itu, kawasan Teluk Berau
merupakan daerah yang kaya ikan laut sehingga menjadi daerah nelayan
yang potensial. Disamping itu Teluk Berau juga merupakan jalur pelayaran
rakyat yang sangat penting untuk membuka isolasi daerah terpencil di
kawasan pantai bagian barat Manokwari, Sorong dan Fak-Fak.
Demikian besarnya peranan Teluk Berau
dalam mendukung pembangunan sektor ekonomi di wilayah Papua khususnya di
kabupaten Sorong, serta mempunyai andil yang cukup besar waktu
dilaksanakannya Operasi Jayawijaya, maka sudah selayaknya nama tersebut
dipergunakan sebagai nama Kapal Perang RI.
KRI Berau memiliki panjang 90,70 meter,
lebar 11,12 meter, berat 1.900 ton. Kapal dengan jumlah ABK 42 orang
ini, memiliki kecepatan jelajah 18 knot. Sebagai kapal pendarat pasukan,
kapal ini dilengkapi dengan senjata kanon laras ganda kaliber 37 mm, 1
Meriam Bofors 40/70 kaliber 40mm dan 2 kanon
laras ganda 25 mm.
Sumber : Koarmatim
0 komentar:
Posting Komentar