Pages

Selasa, Mei 17, 2011

Navy chief Vice-Admiral Russ Crane's parting plea

Vice Admiral Russ Crane. Picture: Ray Strange Source: The Daily Telegraph

RETIRING Navy chief Vice-Admiral Russ Crane has issued a last-minute plea to the Government to build up to 12 new submarines in Australia.  

And he wants the mining industry to stop poaching his highly skilled, taxpayer-funded technical staff.

Vice-Admiral Crane will leave Defence headquarters next month after a 41-year Navy career and three years in the top job, and he hopes that Australians can better understand the strategic value of submarines to the nation's defence.

Collins Class (Type 417) submarine
In an interview with the Herald Sun, he said that despite their problems, the Adelaide-built Collins class subs provided an important technology and skills base for the nation that should be used to create 12 new-generation, bigger and more complex conventionally powered subs.

"We have proven with Collins that we can build submarines in Australia," he said.

"Why go backwards?"

What he means by backwards is an overseas-built "off-the-shelf" option at a lower cost than the bigger home-built boats.

That plan has many supporters outside the Navy.

Vice-Admiral Crane said Australia's geographic circumstances were very different to other countries that operated submarines.

"To get from fleet base West (Perth) to fleet base East (Sydney) is the same distance as London to New York. You can fit Europe inside Australia so our submarines ... have a specific need for things like range, endurance and capability," he said.

"Many of the off-the-shelf options don't offer us anything like the capability we need because of our geographic circumstances.

"What is the cost-capability trade-off?"

 His predecessor, Vice-Admiral Russ Shalders, lost the "cost versus capability" argument over new destroyers.

Vice-Admiral Crane said he hoped to have four fully qualified submarine crews and three boats on line by the end of the year.

"My technical people are very attractive to outside industry so I have got to pay attention to that," he said.

"We are on track for a fourth crew."

He aims to have two subs at short notice to move, a third at longer notice and a fourth in scheduled maintenance.s

"We are not quite there yet but we are getting there."

At present two boats are at sea, one is in scheduled short-term maintenance and one is in unscheduled maintenance.

Source: Heraldsun

Saingi China, AS Bikin Pesawat Nirawak Laut

Pesawat ini akan ditempatkan di kapal induk AS yang tersebar di perairan Asia.
 

VIVA-(IDB) : Militer Amerika Serikat tengah mengembangkan pesawat nirawak berbasis di laut. Diduga  pengembangan persenjataan ini adalah salah satu langkah AS untuk menyaingi China. 

Dilansir dari laman Associated Press, Senin, 16 Mei 2011, pesawat nirawak kali ini akan ditempatkan di beberapa kapal induk AS yang tersebar di perairan Asia. Selama ini, AS hanya memiliki pesawat nirawak basis darat yang ditempatkan di Afghanistan, sementara pesawat nirawak basis laut masih memerlukan pengembangan selama beberapa tahun lagi.

 

Van Buskirk, komandan armada laut AS 7th Fleet, mengatakan bahwa pesawat nirawak yang tengah dikembangkan oleh perusahaan Northrop Grumman ini adalah wujud dari perlunya senjata dan strategi baru untuk mengatasi berbagai persoalan di lapangan.

"Pesawat nirawak yang berbasis di kapal induk memiliki potensi yang besar, terutama dalam meningkatkan jarak serang dan kemampuan intelijen serta mata-mata, dan juga kemampuan dalam melakukan serangan cepat," ujar Van Buskirk.

 

Berikut data-data umum pesawat tempur tanpa awak X-47B:
  • Jumlah kru: tidak ada (tanpa awak/pilot)
  • Panjang: 11,63 meter
  • Lebar rentang sayap: 18,92 meter
  • Tinggi: 3,10 meter
  • Berat kosong: 6.350,29 kg
  • Maksimal berat lepas landas: 20.215 kg
  • Kecepatan jelajah: Mach 0.45
  • Jarak jelajah: 3.889 km
  • Service celling: 12.190 meter
  • Persenjataan: 2 unit GBU-31 JDAM @ 905 kg
  • Sistem Avionik: EO / IR / SAR / GMTI / ESM / IO
 Pesawat nirawak basis laut ini nantinya dapat terbang sejauh 1.500 mil laut (2.780 km) dengan sedikit bahan bakar selama 50 sampai 100 jam. Jika dibandingkan dengan kemampuan pesawat dengan pilot yang hanya bertahan maksimal 10 jam, pesawat nirawak ini jelas jauh lebih unggul.

Untuk mengembangkan pesawat ini, Northrop Grumman, memiliki waktu enam tahun dengan dana sebesar US635,8 juta atau sekitar Rp5,4 triliun. Prototipe pesawat ini dengan nama X-47B berhasil terbang selama 29 menit pada Februari lalu. Diperkirakan pesawat baru bisa diujicoba pada 2013 mendatang.

Para pengamat militer AS mengatakan bahwa pengembangan senjata baru ini adalah salah satu langkah AS untuk mengimbangi perkembangan persenjataan China. Terakhir, China telah mengembangkan misil penghancur kapal induk yang terbukti berhasil dalam uji coba.

"Modernisasi militer China adalah ancaman jangka panjang sehingga membuat AS harus bersiap untuk wilayah Asia-Pasifik, meningkatkan kemampuan robotik, persenjataan udara dan daratan," ujar Patrick Cronin, analis senior untuk lembaga New American Security.

Cronin mengatakan bahwa China memang masih jauh dari mengungguli kekuatan militer AS, namun dengan perkembangannya yang pesat di bidang persenjataan darat, laut dan udara, keunggulan AS di kawasan pasifik akan terancam. Jika sudah demikian, maka negara-negara sekutunya seperti Jepang dan Korea Selatan juga akan terancam.

Sumber: Vivanews

Rusia - AS Kembali Bersitegang

MOSKOW-(IDB) : Pemerintah Rusia memperingatkan bahwa mereka berhak untuk menarik diri dari Perjanjian Pengurangan Senjata Strategis baru (START II), selama Amerika Serikat tidak memberikan jaminan atas program perisai rudal di Eropa.
 
Wakil Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Ryabkov mengatakan pada hari Senin (16/5) bahwa Moskow prihatin tentang penolakan Washington untuk memberikan jaminan yang mengikat secara hukum, yang menyatakan sistem rudal tersebut tidak akan mengancam keamanan Rusia.

"Amerika bersikeras tentang pentingnya peluncuran kerjasama praktis tanpa syarat," tambahnya seperti dikutip RIA Novosti.

"Rusia tidak dapat memulai kerjasama pada proyek-proyek tertentu tanpa jaminan hukum bahwa sistem masa depan tidak akan diarahkan terhadap kepentingan keamanan kami" tegas Ryabkov.

"START baru mungkin menjadi sandera bagi pendekatan AS," jelasnya di hadapan anggota parlemen Duma. Dia mengatakan bahwa Moskow kecewa dengan reaksi negatif Washington terhadap permintaannya.

Rusia, yang menganggap program perisai rudal AS sebagai ancaman terhadap keamanannya, setuju untuk mempertimbangkan proposal NATO terkait kerjasama dalam program tersebut, tetapi bersikeras bahwa sistem itu harus dijalankan bersama-sama. Namun, NATO menolak permintaan Rusia.

START baru telah membantu meningkatkan hubungan antara Moskow dan Washington, tetapi Rusia masih menaruh rasa curiga terhadap program perisai rudal AS.

Sumber: Irib

KRI Yos Sudarso, Kapal Penyelamat Sinar Kudus di Teluk Bayur

PADANG-(IDB) : ingat dengan misi penyelamatan pasukan elite TNI terhadap awak kapal MV Sinar Kudus yang dibajak perompak Somalia beberapa waktu lalu? Kemarin (16/5), KRI Yos Sudarso pembawa 240 pasukan elite TNI  tersebut merapat di Pelabuhan Teluk Bayur. Seperti apa pengalaman pasukan elite TNI itu?  

Padang Ekspres kemarin (16/5), berkesempatan mewancarai Kepala Staf Gugus Tempur Laut Armada Barat, Kolonel Laut (P) Ariawan, di Pelabuhan Teluk Bayur. Aksi penyelamatan menggunakan kata sandi Satgas Duta Samudera 1 2011  ini berjumlah 240 orang. Pasukan ini merupakan gabungan KRI, pasukan Gultor, Kopasus, Denjaka, Kopaska, dibantu tim pendukung dinas penerangan dan penyelaman.

Pelabuhan Teluk Bayur merupakan daratan pertama disinggahi setelah 11 hari di laut. Rencananya, mereka akan membongkar amunisi yang sebelumnya akan diantar untuk Lantamal II Padang. Setelah mengisi bekal ulang, pemantapan teknis kapal, mereka akan kembali ke markas di Jakarta.

Kolonel Ariawan mengaku tak ada halangan berarti mereka selama berlayar dari Oman menuju Indonesia. Malahan pasukan elite ini sempat menolong kapal tanker negara lain yang terancam dibajak di perairan laut Arab, usai pembebasan MV Sinar Kudus.

”Mereka minta tolong, karena kapal mereka ditembaki perahu pembajak. Kami langsung mengambil aksi cepat mendekat ke kapal tersebut. Saat kami sudah dekat, pihak kapal tanker mengatakan pembajak itu sudah semakin dekat. Akhirnya, kami memutuskan melepaskan tembakan. Mendengar tembakan dari kapal perang, perompak itu mengurungkan niatnya membajak kapal tanker itu. Sempat kami buru, namun hari sudah gelap. Dengan speed boat yang kencang pembajak itu bisa menghilang,” ujar Ariawan.

Dari beberapa anggota pasukan juga terangkum cerita menarik. Salah seorang anggota pasukan mengungkapkan, awalnya KRI Yos Sudarso rencananya memang berangkat ke Teluk Bayur mengantar amunisi dan peralatan Lantamal II Padang. Namun, karena ada peristiwa penyanderaan 20 WNI yang tak lain awak kapal MV Sinar Kudus, rencana pun berubah. Akhirnya, mereka berangkat ke Somalia.

KRI Yos Sudarso sendiri berangkat dari Dermaga Kolinlamil Tanjung Priok, Jakarta, tanggal 23 Maret bersama KRI Abdul Halim Perdana Kusumah. Sepasang fregat ini bertolak menuju Kolombo, Sri Lanka. Tanggal 29 Maret, sebuah Boeing 737 TNI AU mengangkut personel Kopassus TNI AD dan Denjaka, pasukan Intai Amfibi TNI AL. Pasukan khusus ditempatkan ke dua KRI di Sri Lanka. Perjalanan dilanjutkan ke daerah operasi 30 Maret.

Satgas mulai tanggal 5 April mulai mengumpulkan data intelijen dan pengintaian di perairan Somalia. Sewaktu di Somalia, kekuatan pasukan elite ini bertambah seiring merapatnya KRI Banjarmasin, sebuah kapal tipe landing platform dock. Kapal ini mampu mengangkut beberapa helikopter dan puluhan kendaraan tempur. KRI Banjarmasin sendiri juga berangkat dari Pelabuhan Kolinlamil, 21 April.

Pada 25 April, Satgas Duta Samudra tiba di Pelabuhan Salalah, Oman, untuk mengisi ulang perbekalan. Esoknya, Satgas Duta Samudra kembali ke daerah operasi di perairan Somalia. Lokasi MV Sinar Kudus berada di Pesisir Eyl, kampung nelayan sekaligus sarang perompak Somalia. Tepatnya, sekitar 500 mil sebelah utara Ibu Kota Mogadishu.

Sebelum operasi pembebasan sandera dimulai, perompak dengan pemilik kapal berhasil mendapat kata sepakat. Konsekuensinya pemilik kapal memenuhi tembusan perompak. Waktu itu, perompak berjumlah 80 orang tersebut berjanji 1 Mei membebaskan sandera. Pukul 06.00 waktu setempat, akhirnya satu per satu perompak turun di daerah bernama Eyl.  Setelah semua perompak turun, kapal MV Sinar Kudus pun melanjutkan perjalanan.

Awalnya, menurut salah satu anggota pasukan elite AL ini, TNI sangat siap menggempur perompak itu. ”Serangan militer tidak dilakukan, karena permintaan keluarga dan para nakhoda kapal niaga. Juga, para sandera berada di tempat terpisah,” ujarnya.

Informasinya, setelah tim berada di lautan Somalia, perompak mencampur-campur tawanan mereka. Bahkan, memindah-mindahkan mereka ke kapal lainnya. Artinya, jika dilakukan serangan, belum tentu semua sandera bisa lepas dalam waktu bersamaan. ”KRI kami membayangi para bajak laut dan MV Sinar Kudus yang bergerak. Kami mengawal sampai semua bajak laut meninggalkan kapal. Kami mencegah agar jangan sampai ada kelompok bajak laut lain mengambil kesempatan,” ujarnya.

Ternyata, apa yang dikhawatirkan hampir terjadi. Baru lepas dari satu pembajak, datang perompak lainnya hendak membajak kapal MV Sinar Kudus. Pasukan TNI yang sejak berangkat sudah geram, akhirnya berinisiatif menghadang dan terjadi kontak senjata dengan perompak.

”Kami turun dengan dua sea rider (speedboat tempur, red). Kami berhadapan dengan dua boat perompak yang juga berkekuatan penuh. Terjadilah baku tembak di tengah laut. Akhirnya, kami berhasil menggagalkan pembajakan MV Sinar Kudus kedua kalinya,” ujarnya.

Salah serorang prajurit yang sudah berpengalaman di medan perang itu menegaskan bahwa mereka bukannya takut. Justru sejak awal  mereka sangat bersemangat mengobrak-abrik perompak. Dalam baku tembak itu, satu boat berhasil dilumpuhkan, satunya lagi kabur. 

Prajurit  sudah 60 hari meninggalkan anak istri ini mengatakan, kapal perompak itu langsung mereka sita. Di dalamnya, ditemukan pakaian prajurit berpangkat letnan. Menurut informasi beredar,  perompak itu kebanyakan mantan prajurit, senjata mereka juga canggih.

Di atas kapal, dengan misi membela nama negara, mereka tentu saja meninggalkan keluarga. Pasukan-pasukan terlatih ini hanya bisa menahan rindu, karena tugas utama mereka adalah mengabdi pada negara. Kadang saat ada sinyal di tengah laut, mereka mengirim pesan melalui handphone. ”Kami tidak bisa menelepon, karena sinyal hilang timbul. Biayanya juga mahal, karena satu kali SMS saja bisa kena empat ribu,” ujar salah satu prajurit lainnya.

Di atas kapal, saat ketegangan sudah mengendur, mereka tidak ada hiburan. Hanya ada gitar atau musik yang menjadi hiburan mereka. Apalagi ketika stok logistik mulai menipis, rokok habis pula. ”Ingin rasanya loncat ke laut dan berenang untuk membeli rokok,” ujarnya bercanda.

40 Hari dan 7 Jam Operasi Sinar Kudus

JAKARTA-(IDB) : Dilepas sejak 23 Maret 2011 di Tanjung Priok, Jakarta Utara, ratusan pasukan khusus TNI terpaksa menahan kesabaran dan geregetan selama 40 hari lebih untuk tidak menyerbu perompak Somalia yang menyandera 20 awak kapal Sinar Kudus. Operasi tujuh jam di Semenanjung Somalia dan Yaman akhirnya dilakukan, dengan empat nyawa lanun plus US$ 3 juta sebagai imbalan. Inilah detik-detik terakhir pembebasan, kapal kargo milik PT Samudera Indonesia.
**
Berita acara penyerahan buntelan duit dolar itu selesai diteken Kapten Kapal Kargo Sinar Kudus Slamet Juari. “Already Receive This Money”. Begitu bunyi dokumen terakhir. Jepret-jepret foto selesai, dokumen di-scan dan dikirim via surat elektronik ke Jakarta. Tanda kalau tebusan sudah diterima perompak Somalia.

Hari itu, Sabtu sore, 30 April 2011. Di geladak Kapal Sinar Kudus yang buang jangkar di teluk Aden, perairan antara Yaman dan Somalia ini, Slamet menghela napas panjang. Terbayang sudah, enam jam lagi, sesuai dengan waktu yang dijanjikan perompak, kebebasan itu ada di depan mata. “Saya sudah kangen telepon rumah,” ujarnya.

Empat puluh enam hari sudah, Kapten Slamet Juari dan kawan-kawanya bergelut dengan ketegangan, begitu kapal kargo Sinar Kudus PT Samudera Indonesia dirompak lanun Somalia, sejak 16 Maret. “Kami menantikan betul detik-detik kebebasan itu,” kata Slamet.

Namun, Slamet harus bersabar. Kebebasan itu masih butuh perjuangan, lebih dari 20 jam lagi. Di anjungan, Slamet dan Masbukin, mualim Sinar Kudus, hanya bisa berpandangan mendengar suara gedebak-gedebuk. “Mereka adu jotos,” kata Slamet. “Tak sepakat dengan pembagian duit tebusan.”

Ketegangan pun merayap. Slamet dan Masbukin mengaku, emoh peristiwa ancam-mengancam berlaku lagi. Dua hari sebelumnya, saat nego tebusan itu alot berlangsung, para awak kapal dikumpulkan di Palka 2. Sekitar 20 awak kapal itu dijejer satu-satu. Berdiri di depan para lanun yang siap dengan senjata terkokang. “Mereka mengancam akan membunuh kami,” kata Masbukin.

Saat itu, banyak awak sudah meneteskan air mata. Kapten Slamet pun memilih pasang badan. “Saya sempat tawarkan diri, mau tinggal sama mereka asal anak buah bebas,” ujarnya. “Kalau uang tebusan dijatuhkan dan kami tetap dibunuh, kami tak bisa apa-apa.”

Tak mau peristiwa berulang, Masbukin dan Slamet pun beranjak bertanya. Para perompak itu minta waktu beberapa jam lagi. Menjelang pukul 20.00, mereka akhirnya keluar dari rembukan. Para perompak itu minta diturunkan ke tiga titik.

Semula Slamet emoh memenuhi permintaan. “Kapal kami kok dibuat kayak angkot saja,” ujarnya. “Mereka beralasan kalau turun langsung dan bawa duit bisa dibunuh di tengah perjalanan.” Toh Slamet mengiyakan.

Walhasil, malam itu Slamet melepas jangkar dan mengantar kloter pertama perompak di daerah Danane. Rombongan berikutnya, belasan orang minta diantar ke Eil, sekitar 8-9 jam dari Danane. Pukul 04.15 mereka bergerak ke Eil dan berencana menurunkan enam orang. Terakhir, enam orang lagi akan diturunkan di desa asal Perompak. Diperkirakan, para perompak betul-betul bebas dari kapal pukul 13.10.

Saat itulah, Masbukin bersiasat. Mualim Sinar Kudus asal Kediri, Jawa Timur, itu membujuk mereka memakai helm putih sebelum turun. “Sengaja supaya terlihat helikopter angkatan perang kita,” ujarnya. Masbukin juga mengontak kapal perang yang siaga, 24 mil. Kodenya: helm putih.

Seluruh kejadian yang terjadi di kapal, dilaporkan para awak ke Kolonel Marinir Suhartono, Komandan Detasemen Jala Mangkara, pemimpin operasi di Somalia.

Termasuk perselisihan antarkubu perompak.” Saat itu sudah ada perintah dari komandan, jika seluruh perompak tidak turun, operasi akan dijalankan,” kata Suhartono. “Apalagi ada faksi perompak yang tak setuju nilai tebusan dan sepakat akan mengambil alih kapal.”

Saat yang ditunggu itu pun tiba. Matahari sudah tegak di atas kapal, ketika Sinar Kudus akan melepas enam perompak terakhir dari atas kapal.

Saat Muhammad Sallah, komandan perompak, akan turun dari kapal, tiba-tiba ada tiga speed boat putih meluncur dari daratan, menghadang Sinar Kudus. Awak Sinar Kudus sempat mengingatkan Muhammad, “Ada perampok, dia bilang no problem.”

Ketegangan merambat. Dari kamar nakhoda, Masbukin berteriak-teriak “May Day, May Day.“ Pasukan pun dikontak. “Pak, tolong ini dari pantai mereka sudah mengejar.” Di atas kapal, seluruh awak diteriaki menyiapkan air panas, linggis, atau apa pun untuk menyerang.

Di atas kapal, para awak diperintahkan menutup semua ruangan, termasuk pintu kedap. Sepuluh menit kemudian, tiga unit sea rider—kapal cepat--TNI Angkatan Laut mengejar para perompak. Helikopter ikut menguntit. Aksi tembak pun akhirnya terjadi. “Kami selamatkan dulu Sinar Kudus, baru mengejar target,” kata Majen Alfan Baharuddin, Komandan Mako Korps Marinir yang jadi Komandan Satgas Operasi.

Kejadian itu terjadi pada jarak sekitar 1 mil dari Sinar Kudus. Keempat perompak tewas tertembus peluru. “Kami tidak bisa mendapatkan tubuhnya. Mereka jatuh ke laut,” kata Alfan. Dua kapal perompak dibawa pasukan TNI.

Alfan menduga, perompak yang menyusul adalah kelompok lama yang tak setuju dengan pembagian kompensasi. Masbukin malah menyakini, ini adalah lawan kelompok Muhammad Sallah, bos perompak Sinar Kudus. “Dia pakai baju dan jam tangan saya,” ujarnya. “Dia yang tidak setuju dengan jumlah kompensasi dan merencanakan mencegat Muhammad setelah turun.”

Hampir bersamaan dengan aksi pengejaran, sekelompok pasukan TNI naik ke atas Sinar Kudus. Mereka mengecek seluruh bagian kapal, termasuk memastikan tidak ada bahan peledak yang dipasang perompak.

Setelah semua aman, Sinar Kudus konvoi dengan kapal perang menuju Oman. Sejumlah barang Sinar Kudus raib turut digondol perompak, seperti mesin perahu sekoci, lampu, piring, sendok, hingga alat tidur.

Kapal pun akhirnya dibawa ke Shalala Oman untuk dioperasi. Selanjutnya Sinar Kudus yang membawa nikel milik PT Aneka Tambang itu melanjutkan perjalanan ke Rotterdam, Belanda, dengan awak dan kru baru, plus pengawalan dari pasukan TNI. Para awak aslinya pulang ke Tanah Air, setelah disandera berpuluh hari.

Operasi beberapa jam ini menutup kisah 40 hari pasukan TNI di laut lepas. Mereka menguji kesabaran dan geregetan karena operasi militer yang harusnya bisa dilakukan tak kunjung dilakukan.

Dilepas sejak 23 Maret dari Tanjung Priok ke Colombo, Sri Lanka, sebelum akhirnya berada di perairan Somalia, gabungan pasukan ini berhari-hari dipenuhi kegiatan mengintai dan mengamati kapal-kapal yang dikuasai lanun.

Lampu hijau dari Jakarta untuk menyerbu baru muncul 6 April lalu. Seorang perwira TNI mengatakan, pasukan sudah siap melakukan operasi militer merebut Sinar Kudus. “Anak-anak sudah geregetan,” kata pria.

Keputusan penyerbuan sendiri baru diambil 18 April 2011, begitu otoritas itu keluar dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Meski begitu, pilihan yang diambil adalah opsi militer bukan jadi prioritas utama. Prioritas utama adalah keselamatan para sandera,” kata Panglima TNI, Laksamana Agus Suhartono.

Selama itu, kapal perang itu parkir mendekat ke Sinar Kudus, hanya 10 hingga 15 mil. Sejumlah aksi strategi penyerangan sudah disusun, termasuk menyerbu kampung perompak. “Masalahnya ada sejumlah kondisi tak memungkinkan.”

Walhasil, operasi tujuh jam akhirnya diselesaikan di Semenanjung Somalia dan Yaman. Imbalannya empat nyawa lanun plus US$ 3 juta yang tak bisa kembali.

Sumber: Tempo

TNI Polri Harus Sinergi

Pasukan anti terror TNI-POLRI
TIMIKA-(IDB) : TNI dan Polri harus lebih mempererat kekompakan dan keterpaduan, meningkatkan sinergitas dan koordinasi. TNI dan Polri juga harus profesional dalam menangani kekerasan horisontal, aksi terorisme, gejala radikalisme dan pembangkangan hukum guna menjamin keamanan dan ketertiban di masyarakat agar pembangunan dapat berjalan dengan baik dan lancar.

Demikian satu dari tujuh pesan Panglima TNI, Laksamana TNI Agus Suhartono saat memberikan pengarahan kepada prajurit TNI dan Polri di Timika, Papua, Jumat (13/5) minggu lalu. Panglima TNI dan Kapolri Jenderal Polisi Timur Pradopo ke Timika Papua dalam rangka kunjungan kerja.

Selain bersilahturahmi dengan prajurit TNI dan Polri di Timika, Panglima TNI dan Kapolri juga ingin mengetahui secara langsung kondisi prajurit TNI dan Polri dalam melaksanakan tugasnya sekaligus permasalahan yang terjadi di daerah.

Pada kesempatan itu, Panglima TNI juga meminta prajurit TNI dan Polri untuk memantapkan kualitas kepemimpinan lapangan yang tangguh dengan menjadikan diri para perwira sebagai sandaran dan idola anak buah. Hanya dengan demikian, para perwira akan begitu mudahnya mengerahkan dan mengendalikan satuan atau anak buah, agar tidak selalu berulang terjadinya pelanggaran disiplin, perbuatan asusila, tindakan melawan hukum atau pidana, main hakim sendiri dan lain-lain.

Prajurit TNI dan Polri juga diminta terus meningkatkan pembinaan satuan dengan mengedepankan keteladanan dan pengayoman, memahami aspirasi bawahan atau anggota, peduli dan membantu menyelesaikan persoalan yang mereka hadapi secara persuasif dan edukatif.

“Tingkatkan semangat dan jiwa korsa yang tinggi secara benar, proporsional terutama dalam menyikapi perbedaan pendapat atau kesalahpahaman di lapangan sehingga dapat mencegah sedini mungkin hal-hal negatif yang tidak perlu dan merugikan personel dan institusi TNI dan Polri,” kata Panglima TNI seperti dilansir dalam siaran pers Puspen TNI yang diterima Jurnal Nasional, Selasa (17/5).

Panglima TNI juga mengajak prajurit TNI dan Polri untuk bersama-sama meningkatkan berbagai upaya kreatif dan cerdas sebagai wahana dan sarana saling mempererat kekompakan dan keterpaduan. Secara periodik, lanjut Panglima TNI, perlu dilakukan kegiatan bersifat massal, misalnya, kegiatan keagamaan, karya bhakti, olahraga atau kegiatan lain yang dapat membangun keakraban.

Sumber: Jurnas

Info Intelijen Tak Akurat, TNI Batal Serang Perompak

JAKARTA-(IDB) : Pasukan TNI sebenarnya dapat dengan mudah melumpuhkan para perompak Somalia yang menyandera kapal MV Sinar Kudus dan 20 orang awaknya. Kendati akhirnya, pemerintah dan PT Samudera Indonesia, pemilik kapal, memilih memenuhi tuntutan para perompak dengan membayar uang tebusan.

Mudahnya menekuk para lanun Somalia ini ditegaskan Komandan Korps Marinir TNI Angkatan Laut, Mayor Jenderal (Mar) Alfan Baharudin dan Komandan Detasemen Jala Mengkara (Denjaka) Marinir TNI AL Kolonel (Mar) Suhartono. Alfan ditunjuk sebagai Komandan Satuan Tugas “Merah Putih”, nama satuan operasi pembebasan sandera Somalia. Adapun Suhartono, sebagai Komandan Satuan Penindak di lapangan yang membawahi 185 orang pasukan elite gabungan dari Denjaka Marinir TNI AL dan Satuan Penanggulangan Teror Kopassus TNI AD.

Pasukan TNI melakukan pengintaian awal terhadap kapal Sinar Kudus yang masih dikuasai perompak, pada 4 April 2011. Dari pengintaian udara menggunakan helikopter TNI AL, selain kapal Sinar Kudus yang sedang lego jangkar di lepas pantai Ceel Dhahanaan (El Dhanan), Somalia, juga tampak sejumlah kapal lain yang masih dikuasai para pembajak. “Awalnya ada delapan kapal bajakan, salah satunya Sinar Kudus,” kata Suhartono, yang saat itu memimpin pengintaian.

Setelah mengintai dari udara itulah pasukan TNI mempertimbangkan operasi militer pembebasan sandera dapat segera dilakukan. “Waktu itu sebetulnya sudah mengajukan saran. Tanggal 5 April itu adalah tanggal yang tepat untuk melakukan tindakan,” ujarnya dalam wawancara khusus Tempo di Markas Marinir Kwitang, Jakarta Pusat, Jumat pekan lalu, 13 Mei 2011.

Pertimbangannya, di perairan Somalia saat itu dalam kondisi bulan mati. Sejak sore hingga esok paginya, bulan tak nampak sama sekali. “Sehingga gelap, ini menguntungkan untuk menyergap,” kata Suhartono. Kondisi permukaan air laut juga jernih dan datar layaknya cermin. “Jadi mau manuver apapun enak sekali.” Kondisi ini jauh berbeda ketika memasuki bulan Mei, cuaca memburuk dan air laut mulai bergelombang.

Keyakinan pasukan dapat segera merebut Sinar Kudus juga diperkuat sejumlah peralatan memadai yang dibawa saat itu, seperti tiga buah Sea Riders Marinir TNI AL. Speedboat dengan bantalan karet disekelilingnya itu bisa melesat diatas permukaan laut dengan kecepatan hingga 45 Nautical Mile perjam. Setiap Sea Riders diawaki tiga orang; motoris, pembantu motoris dan satu penembak senapan mesin. Boat ini juga bisa mengangkut 10 personil pasukan khusus. “Tiap pasukan kita bekali dengan senapan mesin,” kata Suhartono.

Sayangnya, keyakinan pasukan di lapangan kurang mendapat sokongan dari Jakarta untuk melakukan serangan militer terhadap perompak. “Kami  minta izin, tapi ada pertimbangan lain dari Panglima TNI,” kata Alfan Baharudin. “Rencana itu harus disampaikan dulu ke Panglima TNI dan Presiden. Sebelum bertindak izin dulu ke atas.”

Jakarta rupanya mendapat informasi penempatan sandera Sinar Kudus dipisah-pisah. “Kondisi yang diharapkan Bapak Presiden, keberhasilan 70 persen itu jadi masih tanda tanya. Peluang keberhasilan tidak bisa dinilai,” kata Alfan. Karena informasi itulah Panglima TNI tak mengizinkan pasukan segera menyerang. “Karena yang tahu di depan. Saran tetap diajukan terus dari depan.”

Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono menilai posisi sandera yang terpisah membuat upaya TNI melakukan serangan militer mengalami kesulitan dan beresiko tinggi. "Selain itu, kapal Sinar Kudus berada diantara delapan kapal lainnya. Jadi akses kami sulit," ujar Agus di Markas Besar TNI Cilangkap, awal Mei lalu. Banyaknya perompak yang berjaga di kapal juga menyulitkan penyerangan. "Ada sekitar 15-20 kelompok terorganisir dengan setiap kelompok terdiri dari 30-50 orang," katanya.

Informasi lain, para awak Sinar Kudus diacak dengan sandera negara lain dari kapal berbeda. “Mungkin lima (sandera) di kapal mana, lima dimana, sehingga kalau kita bebaskan Sinar Kudus, paling banter kita dapat sandera lima orang, sisanya dari negara lain. Ini kan rawan,” kata Suhartono. Satgas juga beroleh informasi para sandera telah dibawa perompak ke Hobyo, sebuah camp di selatan El Dhanan. “Mungkin karena pertimbangan itu dijadikan acuan jangan menyerang dulu, karena data intelijen belum lengkap,” ujarnya.

Seperti halnya rencana merebut kapal dari tangan perompak, Satgas Merah Putih juga yakin dapat menduduki Pantai El Dhanan, basis para perompak. Pantai ini akan diduduki untuk mencegah bala bantuan dikerahkan perompak saat Sinar Kudus disergap oleh TNI. “Tidak sulit (menduduki El Dhanan),” kata Suhartono. “Tapi, semua kan tergantung keputusan dari atas. “Kalau diizinkan baru kita laksanakan.”

Informasi-informasi yang membatalkan rencana penyerangan terhadap perompak itu ternyata tak sepenuhnya akurat. Karena ketika Sinar Kudus berhasil dikuasai pasukan TNI, para awak kapal mengaku tak pernah dipisah-pisah dan selalu bersama di satu kapal. “Tidak benar, kami satu posisi saja, tetap di kapal,” tutur Masbukhin, mualim kapal Sinar Kudus kepada Tempo. “Entah informasi dari mana itu,” ujar Alfan Baharudin.
Sumber: Tempo

TNI Sempat Sasar Kampung Bajak Laut Somalia

BMP-3F arsenal baru marinir
JAKARTA-(IDB) : Andai pembebasan awak Sinar Kudus itu dilakukan dengan operasi militer, opsi apa saja yang disiapkan pasukan TNI? Setidaknya ada dua strategi besar yang disiapkan ketika pasukan ini diberangkatkan dengan dua kapal perang jenis fregat TNI Angkatan Laut, KRI Yos Sudarso dan KRI Halim Perdana Kusuma, ke perairan Somalia, 23 Maret lalu.

Rencana pertama adalah menyergap kapal Sinar Kudus yang dikuasai perompak, saat tengah berlayar di tengah laut. Kedua, melakukan serangan militer terhadap perompak saat Sinar Kudus lego jangkar atau merapat ke daratan.


Di luar dua rencana itu, ternyata Satuan Tugas “Merah Putih”--nama satuan operasi pembebasan sandera Somalia--ternyata sempat menyiapkan opsi khusus, yaitu menduduki Pantai Ceel Dhahanaan (El Dhanan) Somalia. Di pantai itu, bermukim ribuan perompak dan keluarganya.
Kabarnya, opsi khusus ini juga disetujui Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Bahkan, Panglima Tertinggi TNI itu juga memerintahkan TNI "menguasai" pantai yang hanya berjarak 500-600 meter dari kampung para perompak itu.

“Pantai itu diduduki untuk mencegah bantuan dari darat pada saat operasi pembebasan Sinar Kudus dilakukan," kata Komandan Korps Marinir TNI AL, Mayor Jenderal (Mar) Alfan Baharudin. Perintah Presiden itu diberikan saat membahas rencana operasi pembebasan sandera di Istana Cipanas, 16 April 2011.

Alfan, yang juga ditunjuk sebagai Komandan Satgas “Merah Putih” ini beralasan, El Dhanan memiliki posisi yang strategis untuk mencegah perompak mengerahkan bala bantuan saat kapal Sinar Kudus disergap pasukan TNI. Sebab, jarak kapal Sinar Kudus ketika lego jangkar hanya sekitar 3,5 Nautical Mile saja dari bibir pantai El Dhanan.

“Ini sangat dekat untuk mengerahkan bantuan,” ujar Alfan kepada Tempo, Jumat pekan lalu, 13 Mei 2011. Rencana menduduki kampung perompak di daratan ini, menurut Alfan, sudah mendapat restu dari Pemerintah Somalia.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Michael Tene juga membenarkan Pemerintah Somalia telah memberi izin kepada Pemerintah RI untuk menggelar operasi militer di wilayahnya. "Benar, boleh menggelar kekuatan," kata Michael. Bahkan, kata dia, restu Pemerintah Somalia untuk menggelar pasukan pembebasan sandera di wilayahnya telah dituangkan dalam sebuah resolusi Perserikatan Bangsa-Bangsa,

Guna mendukung rencana menduduki pantai Somalia itulah, dua kapal fregat yang diberangkatkan ke perairan Somalia juga membawa serta lima buah tank BNP3F milik Korps Marinir TNI AL. Selain tank, Satgas pembebasan sandera juga membawa sejumlah artileri lain. “Semuanya peralatan berat,” kata Komandan Detasemen Jala Mengkara Marinir TNI AL, Kolonel (Mar) Suhartono, pemimpin operasi militer di lapangan.

Perintah menduduki basis para perompak ini secara gamblang dituangkan dalam tugas pokok satgas pembebasan sandera yang disetujui Presiden. Tugas pokok penanggulangan teror TNI adalah melaksanakan operasi khusus pada hari H, jam J di perairan Somalia, dan menduduki Pantai El Dhanan. Serta, “Merebut dan menguasai kembali MV Sinar Kudus dalam rangka membebaskan sandera dari tangan pembajak.” kata Suha

Sumber: Tempo

Presiden Pantau Langsung Operasi Khusus Sinar Kudus

JAKARTA-(IDB) : Operasi pembebasan sandera kapal kargo Sinar Kudus dari gerombolan lanun Somalia di perairan Aden itu ternyata dipantau langsung Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. 

Presiden bahkan dikabarkan lebih mendukung operasi militer daripada membayar tebusan."Karena tidak ada satu pun pemerintahan yang mau memenuhi tuntutan para pembajak atau perompak. Begitu pesan Presiden," kata Mayor Jenderal Alfan Baharudin, Komandan Korps Marinir, dalam wawancara khususnya kepada Tempo, Jumat 13 Mei 2011 pekan lalu. 

Aflan ditunjuk sebagai Komandan Satuan Tugas Khusus penanganan operasi pembebasan sandera. Satuan Tugas pembebasan diberi nama Merah Putih dengan nama operasi Duta Samudera. 
April lalu, Alfan turut bersama Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono, Menko Polhukam Djoko Suyanto, dan Komandan Gugus Tempur mendengar gagasan operasi pembebasan itu. Presiden Yudhoyono yang mengundang mereka dalam pembahasan operasi pembebasan yang digelar beberapa kali. Selama pembicaraan itu, Presiden sama sekali tak menyinggung soal pembayaran tuntutan para perompak Somalia.
Menurut Alfan, Presiden menyetujui rencana operasi militer yang disodorkan kepadanya. Tapi, Yudhoyono meminta beberapa kondisi sebelum operasi militer digelar. “Pertama, yakinkan keberhasilan mencapai 70 persen,” ujar Alfan.


Kondisi kedua adalah mengoptimalkan rencana operasi militer saat kapal Sinar Kudus sedang dalam kondisi berlayar di tengah laut atau sedang lego jangkar. “Optimalkan pada dua kondisi itu. Memang kalau Sinar Kudus sedang di tengah laut, berlayar, mau kita sergap,” tutur Alfan.
Ada tiga kali rapat mematangkan operasi pembebasan itu. Pertama di kediaman pribadi Presiden di Cikeas, Bogor, Jawa Barat, pada Minggu malam, 27 Maret 2011, sebelas hari setelah kapal Sinar Kudus dibajak perompak Somalia. Empat hari sebelum dua kapal perang TNI AL jenis fregat diberangkatkan ke Somalia. Dua kapal perang itu, KRI Yos Sudarso dan KRI Halim Perdana Kusuma, mengangkut 185 orang pasukan elite gabungan dari Detasemen Jala Mengkara (Denjaka) Marinir TNI AL dan Kopassus TNI AD. Pasukan ini dipimpin Komandan Denjaka, Kolonel (Mar) Suhartono.

Rapat kedua adalah 16 April 2011 di Istana Cipanas. Selain Panglima TNI dan Komandan Korps Marinir, hadir pula Panglima Kostrad TNI AD Letnan Jenderal Pramono Edhie Wibowo serta dua menteri: Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro dan Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa.

Pertemuan itu dilanjutkan dengan rapat ketiga di Istana Bogor, pada Senin malam, 18 April 2011. Rapat untuk mematangkan rencana operasi militer itu baru dimulai pukul 21.30 WIB. “Presiden memutuskan, menunjuk saya menjadi komandan satuan tugas,” kata Alfan. “Presiden sangat setuju dengan rencana operasi militer.”

Sejumlah opsi serangan militer telah dirancang dan disetujui Presiden. Namun, pemerintah memang menutup opsi itu rapat-rapat. "Menyangkut keselamatan saudara kita yang disandera dan keselamatan saudara kita yang mengemban tugas pembebasan kapal," kata Presiden Yudhoyono di Kantor Presiden, pertengahan April lalu.

Sumber: Tempo

Pembebasan Sinar Kudus Lamban... ???

JAKARTA-(IDB) : Meski pemerintah mengklaim operasi pembebasan Kapal Kargo Sinar Kudus dari perompak Somalia terbilang sukses, tetap saja menyisakan tudingan. Pemerintah disebut lamban menangani operasi pembebasan itu. Benarkah begitu?

Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro membantah tudingan itu. Saat bertemu sejumlah pemimpin redaksi di Jakarta, Rabu 11 Mei 2011 malam pekan lalu itu, Purnomo malah balik memaparkan "kisah" di balik layar, pembebasan itu. “ Kami sudah all out,” kata Purnomo di kantornya. “Jadi, tidak benar pemerintah lamban.”

Purnomo memaparkan, 10 hari setelah kapal dibajak, Mabes TNI telah mengirimkan pasukan khusus ke perairan Somalia. Dari Kopassus, Komando Pasukan Khusus TNI Angkatan Darat hingga Komando Pasukan Katak, Marinir dan Detasemen Jala Mengkara dari TNI Angkatan Laut.

Belum lagi Peleton Intai Tempur Kostrad. “Mereka sebagian berangkat dulu, sebagian diterbangkan langsung ke Kolombo, Sri Langka, sebelum ke perairan Somalia,” kata Purnomo. “Dua Fregat kita, KRI Abdul Halim Perdanakusumah dan KRI Yos Sudarso, juga bersiap di sana.”

Menurut Purnomo, pemerintah memiliki tiga opsi atau pilihan rencana dalam upaya membebaskan kapal MV Sinar Kudus dari tangan perompak Somalia. Opsi pertama adalah negosiasi, kedua operasi militer, dan yang terakhir adalah opsi negosiasi dan operasi militer.

Ketiga opsi itu sudah diputuskan dalam rapat kabinet yang dipimpin Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. “Setelah dikaji, akhirnya opsi ketiga dipilih untuk membebaskan Sinar Kudus,” kata Purnomo.

Sejumlah kendala menjadi pertimbangan dalam melakukan opsi. Pertama, seluruh keluarga awak kapal meminta pemerintah menjamin keselamatan mereka. “Di media, melalui Ikatan Nakhoda Niaga Seluruh Indonesia, mereka meminta orang tua dan keluarga diselamatkan,“ kata Purnomo. ”Ini permintaan utama yang dimintakan ke Presiden.”

Kendala lainnya, kapal tim pembebasan yang disebut Duta Samudra itu baru tiba di lokasi setelah menempuh 12 hari tak bisa langsung melakukan operasi militer. Ketika kapal tiba di Kolombo, Sinar Kudus sudah bergeser ke Somalia.

Apalagi, kondisinya Sinar Kudus sudah lego jangkar di perairan Somalia. Jaraknya tiga mil dari daratan yang dikenal sebagai Kampung Perompak. Di perairan itu, posisi Sinar Kudus dikepung kapal-kapal lain yang diduga isinya adalah lanun. “Kami harus memperhitungkan risiko. Jika kapal bersandar, risiko tinggi jika dilakukan operasi militer,” kata Purnomo.

Saat lego jangkar, kata Purnomo, setidaknya ada 10 kapal negara lain yang ada di situ. “Sekali lagi, banyak korban yang dipertimbangkan,” ujarnya.


Faktor lainnya kenapa opsi militer tidak ditempuh karena kapal Sinar Kudus tidak seperti kapal kargo Hanjin Tianjin. Kapal kargo milik Korea Selatan itu, menurut Purnomo, memiliki ruangan yang kedap suara. Jadi, ketika Korea menyelamatkan kapal itu dari serangan kelompok Perompak, awak kapal korea itu sudah mematikan mesin kapal dan menyaksikan kedatangan perompak.

“Mereka sudah masuk ruangan dan mematikan mesin kapal,” ujarnya. “Kapal Korea itu memiliki 72 kompartemen.”

Selain itu, faktor alam juga berpengaruh. Akhir Maret, ternyata tidak ada bulan di akhir Maret. Karena itu, kapal perang itu tidak bisa mendekat lebih dari 20 mil. “Jadi kalau malam ya seperti siang, terang benderang,” kata Purnomo. “Praktis, kondisinya tak memungkinkan melakukan serangan.”

Karena itu, menurut Purnomo, pasukan TNI seolah menunggu. “Kami menunggu saat tepat,” ujarnya. "Jadi, KRI kita membayangi para bajak laut dan Sinar Kudus.”

Repotnya, ternyata di sana sudah banyak calo. “Mereka sudah mengatur uangnya diserahkan ke mana. Jadi, ini tidak mudah.” Menurut Purnomo, pembajakan kapal di perairan Somalia ini telah menjadi "industri" besar sejak 2007. “Setidaknya lebih dari 70 kasus pembajakan oleh pembajak Somalia dan tren ini terus berlanjuit bahkan meningkat.”

Meski begitu, Purnomo memastikan pembebasan sandera Sinar Kudus kali ini adalah bagian prestasi sendiri. Selama ini, rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk tercapainya pembebasan di tahun 2010 adalah lebih dari 150 hari dan waktu tersingkat sekitar 60 hari. “Tidak ada satu negara pun yang bisa membebaskan kurang dari 150 hari. Kita bisa mengatakan prestasi yang baik berkat kerja sama hanya 46 hari," ujarnya.

Sumber: Tempo

India To Invest $46.96 Billion On 101 Naval Ships

Indian Navy Ship
NEW DELHI-(IDB) : India will invest $46.96 billion as part of its move to boost up its naval forces over the next 20 years adding 101 new warships, ranging from sophisticated destroyers to nuclear submarines.

"Going by the investment value, India is expected to build sophisticated destroyers, new generation and new radar vessels, nuclear submarines, and amphibious ships," Naval analyst Bob Nugent and vice president of the United States-based AMI International, said here today.

Speaking at a pre-event press conference for the International Maritime Defence Exhibition and Conference to be held here for May 18 to 20, the international expert said that Indian investments in surface and under sea platforms would be double that of China, which was spending $23.99 billion to build 113 war vessels.

While, Indian naval programme would be focused on building nuclear submarines, the Chinese thrust would be on building an aircraft carrier.

India, he said was looking at building compact high-speed and high-tech warships, the analyst said, that Indian shipyards were in the process of completing high-speed coastal boats to prevent Mumbai type terror attacks from the sea.

He said, that Indian naval shipyards were already operating its full capacity, raising the risk of ship building programmes running short of local yard space.

He cited that the first casualty could be India's ambitions to build six French Scorpene submarines, adding that this order could be reduced from six to three due to limited yardspace.

Maritime experts said, that India's expenditure on warship building could account for as much as 27.8%of the total investment in Asia-Pacific.

They said, that India and China naval buildup programme would outstrip that of non-NATO and even Russian investments.

Other major naval investors in Asia-Pacific would include Australia - $14 billion, Indonesia - $7 billion, Taiwan - $16 billion, Pakistan - $2.85 billion and Singapore - $1.74 billion.

Backing his confident in the Indian investment on naval ships, he pointed out that India have built and or was in the process of completing 100 coastal boats.

Nugent stressed that the high dollar investments for each country showed the high-end naval vessels to be built in the coming years though the number of units might be small.

He said the region was already rated as the world's leading investor in the naval vessels, with 340 units, worth $69.1 billion, being built or to be completed over the next three years. 

Sumber: Dnaindia

Iran-Mesir Memainkan Peran Kunci di Dunia Muslim

TEHRAN-(IDB) : Ketua parlemen Iran, Ali Larijani mengatakan pada hari Senin (16/5) bahwa hubungan persaudaraan antara Republik Islam Iran dan Mesir akan berdampak positif terhadap negara-negara Muslim.
 
Larijani membuat pernyataan itu dalam pertemuan dengan dua tokoh sosial-politik Mesir di Tehran.

Sebagaimana dilaporkan IRNA, Larijani menuturkan, pemerintah dan bangsa Iran sejak awal mendukung kebangkitan rakyat Mesir. Ditambahkannya, prospek kerjasama antara kedua negara sangat menjanjikan.

"Kesamaan sejarah, budaya dan agama berfungsi untuk memperluas kerjasama persahabatan antara Tehran dan Kairo," jelasnya. Ia berharap perkembangan saat ini di Mesir akan meningkatkan posisi negara itu di tengah negara-negara Islam.

Menurut Larijani, Amerika Serikat, rezim Zionis Israel dan beberapa monarki Arab, menentang perluasan hubungan antara Iran dan Mesir. Ditambahkannya, AS berusaha untuk membawa kembali gerakan reaksioner ke panggung politik guna mencegah tumbuhnya gerakan-gerakan alami di antara bangsa-bangsa.

"AS dan kediktatoran adalah dua tantangan utama kebangkitan rakyat di kawasan. Namun, sistem demokrasi dapat membantu mengatasi hambatan itu," ujarnya. 

Sumber: Irib

Israel: Revolusi Arab Telah Menggedor Pintu Israel

Demo anti-Israel di Hari Nakbah di Washington
TEL AVIV-(IDB) : Koran Haaretz, terbitan Israel dalam laporannya hari ini (16/5), menyinggung bentrokan kemarin antara militer Israel dan warga Palestina di wilayah perbatasan Palestina pendudukan seraya menekankan bahwa revolusi Arab telah "menggedor" pintu Israel. 
 
Aluf Ben, penulis laporan tersebut menyatakan bahwa demonstrasi warga Palestina di Hari Nakbah (Hari Petaka Palestina) di Majdal al-Shams di Suriah dan di Marwan al-Ras di Lebanon, telah membuyarkan halusinasi rezim Zionis Israel untuk hidup tenang. 

Menurutnya, bentrokan antara warga Palestina dan militer Israel kemarin itu menghancurkan total mimpi Israel untuk membangun "villa di tengah hutan." 

Di lain pihak, televisi saluran 10 Israel dalam analisanya menyebutkan bahwa apa yang terjadi kemarin pada peringatan Hari Nakbah, telah memberi semangat kemenangan bagi dunia Arab dalam menghadapi Israel. 

Militer Israel saat ini khawatir peristiwa berdarah kemarin di perbatasan Palestina pendudukan dengan Suriah dan Lebanon, akan terulang kembali dan warga Palestina pada akhirnya akan berhasil merebut wilayah yang diduduki Israel. 

Perdana Menteri Israel, Benyamin Netanyahu, menilai demonstrasi pada Hari Nakbah memperingati 60 tahun pembentukan ilegal rezim Zionis itu sebagai demonstrasi anti-eksistensi Israel.

Menurutnya, pihak penyelenggara demonstrasi tersebut menyoal eksistensi rezim Zionis secara utuh dan tidak puas hanya dengan perbatasan tahun 1967.

Sumber: Irib

Bantai Warga Palestina, Liga Arab Tuntut Israel

JORDANIA-(IDB) : Para menteri luar negeri anggota Liga Arab meminta Dewan Keamanan PBB berani bertanggung jawab atas kejahatan Rezim Zionis Israel di tanah pendudukan dan perbatasan Lebanon serta Suriah.
 
Seperti dilaporkan Kantor Berita Jordania, para menlu Liga Arab merilis statemen menyatakan bela sungkawanya terhadap bangsa Palestina serta keluarga korban kekejaman Israel di hari Nakbah.

Di statemennya para menlu negara Arab memperingatkan dampak penjajahan dan kejahatan Israel di tanah pendudukan Palestina khususnya berlanjutnya pembangunan distrik Zionis di Tepi Barat dan Baitul Maqdis timur serta pemusnahan hak-hak bangsa Palestina. Menurut mereka langkah-langkah Israel ini kian mempersulit upaya perdamaian di kawasan.

Dalam statemen tersebut ditekankan, mengingat upaya Israel untuk menyelewengkan isu Palestina dan melarikan diri dari tanggung jawabnya terkait perdamaian di kawasan maka masalah Palestina lebih urgen dibanding isu yang berkembang di negara Arab.

Sumber: Irib

Lebanon Adukan Israel ke PBB

NEW YORK-(IDB) : Wakil Lebanon di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengadukan kejahatan Rezim Zionis Israel terhadap rakyat Palestina di wilayah perbatasan Marwan al-Ras yang berada di Lebanon selatan.
 
Rakyat Palestina baik di dalam wilayah pendudukan maupun yang berada di kamp-kamp pengungsi di Lebanon dan Suriah menggelar aksi demo besar-besaran memprotes penjajahan di tanah air mereka oleh Israel. Aksi demo damai yang digelar kemarin (Ahad 15/5) bertepatan dengan peringatan Hari Nakbah mendapat perlakuan keras dari pihak pasukan keamanan Israel, akibatnya tercatat sekitar 400 orang gugur atau cidera. Di Lebanon selatan sendiri tercatat 110 orang mengalami luka-luka akibat serangan tentara Israel. Demikian dilaporkan IRNA.

Di surat pengaduannya, Lebanon menyatakan, kejahatan Israel ini merupakan permusuhan terhadap bangsa Lebanon dan menunjukkan bahwa rezim ini berulangkali melanggar kedaulatan Beirut dan mengabaikan resolusi Dewan Keamanan PBB. 

Dalam pengaduannya, Lebanon juga meminta Dewan Keamanan melakukan langkah-langkah praktis untuk mencegah berlanjutnya kejahatan Israel dan menekan Tel Aviv segera menghentikan brutalitasnya. Lebanon juga meminta Dewan Keamanan menjaga keamanan dan perdamaian internasional.

Michael C. Williams, utusan khusus sekjen PBB mengkhawatirkan dan menyesalkan peristiwa pembantaian di Marwan al-Ras oleh Israel. Dikatakannya, peristiwa ini merupakan kejadian terpenting dan serius selama 2006 hingga kini.

Ia juga mengkhawatirkan kejadian serupa yang terjadi di perbatasan Lebanon dan Suriah. "Saya meminta pihak-pihak terkait untuk bersabar dan menghormati resolusi 1701 Dewan Keamanan PBB. Dan saya berterima kasih atas upaya militer Lebanon dan UNIFIL," tambah Williams. 

Sumber: Irib