JAKARTA-(IDB) : Tahun depan, Skuadron Udara 11 TNI AU akan lengkap terdiri dari 16 pesawat tempur Sukhoi Su-27 Flankers series, termasuk sistem kesenjataan dan avionika tercanggih yang sedang dalam pemesanan.
"Insya Allah, tahun depan lengkap. Kami sangat mendukung perkuatan dari saat ini yang 40 persen dari kekuatan esensial minimum. Saya baru merasakan berada dalam kokpit pesawat tempur ini selama 30 menit di udara," kata Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas, Armida Alisyahbana, di Jakarta, Kamis.
Bersama koleganya, Menteri Pendidikan Nasional, M Nuh, Kepala Staf TNI AL, Laksamana TNI Marsetio, dan Kepala Staf TNI AD, Jenderal TNI Moeldoko, dia diberi wing kehormatan penerbang tempur TNI AU. Adalah Kepala Staf TNI AU, Marsekal TNI IB Putu Dunia, yang menyematkan wing kehormatan penerbang tempur itu di flight suit masing-masing, disaksikan Panglima TNI, Laksamana TNI Agus Suhartono, dan segenap pimpinan TNI.
"Insya Allah, tahun depan lengkap. Kami sangat mendukung perkuatan dari saat ini yang 40 persen dari kekuatan esensial minimum. Saya baru merasakan berada dalam kokpit pesawat tempur ini selama 30 menit di udara," kata Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas, Armida Alisyahbana, di Jakarta, Kamis.
Bersama koleganya, Menteri Pendidikan Nasional, M Nuh, Kepala Staf TNI AL, Laksamana TNI Marsetio, dan Kepala Staf TNI AD, Jenderal TNI Moeldoko, dia diberi wing kehormatan penerbang tempur TNI AU. Adalah Kepala Staf TNI AU, Marsekal TNI IB Putu Dunia, yang menyematkan wing kehormatan penerbang tempur itu di flight suit masing-masing, disaksikan Panglima TNI, Laksamana TNI Agus Suhartono, dan segenap pimpinan TNI.
Dengan
begitu, Alisyahbana menjadi perempuan pertama Indonesia yang ikut
terbang dalam kokpit pesawat tempur generasi empat buatan Rusia itu,
sekaligus perempuan pertama Indonesia yang berhak memakai wing kehormatan penerbang tempur TNI AU.
Menurut Alisyahbana, kelengkapan persenjataan Sukhoi Su-27 Flankers
series (termasuk versi kursi ganda, Sukhoi Su-30MKI), merupakan satu
paket program penguatan kekuatan militer di udara. Indonesia membeli
Sukhoi Su-27 dari varian SKM untuk versi kursi tunggal, dan Su-30 Mk2
pada versi kursi ganda.
Dari sisi kesenjataan, Sukhoi Su-27 Flanker
bisa dimuati peluru kendali berpemandu terdiri dari R-73, R-27ER,
R-27ET, dan RVV-AEI. Sedangkan peluru kendali tak berpemandu yang bisa
digotong adalah FAB-500M62/RBK-500/ZB-500, FAB-250M54, FAB-250M62,
OFAB-100-120, B-8MI, dan B-13L.
Sukhoi Su-27 Flanker dengan manuver Pugachev-nya
yang sangat menakutkan itu juga bisa membawa peluru kendali udara ke
darat, yaitu Kh-29T, Kh-31P(A), Kh-59M, KAB-500Kr, KAB-1500Kr, selain
1.500 butir peluru munisi panas GSh-301 dari kanon 30 milimeter S-25.
Skuadron
Udara 11 ada di bawah Wing 5 TNI AU yang berkedudukan di Pangkalan
Udara Utama TNI AU Hasanuddin, Makassar. Pada akhir Februari lalu (22/2)
dua jet tempur Sukhoi Su-30Mk2 Flanker tiba, mendarat di landasan pangkalan udara di Makassar itu.
Saat
tiba, kedua Su-30 Mk2 itu dalam keadaan dilepas sayap-sayap, dan radome
radarnya agar muat di dalam ruang kargo An-124-100 itu. Setelah lengkap
diturunkan semuanya, kedua pesawat tempur dengan riwayat penerbangan
masih 0 jam terbang, baik untuk mesin ataupun struktur pesawat
terbangnya, dirakit.
Kedua pesawat tempur TNI
AU itu bagian dari enam tambahan Sukhoi Su-30 dan Su-27 yang dipesan
lagi oleh Indonesia dari Rusia. Indonesia memesan varian Su-27 SKM dan
Su-30 Mk2, karena Rusia menyesuaikan keperluan pembeli.
Sejak awal pada Maret 2003, Indonesia membeli seluruh penempur TNI AU itu dari pabriknya, KNAAPO (Komsomolsk-na Amure Aircraft Production Association) di Rusia.
Saat
itu dua Su-27 SKM dan satu Su-30 Mk2 mendarat di Pangkalan Udara Utama
TNI AU Iswahyudi, Maospati, Jawa Timur. Kedatangan kali kedua seri
Sukhoi yang memiliki kemampuan di atas F-15 Eagle atau pesawat tempur
generasi 4 ini adalah pada 2009 dan 2010.
Menurut
sumber, berlainan dengan Amerika Serikat dan negara-negara Barat pada
umumnya, Rusia menjual produk-produk persenjataannya --terutama pesawat
tempur-- dalam modul-modul terpisah, yang mengharuskan pembeli jeli dan
cermat.
Masing-masing modul --termasuk sistem
kesenjataan dan avionika-- itu dibeli secara terpisah dengan pelatihan
terpisah pula. Persenjataan Sukhoi itu, sebagai misal, melalui proses
yang berbeda dengan proses pembelian pesawat tempurnya.
Ini
yang menyebabkan selama beberapa tahun, Su-27 SKM dan Su-30 Mk2 TNI AU
terbang tanpa dilengkapi peluru kendali dan persenjataan lain.
Sumber : Antara
Indonesia ini luas dan persenjataan kita terbatas.Alangkah lebih baik dimasa damai ini sistem senjata disebar.,misalnya di stand by kan 2 unit sukhoi di Indonesia timur,2 unit di barat,selebihnya di Makassar.Seandainya ada black flieght cepat bisa dicegah sebelum masuk lebih dalam kewilayah kita.Begitu juga untuk laut disiagakan 2 LPD di timur dan barat ,sehingga bisa bergerak cepat bila terjadi bencana.Tidak seperti sekarang ngumpul semua di Surabaya.
BalasHapusSu-27M itu sama dengan SU-35, lha kalau SU-27SKM apa sama dengan SU-35BM..???
BalasHapusTulisan diatas bilang, kalau+> "Indo akan melengkapi SU-27SKM sebanyak16 unit (1 Skua) dengan sistem kesenjataan dan avionika tercanggih yang sedang dalam pemesanan."
Itu artinya kita telah pesan SU-35BM / SU-35S yang terbaru. BETOL TIDAK pren???
wartawannya lagi panadol bro.
Hapusbetol gan, su35 tuh berbasis su27.
Hapus_http://strategi-militer.blogspot.com/2012/08/tni-au-segera-diperkuat-pesawat-tempur.html
duh miris ngeteng melulu..., malu-maluin.
BalasHapus