NUNUKAN-(IDB) : Komando Pasukan Khusus (Kopassus) menggelar Ekspedisi Khatulistiwa 2012. Dalam ekspedisi tersebut, selama tiga bulan pasukan elit TNI AD itu akan menyusuri wilayah di Pulau Kalimantan yang berbatasan langsung dengan Malaysia. Selain itu, Tim Ekspedisi juga akan masuk ke pedalaman Kalimantan.
Kepala Penerangan Kopassus, Letkol (Inf) Taufik Sobri, mengatakan bahwa ekspedisi itu melibatkan 977 orang. "Dari Kopassus ada 200-an," papar Sobri di sela-sela acara lomba menembak bagi wartawan sebagai rangkaian acara peringatan hari ulang tahun Kopassus ke-60 di Markas Kopassus, Cijantung Jakarta Timur, Minggu (14/4).
Dipaparkannya, ekspedisi itu sudah dimulai pada 3 April lalu dan akan berakhir pada 10 Juli mendatang. Namun dalam ekspedisi itu Kopassus juga melibatkan pihak lain.
"Ada Paskhas TNI AU dan Marinir. Tim ekspedisi juga melibatkan tim ahli dari perguruan tinggi dan kelompok pecinta alam," papar perwira menengah di korps elit TNI pemilik semboyan Tribuana Chandraca Satya Dharma itu.
Terdapat tiga tim dalam ekspedisi tersebut. Yakni Tim Penjelajah, Tim Peneliti dan Tim Komunikasi Sosial. Tim Penjelajah bertugas membuka jalan di wilayah perbatasan dengan Malaysia maupun pedalaman di hutan Kalimantan.
Tim Penjelajah juga dibekali peralatan lengkap untuk komunikasi dan GPS. "Kita masuk ke titik-titik perbatasan. Bukan patok yang kita jadikan acuan karena itu bisa digeser. Kita mengacu ke koordinat titik perbatasannya," ucapnya.
Dari Kopassus terdapat 47 anggotanya yang terlibat dalam Tim Penjelajah. Mereka adalah tentara yang memiliki spesialisasi jelajah rawa, laut, sungai dan pantai atau sering disingkat Tim Ralasuntai.
Sementara Tim Peneliti bertugas menginventarisir potensi Sumber Daya Alam (SDA) di wilayah perbatasan ataupun pedalaman Kalimantan. Tim Peneliti di ekspedisi itu akan mengambil sampel tanah dan kandungan di dalamnya, serta tumbuhan yang berpotensi untuk dimanfaatkan.
Ada pun Tim Komunikasi Sosial akan masuk ke masyarakat yang tingal di perbatasan maupun pedalaman. "Kita akan identifikasi persoalan masyarakat di perbatasan. Misalnya mengapa mereka menjadi begitu tergantung pada Malaysia," paparnya.
Ditambahkannya, temuan dari lapangan akan dilaporkan ke Pos Komando (Posko) ekspedisi di Gedung Serbaguna, Makopassus. "Ada update informasi setiap hari. Setiap temuan akan dilaporkan ke Posko di Makopassus. Nanti akan ada output dari kami sebagai hasil ekspedisi," tuturnya.
Kepala Penerangan Kopassus, Letkol (Inf) Taufik Sobri, mengatakan bahwa ekspedisi itu melibatkan 977 orang. "Dari Kopassus ada 200-an," papar Sobri di sela-sela acara lomba menembak bagi wartawan sebagai rangkaian acara peringatan hari ulang tahun Kopassus ke-60 di Markas Kopassus, Cijantung Jakarta Timur, Minggu (14/4).
Dipaparkannya, ekspedisi itu sudah dimulai pada 3 April lalu dan akan berakhir pada 10 Juli mendatang. Namun dalam ekspedisi itu Kopassus juga melibatkan pihak lain.
"Ada Paskhas TNI AU dan Marinir. Tim ekspedisi juga melibatkan tim ahli dari perguruan tinggi dan kelompok pecinta alam," papar perwira menengah di korps elit TNI pemilik semboyan Tribuana Chandraca Satya Dharma itu.
Terdapat tiga tim dalam ekspedisi tersebut. Yakni Tim Penjelajah, Tim Peneliti dan Tim Komunikasi Sosial. Tim Penjelajah bertugas membuka jalan di wilayah perbatasan dengan Malaysia maupun pedalaman di hutan Kalimantan.
Tim Penjelajah juga dibekali peralatan lengkap untuk komunikasi dan GPS. "Kita masuk ke titik-titik perbatasan. Bukan patok yang kita jadikan acuan karena itu bisa digeser. Kita mengacu ke koordinat titik perbatasannya," ucapnya.
Dari Kopassus terdapat 47 anggotanya yang terlibat dalam Tim Penjelajah. Mereka adalah tentara yang memiliki spesialisasi jelajah rawa, laut, sungai dan pantai atau sering disingkat Tim Ralasuntai.
Sementara Tim Peneliti bertugas menginventarisir potensi Sumber Daya Alam (SDA) di wilayah perbatasan ataupun pedalaman Kalimantan. Tim Peneliti di ekspedisi itu akan mengambil sampel tanah dan kandungan di dalamnya, serta tumbuhan yang berpotensi untuk dimanfaatkan.
Ada pun Tim Komunikasi Sosial akan masuk ke masyarakat yang tingal di perbatasan maupun pedalaman. "Kita akan identifikasi persoalan masyarakat di perbatasan. Misalnya mengapa mereka menjadi begitu tergantung pada Malaysia," paparnya.
Ditambahkannya, temuan dari lapangan akan dilaporkan ke Pos Komando (Posko) ekspedisi di Gedung Serbaguna, Makopassus. "Ada update informasi setiap hari. Setiap temuan akan dilaporkan ke Posko di Makopassus. Nanti akan ada output dari kami sebagai hasil ekspedisi," tuturnya.
Sumber : JPNN
Mantafffffff....sudah saatnya ditarik benang merah perbatasan itu kembali....tapi ingat kewajiban tidak sampai disitu saja.....TNI Manunggal harus turun di perbatasan untuk membangun fasilitas umum dan menumbuhkan kesejahteraan rakyat disana.....
BalasHapus