ANALISIS-(IDB) : Kalau ada berita tentang latihan tempur TNI, apakah berskala internal Marinir, atau internal matra TNI AL atau antar matra gabungan (AD, AL, AU), pasukan Marinir adalah yang paling kuat gema tempurnya karena hantu laut ini adalah pasukan penggempur dan pemukul yang melakukan serangan dari laut menuju pantai melalui serangan amfibi. Visualnya sangat jelas, menjelang subuh (selalu begitu) didahului oleh serangan udara langsung melalui jet-jet tempur TNI AU pada kawasan pantai yang akan didarati, lalu ada gempuran tembakan dari sejumlah KRI Fregat dan Korvet yang mengawal pasukan Marinir. Suasana serangan udara dan laut itu sendiri dari sisi visual dengan kondisi alam yang masih pagi buta menimbulkan sensasi sendiri dengan warna rasa “penuh mencekam”.
Kemudian dilakukan pendaratan amfibi. Titik kritis itu ada disini, ketika sejumlah tank amfibi dan panser amfibi dikeluarkan dari perut KRI LST dan LPD lalu mengarungi perairan pantai sejauh kisaran mil. Ruang dan waktu berenangnya alat tempur amfibi Marinir menuju titik tumpuan pantai sangat rentan oleh serangan balasan pihak musuh yang berlindung di sepanjang pantai dengan rudal anti tank atau serangan rudal dan roket dari pantai, atau serangan udara balasan, atau dihadang MBT dan artileri lawan. Karena itu hanya latihan maka dramatisasi kondisi tempur pihak lawan dengan situasi serangan yang sebenarnya, tidak sampai sejauh itu ceritanya. Biasanya pihak lawan diasumsikan berkekuatan 1 batalyon, lalu dihadapi dengan 1 brigade Marinir. Dalam latgab di Sangatta tahun 2008 pasukan musuh diasumsikan berkekuatan 1 brigade dan dihadapi dengan kekuatan 1 divisi pasukan Marinir.
Yang lebih menggembirakan tentu saja berita tentang akan diperkuatnya pasukan marinir TNI AL dari 2 Pasmar menjadi 3 Pasmar yang sudah mengembang sejak setahun lalu. Pengembangan kekuatan itu semakin dipertegas dengan pernyataan KSAL Laksamana TNI Suparno pada HUT Korps Marinir tanggal 15 Nopember 2011 sekaligus memberikan kepastian jelas ruang pemekaran itu sedang berjalan tanpa publikasi luas. Saat ini kekuatan Pasukan Marinir sebagai komando utama TNI AL berkekuatan 23.000 prajurit dengan alokasi Pasmar (Pasukan Marinir) I di Surabaya dan Pasmar 2 di Jakarta serta embrio Pasmar 3 di Lampung. Di Sorong juga sudah ada 1 batalyon Marinir sebagai cikal bakal pembentukan satu brigade Marinir di Papua.
Pasmar I (sama dengan kekuatan setingkat divisi) memiliki markas besar di Surabaya. Makanya Surabaya secara de facto disebut juga kota Marinir dan Angkatan Laut karena disana ada kesatrian Marinir dan pangkalan angkatan laut terbesar di Indonesia. Bandara Juanda itu sejatinya adalah Lanudal, bukan Lanud. Pasmar I terdiri dari Brigade Infantri 1 Marinir, Resimen Kavaleri 1, Resimen Artileri 1 dan Resimen Bantuan Tempur 1. Brigade Infantri 1 memiliki 3 batalyon infantri dan 1 satuan khusus yaitu batalyon intai amfibi. Ketiga batalyon infantri itu adalah Yonif 1 Mar, Yonif 3 Mar dan Yonif 5 Mar.
Sedangkan Resimen Kavaleri 1 memiliki kekuatan 3 batalyon yaitu 1 batalyon tank amfibi, 1 batalyon panser amfibi, 1 batalyon kapal pendarat. Resimen Artileri Marinir 1 memiliki 3 batalyon yaitu 1 batalyon meriam berat / howtizer, 1 batalyon Roket dan 1 batalyon Arhanud. Resimen bantuan tempur Marinir 1 membawahi 5 batalyon yaitu batalyon telekomunikasi dan elektronika, 1 batalyon perbekalan, 1 batalyon kesehatan, 1 batalyon Angkutan Bermotor dan 1 batalyon provost.
Untuk Pasmar II di Jakarta struktur dan kekuatannya sama saja. Yang membedakannya adalah kalau di Jakarta nomor genap maka di Surabaya nomor ganjil. Maksudnya kalau kita menyebut Yonif 2 Mar atau Yonif 4 Mar maka alokasinya satuannya ada di Jakarta. Kalau kita menyebut Brigade Infantri 1 Marinir maka alokasinya ada di Surabaya. Sementara satu brigade Marinir yang sudah terbentuk di Piabung Lampung memiliki 3 batalyon Marinir yaitu Yonif 7 Mar, Yonif 8 Mar, dan Yonif 9 Mar. Kalau ini mau dijadikan Pasmar III, tinggal menambah kekuatan Resimen Kavaleri, Resimen Artileri dan Resimen Bantuan Tempur. Walaupun dikatakan “tinggal menambah” sejatinya inilah yang paling mahal ongkosnya karena menyangkut pengadaan alutsista berupa tank amfibi, panser amfibi, howitzer, roket dan rudal. Belum lagi penambahan KRI LST dan LPD untuk menunjang mobilitas tempurnya.
Korps Marinir saat ini adalah satuan tempur yang paling lengkap mobilitas tempur dan gerak operasionalnya. Kekuatan persenjataannya diperkirakan memiliki 400-450 tank amfibi/panser amfibi dan ratusan alat tempur lainnya seperti Meriam, Howitzer, MRLS, NDL-40, Kapa, Rudal SA-7 Grail, Rudal Arhanud, Rudal Anti Tank. Roket R-han buatan Pindad-Lapan yang baru diproduksi massal adalah alutsista yang mengisi gudang-gudang kesatrian batalyon Marinir. Alutsista Marinir terbaru adalah tank amfibi BMP-3F buatan Rusia. Jumlah yang tersedia baru 17 unit dan Korps Marinir sedang menunggu kedatangan 54 unit BMP-3F tahun ini. Tank amfibi jenis lain yang dimiliki Marinir adalah dari jenis APC (Armored Personel Carrier) yaitu 40 unit tank BMP-2 dari Slovakia, 80 unit tank AMX-10 buatan Perancis, 85 unit BTR-50 buatan Rusia, 12 unit BTR-80A , 10 unit LVTP-7A1 buatan AS. Sementara tank tua yang dilengkapi dengan meriam 76,2 mm yang masih dimiliki Marinir adalah dari jenis PT76. Yang menarik adalah tank PT76 sudah diretrofit dengan mengganti mesinnya dengan mesin diesel 300 HP, sistem baru firing control, dipasangi laser range finder, perangkat night vision dan mengganti meriamnya dengan meriam Cockerill 90 mm. Jadi walaupun namanya PT76 namun rasa tempurnya sudah setara PT90.
Memang sudah selayaknya Korps Marinir diperkuat sampai 3 divisi. Ini sejalan dengan pengembangan kekuatan armada laut TNI AL yang sedang dikembangkan dari 2 armada menjadi 3 armada. Wajar dong negara kepulauan harus punya angkatan laut dan udara yang kuat. Logikanya sederhana, kalau ada konflik regional yang akan maju duluan untuk gebuk-gebukan adalah AU dan AL. Nah peran Marinir menjadi sangat kuat manakala konflik itu sampai pada tahap merebut pulau yang diduduki musuh atau yang dipersengketakan. Melalui serangan laut dan operasi amfibi, Marinir melakukan pendaratan dengan sejumlah alutsistanya. Setelah itu semuanya berubah menjadi pertempuran darat. Semua alutsista Marinir apakah dia bernama BMP3F, BTR-50, PT76, BTR80, RM Grad, Howitzer masih akan ikut terus dalam pertempuran darat*bergerak maju menghabisi musuh di pulau yang diduduki musuh itu.
Yang menarik hampir seluruh alutsista Korps Marinir berasal dari “blok Timur”. Yang dari Barat misalnya tank AMX-10 yang ternyata hanya dipakai pada saat defile upacara, jarang terlihat dalam latihan serangan amfibi. Usut punya usut katanya spek teknisnya tidak mendukung untuk operasi amfibi karena mudah terguling. Ada juga tank amfibi jenis LVTP-7A1 buatan Paman Sam merupakan hibah dari Korsel karena TNI AL melakukan operasi bedah KRI Cakra dengan dokter dari Daewoo. Janjinya sih Korsel mau menghibahkan 35 LVTP-7A1, yang baru direalisasikan 10 unit, masih ada “hutang” 25 unit. Mestinya ditagih dong apalagi kita sudah pesan 3 kapal selam, 16 jet latih tempur T50 Golden Eagle dan alutsista lainnya. Dalam bahasa bisnis ini sah-sah saja apalagi karena menyangkut janji, tentu harus dipenuhi.
Sumber : Analisis
0 komentar:
Posting Komentar