KUALA LUMPUR-(IDB) : Presiden "Mubarak" atau Majelis Bekas Wakil Rakyat Malaysia Dato, Sri Abdul Aziz Rahman, mengatakan bahwa ada beberapa pihak yang dicurigai berupaya merusak hubungan Indonesia dan Malaysia.
"Padahal, Indonesia dan Malaysia memiliki jejak sejarah yang sangat panjang," katanya dalam pertemuan silaturahmi dengan Pelaksana Tugas Gubernur Sumatera Utara Gatot Pujo Nugroho di Medan, Jumat.
Menurut Dato' Sri Abdul Aziz, hubungan kesejarahan Indonesia dan Malaysia terlangsung sejak masa kerajaan Majapahit, dan berlangsung pada masa Sriwijaya, hingga Samudera Pasai di Aceh.
Sebagai bangsa yang termasuk rumpun melayu, Indonesia dan Malaysia hanya terpisah ketika Belanda dan Inggris menjajah kedua Negara yang lokasinya berdekatan tersebut.
Sebagai sebuah bangsa dan negara, Malaysia selalu mengakui kebesaran Indonesia yang merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan berbagai potensi dan kekayaannya.
Namun sayangnya, ketika globalisasi telah terjadi dan informasi semakin berkembang, banyak pihak yang mencoba untuk mencari perbedaan antara Indonesia dan Malaysia serta menjadikannya untuk memperburuk hubungan kedua negara.
Ia mencontohkan tentang perbedaan pendapat mengenai keris, batik, wayang, dan budaya lainnya yang sengaja "dipanas-panasi" untuk meretakkan hubungan Indonesia dan Malaysia sebagai Negara serumpun dan bertetangga.
Pihaknya tidak membantah tentang adanya perbedaan pendapat dan isu sensitif antara Indonesia dan Malaysia dalam beberapa tahun terakhir. Namun sayangnya, perbedaan pendapat dan isu sensitif tersebut selalu dibesar-besarkan. "Padahal, itu isu `remeh`," katanya.
Karena itu, kata dia, pihaknya selalu merindukan sosok dan pemimpin Indonesia seperti mantan Presiden Soeharto, mantan Panglima ABRI LB Moerdani, dan mantan Menteri Luar Negeri Adam Malik yang mampu meningkatkan kekompakan antarkedua negara.
"Pascakonfrontasi, kami selalu teringat dengan Soeharto, LB Moerdani, dan Adam malik yang mampu menyatukan dan mengompakkan Indonesia dan Malaysia," katanya.
Pimpinan Kantor Berita Malaysia Bernama Datuk Abdul Rahman Sulaiman mengatakan, pihaknya tidak membantah jika ada perbedaan pendapat antara Indonesia dan Malaysia dalam sikap politik internasional.
"Tetapi, (perbedaan itu) selalu dibesar-besarkan," katanya.
Karena itu, pihaknya bersama Kantor Berita Indonesia ANTARA selalu berupaya untuk meningkatkan jalian informasi, termasuk dengan mengundang sejumlah wartawan Indonesia untuk berkunjung ke Malaysia.
Undangan tersebut dimaksudkan untuk menunjukkan langsung kepada wartawan Indonesia mengenai komitmen Malaysia dalam hubungan yang ada.
"Padahal, Indonesia dan Malaysia memiliki jejak sejarah yang sangat panjang," katanya dalam pertemuan silaturahmi dengan Pelaksana Tugas Gubernur Sumatera Utara Gatot Pujo Nugroho di Medan, Jumat.
Menurut Dato' Sri Abdul Aziz, hubungan kesejarahan Indonesia dan Malaysia terlangsung sejak masa kerajaan Majapahit, dan berlangsung pada masa Sriwijaya, hingga Samudera Pasai di Aceh.
Sebagai bangsa yang termasuk rumpun melayu, Indonesia dan Malaysia hanya terpisah ketika Belanda dan Inggris menjajah kedua Negara yang lokasinya berdekatan tersebut.
Sebagai sebuah bangsa dan negara, Malaysia selalu mengakui kebesaran Indonesia yang merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan berbagai potensi dan kekayaannya.
Namun sayangnya, ketika globalisasi telah terjadi dan informasi semakin berkembang, banyak pihak yang mencoba untuk mencari perbedaan antara Indonesia dan Malaysia serta menjadikannya untuk memperburuk hubungan kedua negara.
Ia mencontohkan tentang perbedaan pendapat mengenai keris, batik, wayang, dan budaya lainnya yang sengaja "dipanas-panasi" untuk meretakkan hubungan Indonesia dan Malaysia sebagai Negara serumpun dan bertetangga.
Pihaknya tidak membantah tentang adanya perbedaan pendapat dan isu sensitif antara Indonesia dan Malaysia dalam beberapa tahun terakhir. Namun sayangnya, perbedaan pendapat dan isu sensitif tersebut selalu dibesar-besarkan. "Padahal, itu isu `remeh`," katanya.
Karena itu, kata dia, pihaknya selalu merindukan sosok dan pemimpin Indonesia seperti mantan Presiden Soeharto, mantan Panglima ABRI LB Moerdani, dan mantan Menteri Luar Negeri Adam Malik yang mampu meningkatkan kekompakan antarkedua negara.
"Pascakonfrontasi, kami selalu teringat dengan Soeharto, LB Moerdani, dan Adam malik yang mampu menyatukan dan mengompakkan Indonesia dan Malaysia," katanya.
Pimpinan Kantor Berita Malaysia Bernama Datuk Abdul Rahman Sulaiman mengatakan, pihaknya tidak membantah jika ada perbedaan pendapat antara Indonesia dan Malaysia dalam sikap politik internasional.
"Tetapi, (perbedaan itu) selalu dibesar-besarkan," katanya.
Karena itu, pihaknya bersama Kantor Berita Indonesia ANTARA selalu berupaya untuk meningkatkan jalian informasi, termasuk dengan mengundang sejumlah wartawan Indonesia untuk berkunjung ke Malaysia.
Undangan tersebut dimaksudkan untuk menunjukkan langsung kepada wartawan Indonesia mengenai komitmen Malaysia dalam hubungan yang ada.
Sumber: Antara
0 komentar:
Posting Komentar