Pages

Minggu, Juni 30, 2013

Menhan : Mabes TNI AD Ajukan Tambahan Snggaran Pembelian Apache

SEMARANG-(IDB) : Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro mengatakan Mabes TNI AD telah mengajukan tambahan anggaran khusus senilai Rp6 triliun untuk pembelian sejumlah helikopter serang Apache dari Amerika Serikat beserta persenjataannya.
 
”Pemerintah Amerika Serikat sudah menyetujui pembelian helikopter Apache. Sekarang sedang proses negosiasi harga,” ungkap di Semarang, Sabtu (29/6/2013).

Sebab harga satu unit helikopter Apache sangat mahal yakni senilai US$40 juta atau sekitar Rp388 miliar. ”Saat ini tim khusus dari Kementerian Pertahanan dan Mabes TNI AD, sedang melobi pemerintah Amerika Serikat mengenai harga helikopter Apache,” imbuhnya.

Keberadaan skadron Apache itu, kata Menhan, untuk melengkapi kekuatan militer Indonesia dalam menjaga kedaulatan negara.

”Selain TNI AD, TNI Angkatan Laut juga menyiapkan helikopter antikapal selam dan membuat armada perusak kapal rudal,” ujarnya.





Sumber : Solopos

Sejarah Rudal S-300

 

KASKUS-(IDB) : Sejarah sistem hanud yaitu keluarga S-300. Sistahanud S-300 saat ini masih menjadi tulang punggung utama pertahanan udara Rusia dan negara-negara importir seperti China, Vietnam dan pecahan Uni Soviet seperti Polandia, Rep Ceko dan Ukraina.

Sekalipun belum pernah "mencicipi" medan tempur sesungguhnya namun performa keluarga S-300 sangat diperhitungkan, radar komando serang dan radar manajemen tempur Phased array, rudal dengan performa tinggi berkecepatan mach 6 dan kemampuan manuver 30-60 G dan sistem pemanduan SAGG (Seeker Aided Ground Guidance) serta mobilitas untuk seluruh komponen baterai merupakan fitur-fitur utama dari keluarga S-300 yang membuatnya mampu menggentarkan calon-calon penyerang negara pemilik.

Namun demikian semua fitur itu tidak datang melalui keajaiban atau TOT barang abal-abal melainkan kerja keras dan cerdas, visi dan waktu riset yang lama. Sistem S-300 yang kita kenal saat ini berawal dari tahun 1966 dimana sistem hanud jarak jauh S-200 "Angara" selesai diuji-coba (S-200 masuk dinas resmi setahun kemudian yaitu 1967) Pada saat itu dibuka suatu kompetisi untuk sistem hanud jarak "menengah" sebagai pengganti S-75 Dvina.

Kompetisi tersebut mensyaratkan bahwa sistahanud jarak menengah soviet nantinya mutlak harus memiliki kemampuan menyerang beberapa target sekaligus dan menembak jatuh target dengan RCS rendah. Sebagai tambahan angkatan darat Soviet juga mensyaratkan sistem baru ini untuk dapat menembak jatuh rudal balistik seperti Pershing atau Lance.

Kompetisi tersebut diikuti oleh dua biro desain. S-500U dan S-300, S-500U segera dieliminasi karena sistem ini tidak memiliki kemampuan untuk menembak jatuh rudal, dengan demikian S-300 lah yang diterima untuk dikembangkan lebih lanjut.


Bapak dari S-300 A.A Raspletin (1908-1967)

Pengembangan S-300 menghadapi kesulitan tinggi terutama karena sistahanud ini akan distandarisasi untuk memenuhi kebutuhan Pasukan pertahanan udara negara (PVO-S) Pasukan pertahanan udara angkatan darat (PVO-SV) dan Angkatan laut.

Pasukan pertahanan udara negara memerlukan sistem yang memiliki mobilitas tinggi dan kemampuan untuk menembak jatuh rudal jelajah yang terbang rendah. Angkatan darat memerlukan sistem yang tidak hanya memiliki mobilitas tinggi namun juga mutlak harus dapat menembak jatuh rudal balistik selain pesawat terbang sementara Angkatan laut memerlukan pula sistem yang mampu menembak jatuh rudal jelajah.

Pada proses desain terjadi perdebatan mengenai desain sistem S-300 yang pada akhirnya mencapai titik temu dimana varian angkatan darat dikembangkan tersendiri menjadi S-300V sementara varian untuk PVO-S dan Angkatan laut dapat distandarisasi menjadi varian S-300P dan S-300F dengan menggunakan desain rudal dan radar yang serupa (namun tak sama)

Tahun 1967 adalah tahun yang berat (Tapi untuk biro desain Vympel dan NIIP Thikomirov mungkin senang.. karena 2K12 Kub/SA6 "gainful" masuk dinas setelah berjuang dari tahun 1958) dalam pengembangan keluarga S-300 tak lain karena berpulangnya pelopor dari sistem ini yaitu A.A Raspletin. Namun sebelum meninggal beliau membuat keputusan penting yang berkaitan dengan perkembangan S-300 sehingga menjadi seperti saat ini yaitu :

  1. Penggunaan radar Phased array untuk semua komponen radar sistem (walaupun dalam prakteknya ada yang tidak)
     
  2. Penggunaan teknologi semikonduktor dan komputer digital untuk prosesor dari S-300.

Dua keputusan itulah yang meletakkan dasar S-300 dan berlaku untuk semua varian termasuk S-300V.

Pengembangan keluarga S-300pun berlanjut hingga ke tahun 1970'an dengan berbagai uji-coba yang dilangsungkan di medan uji coba Sary Shagan di kazakhstan dan Kapustin Yar di Rusia.

Pada uji coba tersebut dijumpai masalah dimana sistem pemanduan SAGG (Seeker Aided Ground Guidance) Yang sudah direncanakan untuk memandu rudal 5V55 rancangan biro desain Fakel ternyata tidak dapat bekerja pada target yang terbang dibawah ketinggian 500 m. Penyebab masalah ini tidak jelas namun menurut dugaan TS masalah ada pada kepala pandu rudal 5V55 yang belum dapat menyaring ground clutter.

Masalah lainnya dijumpai pada pengembangan sasis swagerak yang dikembangkan oleh pabrikan MAZ. Pada akhirnya diputuskan untuk tetap mengoperasikan S-300 sambil menunggu kedua masalah tersebut selesai.

Tim desain S-300 kemudian mengubah skema pemanduan S-300 dari SAGG menjadi pandu komando (Command Guidance) Hasilnya adalah S-300PT "Biryuzha" dengan radar 5N63 sebagai radar komando serang, 5N64 atau 36D6 sebagai radar manajemen tempur. Untuk menghancurkan target yang terbang rendah digunakan mast atau tiang 40V6.


Radar 5N63 (Flap Lid A) Rada komando serang pada S-300PT

Radar 5N63 (Flap Lid A) pada sistem tiang 40V6
Radar 36D6 (Tin Shield) Radar manajemen tempur pada S-300PT Radar 5N66 "Clam Shell" pada S-300PT untuk memburu rudal jelajah 

Rudal pada sistem S-300PT menggunakan 5V55K dengan daya jangkau 47 Km. Rudal ini menggunakan sistem konvensional dengan airframe silindris dan kontrol pada bagian ekor disertai dengan TVC (Thrust Vector Control) Seperti pada gambar 2 dibawah. 





Rudal 5V55 untuk S-300 Rudal ini memiliki kecepatan maksimum mach 6 dan terbang dengan trajektori semi-balistik/ loft glide untuk memaksimalkan tenaga potensial dan mengurangi kemungkinan rudal terdeteksi dini oleh lawan. Rudal ini diuji coba pertama kali sejauh ingatan TS adalah pada tahun 1970.

Daya jangkau rudal ini dapat mencapai 90 Km (varian S-300PM) Namun untuk varian-varian sebelumnya daya jangkau rudal relatif terbatas yaitu hanya 47-75 Km karena keterbatasan sistem pemanduan.

Sistem peluncuran rudal menggunakan skema cold launch dimana rudal akan terlebih dulu dilontarkan ke udara setinggi 30 m oleh piston gas bertekanan tinggi sebelum menghidupkan mesin. Sebenarnya dalam fase desain S-300 direncanakan akan menggunakan sistem hot launch dimana mesin rudal akan langsung dihidupkan didalam tabung peluncur. Namun tim desain S-300 menilai cara peluncuran semacam itu berbahaya bagi kapal pembawa. Dengan demikian skema cold launch digunakan.



Kendaraan peluncur S-300PT dalam moda siap tembak  Dikarenakan belum siapnya sasis MAZ untuk mengangkut radar dan peluru kendali akhirnya digunakan sasis trailer seperti pada gambar 3 dimana sebelum peluncuran sasis akan "dibuka" terlebih dulu sebelum tabung rudal ditegakkan. Sementara komponen baterai lainnya seperti pos komando dan kontrol peluncuran rudal juga ditempatkan dalam trailer yang ditarik oleh kendaraan Kraz 255 





Akibat dari penggunan sistem "semi-mobile" diatas waktu persiapan pun molor tajam dari 5 menit menjadi 2 jam. Waktu persiapan pun dapat lebih lama bilamana sistem mast 40V6 digunakan.

Dengan demikian S-300PT ini praktis menjadi sistem SAM "semi-mobile" bahkan cenderung ke statis seperti pendahulunya S-75 Dvina. Masalah mobilitas diatas akhirnya terselesaikan pada tahun 1982 dimana sasis MAZ akhirnya tersedia.


Varian S-300 yang ditempatkan di sasis swagerak diberi nama S-300PS yang akan dibahas selanjutnya.


S-300PS


 
Gambar 5: S-300 PS dengan radar komando serang 5N63S pada bagian kiri dan dua unit peluncur 5P58, ciri utama S-300PS adalah salah satu peluncur 5P58 miliknya tidak memiliki unit pengontrol (letak pada gambar peluncur di bagian tengah), melainkan mengikuti kendaraan peluncur lain yang punya kabin kontrol.

S-300PS merupakan kelanjutan dari S-300PT, sistahanud ini bersifat mobile dimana seluruh komponen sistem sudah ditempatkan di sasis swagerak buatan MAZ yang diadopsi dari MAZ 543 yang digunakan untuk mengangkut rudal scud.


Varian ini pun juga memiliki komponen baru yaitu radar manajemen tempur 5N64S (Big Bird A) Sebuah radar phased array dengan kemampuan setara AN/SPY-1 AEGIS serta skema pemanduan SAGG dengan rudal 5V55R


Radar manajemen tempur 5N64 
Varian S-300 ini adalah yang pertama kali mempunyai waktu persiapan hingga penembakan yang singkat yaitu 5 menit. Namun bilamana sistem tiang 40V6 atau 40V6M digunakan maka waktu persiapan bertambah higga 2 jam.
Waktu persiapan 5 menit ini pernah menjadi kontroversi karena beberapa petinggi PVO Soviet waktu itu meragukan kemampuan ini. Namun waktu uji coba terjadi masalah teknis yang justru memperlihatkan kemampuan S-300PS. Dalam uji coba tersebut konvoi baterai S-300 mengalami masalah teknis dimana salah satu kendaraan pengangkut rudal mengalami kerusakan mesin.


Alih-alih menjadi bencana, salah satu desainer S-300 senior malah memerintahkan baterai untuk langsung bersiap menembak di tempat saat itu juga. Persiapan hanya memakan waktu 5 menit sesuai spesifikasi dan sasaran berupa drone dapat ditembak jatuh hanya dengan sebuah rudal.


Versi S-300PS ini juga merupakan varian ekspor pertama dari sistem S-300P dengan nama S-300PMU, dan dioperasikan pertama kali oleh negara-negara pecahan Uni Soviet dan China.







Sumber : Kaskus

Sabtu, Juni 29, 2013

Hindari Kebocoran, Alat Sadap Harus Lulus Uji LSN

JAKARTA-(IDB) : Untuk menghindari kebocoran rahasia negara kepada pihak asing, alat sadap yang dimiliki oleh sejumlah lembaga penegakan hukum, khususnya yang berasal dari bantuan asing seharusnya mendapatkan validasi dari Lembaga Sandi Negara (LSN) sebelum digunakan.

“Alat yang berasal dari bantuan asing harus ditera dulu oleh Lembaga Sandi Negara sebelum dipakai,” kata Anggota Komisi pertahanan dan informasi DPR RI Budiyanto melalui siaran persnya kepada Sindonews, Jumat (28/6/2013).

Menurut Budiyanto, validasi oleh LSN tersebut sangat penting untuk menghindari bocornya rahasia negara kepada pihak asing. Sebab, alat sadap tersebut umumnya dipakai untuk merekam percakapan para penyelenggara negara. 

“Jadi ini bukan semata persoalan penegakan hukum, tetapi juga ada unsur keamanan nasional di dalamnya,” imbuh master bidang nuklir lulusan Tokyo International University ini.

Lebih lanjut Budiyanto menjelaskan, pada era sebelum reformasi alat sadap yang akan dipakai ditera terlebih dahulu.

Budiyanto juga memandang perlunya sinkronisasi aturan soal penyadapan. Saat ini aturan tentang penyadapan tersebar dalam sejumlah aturan perundang-undangan. Ini mengadung kelemahan, karena satu aturan bertentangan atau tidak sejalan dengan aturan yang lain.

Ia mencontohkan, prosedur penyadapan yang diatur dalam UU Narkotika berbeda dengan prosedur yang selama ini digunakan KPK. KPK memiliki standard operations procedure (SOP) sendiri, yang berbeda dengan lembaga lainnya.

“Itu baru satu contoh. Padahal banyak aturan perundang-undangan yang mengatur soal penyadapan,” ujarnya.

Karena itu ia melihat sinkronisasi aturan soal penyadapan ini perlu segera dilakukan, agar tidak tidak terjadi benturan antara satu aturan dengan aturan lainnya. “Kalau perlu buat UU khusus soal penyadapan,” usul anggota Fraksi PKS DPR dari Dapil Jawa Timur V.







Sumber : Sindo

TNI Gembleng 32 Calon Prajurit Sukarela

JAKARTA-(IDB) : Sebanyak 32 mahasiswa calon prajurit sukarela TNI mendapat penggemblengan dari Markas Besar TNI. Pembekalan ini bagian dari Program Beasiswa TNI 2013.Siaran pers Puspen TNI kepada Suara Karya di Jakarta, Jumat (28/6), menyebutkan latihan mahasiswa beasiswa TNI dipusatkan di Pusat Pendidikan Ajen Komando Pendidikan dan Latihan TNI Angkatan Darat, Lembang, Bandung.

Asisten Personel (Aspers) Panglima TNI, Marsda TNI Bambang Wahyudi mengatakan penyediaan prajurit sukarela TNI merupakan bagian dari pembinaan personel TNI."Pada hakikatnya, pembinaan merupakan suatu upaya untuk mendapatkan prajurit TNI yang sesuai dengan kualitas dan kuantitas yang dibutuhkan dalam melaksanakan tugas pokok TNI," demikian Bambang saat memberikan pembekalan kepada 32 mahasiswa yang menjadi lolos program Mahasiswa Beasiswa TNI tahun 2013.

Para mahasiswa beasiswa itu berasal dari Universitas Trisakti Jakarta, Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta, Universitas Padjajaran Bandung, Universitas Diponegoro Semarang dan Universitas Hasanuddin Makassar.

Ke-32 Mahasiswa Beasiswa TNI ini berasal dari berbagai Fakultas dan Jurusan, dibagi menjadi tiga matra yaitu 15 orang TNI AD, 8 orang TNI AL dan 9 orang TNI AU, yang kemudian akan dididik di Pusdik Ajen Kodiklat TNI AD Bandung sampai 28 Juni 2013. Untuk tahun 2014, direncanakan Mabes TNI akan mengalokasikan penerimaan Perwira Prajurit Karier (Pa PK) TNI sejumlah 146 orang. Rincian alokasi 66 orang untuk TNI AD, 40 orang TNI AL (35 pria dan 5 wanita) dan 40 orang TNI AU.







Sumber : SuaraKarya

Jumat, Juni 28, 2013

Wamenhan Tinjau Fasilitas Pesawat Super Tucano

MALANG-(IDB)Menteri Pertahanan, Sjafrie Sjamsoeddin meninjau fasilitas dan pesawat EMB-314 Super Tucano di Skadron Udara 21 Lanud Abdulrachman Saleh, Malang, Jumat (28/6) pagi.

Wamenhan tiba di Lanud Abdulrachman Saleh dengan menggunakan pesawat Hercules A-1314 dari Base Ops Lanud Halim Perdanakusuma Jakarta. Wamenhan disambut oleh Komandan Lanud Abdulrachman Saleh, Marsekal Pertama TNI Gutomo, S.Ip.

Wamenhan menjelaskan, peninjauan ini bertujuan untuk melihat kesiapan Skadron Super Tucano sebagai bagian kekuatan TNI khususnya TNI AU dalam rangka mengganti Skadron pesawat OV10 Blanco.

Menurutnya, target pesawat Super Tucano juga sejalan dengan modernisasi peralatan militer periode 2014. Pengadaan pesawat Super Tucano dilakukan secara bertahap. Sekarang ini ada empat pesawat Super Tucano, dan pada bulan Agustus 2013 ditambah empat unit, dan delapan unit pada tahun 2014 sehingga jumlah pesawat Super Tucano menjadi satu skadron.

Menurut Sjafrie, peninjauan ini juga bagian dari upaya High Level Committee untuk mengevaluasi dan melihat apa yang menjadi perhatian untuk melancarkan pengadaan pesawat di masa mendatang.

Menurutnya, ada dua perhatian High Level Committee. Pertama, evaluasi teknis akan diperbaiki untuk melancarkan pesawat Super Tucano berikutnya baik persenjataan, roket maupun bombing-nya. Karena tahun 2014 akan dilaksanakan fire power demonstration untuk seluruh alutsista yang dimiliki baik yang dibeli di dalam negeri maupun luar negeri.

Kedua adalah pengadaan pembangunan kekuatan ini agar bisa berlanjut baik personel maupun pemeliharaan dan perawatan pesawat. “Sekarang ini dalam persiapan bertahap,” kata Sjafrie.







Sumber : Jurnas

Konfrensi Kedirgantaraan Militer Internasional Akan Diadakan Di Jakarta

JAKARTA-(IDB) : Indonesia akan menjadi tuan rumah Konfrensi Kedirgantaraan Militer Internasional yang akan diselengarakan di Jakarta, 1 - 3 Juli 2013. Sejumlah negara Eropa, Asia Tenggara, Asia Selatan, Timur Tengah, dan Amerika Selatan ikut di dalamnya. 

"Konferensi ini sekaligus membahas soal alat utama sistem senjata (Alutsista-Red) dan pertahanan negara," kata Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Udara (Kadispenau), Marsma TNI Suyadi Bambang S dalam siaran persnya kepada Suara Karya di Jakarta, Kamis (27/6).

Sementara TNI AU dan Badan Koordinasi Keamanan Laut (Bakorkamla) bekerja sama dengan Tangent Link Ltd dari Inggris bertindak sebagai pelaksana utama. Konfrensi akan dibuka Kepala Staf TNI Angkatan Udara (KSAU), Marsekal TNI Ida Bagus Putu Dunia. Suyadi mengatakan pembahasan yang akan muncul dalam konferensi itu terkait alutsista dan pertahanan. Diantaranya, terkait operasi udara kontra narkoba, operasi udara kontra bajak laut dan operasi udara pengamanan perbatasan.

Dalam bidang maritim sendiri, kata Kadispenau, akan dibahas soal ancaman keamanan maritim di Asia Tenggara, pengawasan udara pada Zona Economi Ekslusive (ZEE), pelindungan udara perikanan lepas pantai, perlindungan dari perampokan di perairan.

Juga akan dibahas kerjasama SAR, pengintaian udara pada human trafficking, proyek multifungsi pengamatan maritim, operasi gabungan keamanan maritim serta operasi udara untuk antisipasi dan penanggulangan bencana.

"Pembicara akan hadir dari Inggris, Indonesia, PBB, Singapore, Afrika selatan, Soloman Islands, Australia, malaysia, Seychelles, Bangladesh, Pakistan, Austria, Swedia, Uni Eropa dan negara lainnya," kata Suyadi. 

Acara ini akan diikuti Kementerian Pertahanan (Kemhan), Mabes TNI, TNI AU, TNI AD, TNI AL, Kepolisian, Bakorkamla, Badan SAR Nasional (Basarnas), Badan Nasional Penanggulangan Teroris (BNPT), diplomat, pakar kedirgantaraan dan militer, kalangan intelijen dan dari media nasional. 








Sumber : SuaraKarya

KRI Oswald Siahaan-354 Sandar Di Lhokseumawe

LHOKSEUMAWE-(IDB) : KRI Oswald Siahaan - 354 yang berada dibawah kendali operasi Gugus Tempur Komando Armada RI Kawasan Barat (Guspurlaarmabar) yang sedang melaksanakan patroli keamanan laut di wilayah barat perairan yuridiksi nasional Indonesia mengunjungi pelabuhan Krueng Geukueh di Lhokseumawe, baru-baru ini.

Kedatangan KRI Oswald Siahaan - 354 yang dikomandani Letkol Laut (P) Antonius Widyoutomo disambut Komandan Pangkalan Angkatan Laut (Danlanal) Lhokseumawe Letkol Laut (P) Sumartono, Dandim Lhokseumawe, Kapolres Lhokseumawe, pembina pramuka se-Kabupaten Lhokseumawe dan masyarakat setempat.


Selama berada di Lhokseumawe, KRI Oswald Siahaan - 354 menyelenggarakan kegiatan bakti sosial donor darah yang diikuti 220 prajurit TNI dan POLRI yang dilaksanakan di atas geladak helly, sebagai wujud dari soliditas TNI dan POLRI untuk bersama-sama memberikan pengabdiannya dalam bentuk sumbangsih secara langsung kepada daerah Kabupaten Lhokseumawe dan Aceh Utara berupa bantuan tambahan darah bagi PMI Lhokseumawe.


Kegiatan donor darah tersebut diawali oleh Komandan KRI Oswald Siahaan - 354 Letkol Laut (P) Antonius Widyo Utomo kemudian disusul Komandan Lanal Lhokseumawe Letkol Laut (P) Sumartono, Komandan Distrik Militer Lhokseumawe Letkol Inf. Agus Tri Antoni, Dansatrad Letkol Lek Imam Taufik dan Kapolres Lhokseumawe AKBP Joko Surachmanto, SH. MH. serta prajurit TNI dan POLRI lainnya.


Dalam kegiatan selanjutnya, Komandan KRI melaksanakan kunjungan ke Komando Resort Militer (Korem)  Lhokseumawe dan  disambut oleh Danrem Kolonel Inf. Hifdizah dan pejabat FKBD kota Lhokseumawe dan Aceh Utara.


Selanjutnya pada kesempatan lainnya, Komandan KRI menerima kunjungan Panglima Laut Lhokseumawe, Ilyas Bunth di long room perwira kapal. Dalam kunjungan tersebut, Panglima Laut Lhokseumawe menyampaikan kondisi organisasi yang dipimpinnya, permasalahan dan harapannya untuk meningkatkan taraf hidup para nelayan di pesisir pantai  Lhokseumawe.


Usai menerima kunjungan Panglima Laut Lhokseumawe,  Komandan KRI didampingi para perwira staf KRI Oswald Siahaan - 354 melaksanakan kegiatan safari kunjungan ke Pondok Pesantren Nurul Huda Kecamatan Dewantara Kabupaten Aceh Utara yang dipimpin oleh KH.Teuku Abu Mustofa Putih. 






Sumber : Koarmabar

Indonesia Vietnam Bahas Isu LCS

JAKARTA-(IDB) : Pemerintah Indonesia dan Vietnam sepakat untuk terus mendorong pembahasan etika di Laut China Selatan yang selama ini telah dibicarakan antara negara-negara anggota ASEAN dengan China, agar dapat disetujui menjadi sebuah tata etika.

"Kami juga membahas situasi di Laut Timur atau Laut China Selatan dengan tujuan agar segala sesuatu yang terjadi di kawasan itu bisa diselesaikan secara damai, sesuai dengan hukum-hukum internasional dan semangatnya adalah peacefull resolution," kata Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam keterangan pers bersama Presiden Vietnam, di Jakarta, Kamis.

Presiden Yudhoyono mengatakan, Indonesia dan Vietnam memiliki pandangan yang sama mengenai isu-isu tata etika di Laut China Selatan.

"Kita juga ingin apa yang telah disepakati antara ASEAN dan Tiongkok itu bisa dilanjutkan untuk bergerak dari `declaration of conduct` menuju `code of conduct` yang tentu akan baik bagi semua negara yang memiliki kaitan dengan isu Laut China Selatan," kata Presiden pula.

Selain bersepakat untuk saling mendorong terwujud tata etika dalam isu Laut China Selatan, Presiden Yudhoyono mengatakan bahwa Vietnam dan Indonesia juga sepakat untuk saling mendukung pencalonan masing-masing negara dalam berbagai posisi di Perserikatan Bangsa Bangsa, antara lain mendukung keanggotaan di Dewan Keamanan PBB.

Pada Kamis sore pukul 16.00 WIB, Presiden Yudhoyono didampingi Ibu Negara Ani Yudhoyono, menerima kunjungan kehormatan Presiden Vietnam Truong Tan Sang dan Ibu Negara Mai Tinh Hanh di Istana Merdeka.

Kedua kepala pemerintahan kemudian melakukan pembicaraan empat mata dan juga pertemuan bilateral, didampingi delegasi kedua negara.

Pada Kamis malam, Presiden Yudhoyono melangsungkan jamuan makan malam kenegaraan untuk menghormati kunjungan Presiden Vietnam itu.







Sumber : Antara

Kamis, Juni 27, 2013

Delegasi Tentara Darat Diraja Brunei Darussalam Kunjungi Akmil

MAGELANG-(IDB) : Kunjungan Ketua Staf Tentara Darat Diraja Brunei Darussalam, Letkol Tarip Bin Haji Karia beserta rombongan, disambut langsung oleh Gubernur Akmil Mayjen TNI Sumardi, di ruang Kerja Gubernur Main hall Akmil, dengan didampingi Waasops Kasad Brigjen TNI George Elnadus Supit, Wakil Gubernur Akmil, para Pejabat Distribusi Akmil.
 
Kunjungan kali ini merupakan wahana bagi militer kedua negara untuk mempererat dan meningkatkan tali persaudaraan yang sudah ada, sehingga nantinya dapat meningkatkan hubungan dan kerjasama yang erat kedua bangsa dan negara khususnya militer, sehingga hubungan dan kerjasama antara kedua negara menjadi lebih baik dan lebih  erat lagi, khususnya antara Lembaga Pendidikan Angkatan Darat Brunei Darussalam dengan Akademi Militer.

Dalam kunjungannya Ketua Staf Tentara Darat Diraja Brunei Darussalam merupakan kerjasama dalam hal menjalin peningkatan hubungan di bidang pertahanan antara kedua Negara, khususnya kerjasama di bidang pendidikan dan pelatihan, sebagai upaya untuk meningkatkan kapabilitas maupun kemampuan personel Angkatan Bersenjata kedua negara.

Usai penyambutan, Ketua Staf Tentara Darat Diraja Brunei Darussalam beserta rombongan yang didampingi Waasops Kasad Brigjen TNI George Elnadus Supit, beserta para Pejabat Distribusi Akmil meninjau fasilitas pendidikan dan peninjauan kegiatan Taruna belajar, latihan dan pengasuhan (Jarlatsuh) serta  meninjau Musium Abdul Djalil.







Sumber : Poskota

Danlanal-1 Dumai Sambut Kedatangan Satgas Marinir

DUMAI-(IDB) : Prajurit Marinir yang tergabung dalam Satgas penanggulangan bencana asap tiba di Lanal-1 Dumai, Rabu (26/6/2013)
 
Kedatangan 600 prajurit Marinir di bawah pimpinan Letkol Marinir Kresno ini disambut Komandan Lanal-1 Dumai Kolonel Laut Pelaut Budi Purwanto. Rencananya Satgas tersebut bersiaga di Lanal-1 Dumai, kemudian akan menerima perintah lebih lanjut untuk melaksanakan pemadaman lahan dan hutan di beberapa titik yang ditentukan.

Dalam sambutannya, Danlanal-1 mengucapkan selamat datang kepada Satgas Marinir dan selamat bergabung dengan instansi-instansi terkait dalam penanggulangan bencana asap yang terjadi di wilayah Riau. Danlanal-1 juga menyampaikan rasa bangga kepada para prajurit Marinir yang selalu hadir di setiap palagan, baik operasi militer maupun kemanusiaan di NKRI ini.   








Sumber : Koarmatim

Irjen TNI Tinjau Kesiapan KRI Dan Pengolahan Air Tawar Di Batam

BATAM-(IDB) : Irjen TNI Marsda TNI Agus Margono beserta rombongan meninjau kesiapan peluncuran KRI yang akan diresmikan oleh Panglima TNI  yang pembangunannya dilakukan oleh PT Pelindo Marine berlangsung di Batam, Selasa (25/6).

Usai melakukan peninjauan kebeberapa fasilitas Militer yang ada di Pulau Batam, rombongan Irjen TNI langsung bertolak menuju Pulau Nipah untuk meninjau Mess Prajurit Embung Air dan tempat penyulingan air laut menjadi air tawar.yang akan diresmikan Panglima TNI pada bulan Juli mendatang


Pengolahan air laut menjadi air tawar tersebut, diperuntukan bagi prajurit satgas TNI yang melaksanakan pengamanan Pulau-pulau terluar khususnya pulau Nipah yang langsung berbatasan dengan negara tetangga

Dalam kunjungannya Irjen TNI didampingi Laksma TNI Rabbin Astono Widodo, S.E dan Kolonel CKU Rahmat Mujianto menerima penjelasan dari Komandan pleton pengamanan pulau Nipah tentang kendala-kendala yang mereka alami dalam melaksanakan tugas di pulau Nipah.






Sumber : Koarmabar

Paskhas Beraksi Dalam "Trisula Perkasa 2013"

KUPANG-(IDB) : Prajurit Batalyon 464/Paskhas mengikuti Latihan Puncak Korpaskhas bersandi "Trisula Perkasa 2013" yang dipusatkan di wilayah Kupang, Nusa Tenggara Timur, dan Markas Lanud Eltari Kupang.

Penerangan Paskhas dari Kupang melaporkan kepada Antara bahwa latihan yang melibatkan ratusan unsur pasukan seluruh jajaran Korpaskhas itu juga melibatkan Batalyon 464 Paskhas yang bermarkas di komplek Lanud Abd. Saleh Malang.

Latihan yang dibuka Dankorpaskhas pada minggu lalu itu juga mengerahkan empat pesawat C-130 Hercules dari Skadron Udara 31 Halim PK, Skadron Udara 32 dari Bandara Abd Saleh Malang, dan satu pesawat CN-295 serta personel Lanud Eltari, Kupang, NTT.

Kegiatannya diawali dengan gladi posko yang dipusatkan di Mako Korpaskhas dan sebelumnya telah dilaksanakan penataran pelaku dan wasdal untuk bekal latihan, lalu manuver lapangan dilaksanakan pada 23-28 Juni 2013.


Dalam latihan itu, Yon 464 Paskhas melibatkan Tim Dalpur (Pengendali Tempur), Tim Dallan, Tim Jump Master, dan Tim SARPUR. Unsur Tim Pengendali Tempur dikomandani langsung oleh Danyon 464 Paskhas, Letkol Pasukan Joko Prasetyo.

Tim Dalpur melaksanakan infiltrasi melalui udara menuju sasaran terpilih yakni Pangkalan TNI AU Eltari Kupang pada malam hari dengan melakukan penerjunan "free fall" dengan metode HAHO (High Altitude High Opening).

Selanjutnya, setelah Tim Pengedali tempur menyatakan aman sasaran tersebut, maka satuan Yonbuthanlan yang diterjunkan melalui terjun statik melakukan operasi perebutan dan pertahanan pangkalan agar pangkalan tersebut siap digunakan operasi selanjutnya.

Trisula Perkasa merupakan sandi latihan puncak Korpaskhas yang digelar dalam setiap tahun dan dilaksanakan sebagai manifestasi dari hasil pembinaan yang dilakukan Korpaskhas dan juga merupakan wujud akuntabilitas publik dan pertanggungjawaban Korpaskhas di bidang pembinaan kepada TNI Angkatan Udara, dan kepada Bangsa dan rakyat Indonesia.

Latihan bersandi Trisula Perkasa Korpaskhas 2013 itu bertemakan "Satgas Paskhas Melaksanakan Operasi Perebutan dan Pengendalian Pangkalan Udara di Wilayah Indonesia Timur Dalam Rangka Mendukung Tugas Komando Tugas Udara Gabungan".

Sebelumnya (21/6), Pasmar-1 menggelar Latihan Posko-1 Aspek Laut dalam rangka program latihan triwulan III-2013 untuk mewujudkan kesiapsiagaan personel dan operasional. 








Sumber : Antara

Komitmen Korea Selatan ToT Kapal Selam

JKGR-(IDB) : Kementerian Pertahanan membantah jika pemerintah Korea Selatan setengah hati memberikan transfer teknologi pembuatan kapal selam kepada Indonesia. Korea Selatan punya alasan kuat menolak perwakilan dari PT PAL ikut mengerjakan kapal selam pesanan Indonesia.

“Menurut mereka pembangunan kapal selam punya resiko sangat tinggi,” kata Kepala Badan Sarana Pertahanan Kementerian Pertahanan, Laksamana Muda Rachmad Lubis, saat ditemui di kantor Kementerian Riset dan Teknologi, Jakarta.

Korea Selatan menyebut kapal selam merupakan produk alat utama sistem persenjataan dengan standar kualitas tinggi. Berbeda dengan kapal perang biasa, kapal selam diwajibkan punya kemampuan menyelam hingga 350 meter dari permukaan laut sehingga tak boleh ada sedikit pun kesalahan. Jika tidak, nyawa dan reputasi produsen kapal selam jadi taruhan.

“Rusia yang ahli kapal selam saja pernah gagal, apa lagi orang yang belum punya keahlian, resikonya sangat tinggi, rawan kecelakaan,” terang Rachmad.

Selain itu, faktor keselamatan pekerja Indonesia juga menjadi alasan Korea Selatan. Sebab produksi kapal selam menggunakan peralatan yang beresiko keselamatan besar, terlebih untuk orang yang belum punya kemampuan. Alasan lain, Korea Selatan takut target produksi mereka molor karena harus memberi pelajaran kepada Indonesia. “Sementara kalau produksinya telat, kan mereka kena denda.”

Meski begitu, saat ini pemerintah sedang melobi Korea Selatan untuk memaksimalkan proses alih teknologi. Minimal, jika perwakilan PT PAL benar-benar cuma diberi kesempatan belajar dengan melihat (learning by seeing), Korea Selatan mau memperlihatkan secara detil. “Jadi diharapkan kapal selam ketiga kita bisa buat sendiri di Indonesia, tentu atas bimbingan langsung Korea Selatan,” kata Rachmad.

Indonesia memesan tiga unit Kapal selam kelas Changbogo dari Korea Selatan, dengan harga sekitar 350 juta Dollar Amerika Serikat per unit. Dalam perjanjian pembelian, Korea Selatan menawarkan alih teknologi kepada Indonesia. Sesuai rencana dua kapal selam akan diproduksi di galangan Daewoo Shipbuilding Marine Engineering co Ltd. Kapal selam ketiga akan dikerjakan oleh ahli Indonesia di galangan PT PAL.

Sebelumnya, Ketua Pusat Kerja Sama dan Promosi IPTEKS Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya, Raja Oloan Saut Gurning, mengingatkan Kementerian Pertahanan menekankan lebih serius mengenai kesepakatan transfer of teknologi dalam pengadaan kapal selam dari Korea Selatan. Indonesia sebagai pemilik uang berhak mendapatkan manfaat lebih dari kerja sama ini. “Pemerintah harus bernyali karena masih lebih besar uang kita dan kepentingan nasional harus dibela,” kata Saut saat dihubungi, Rabu 26 Juni 2013.

Saut menilai realisasi penguatan alat utama sistem pertahanan lebih menguntungkan kepentingan asing dan berpotensi menjadikan alutsista Indonesia dikendalikan para korporasi asing. Dalam jangka panjang dampaknya akan sangat berbahaya bila bergantung pada negara lain.

Menurut Saut, kerja sama pembelian kapal selam dengan Korea Selatan berpotensi sangat merugikan Indonesia. Itu, kata dia, tampak dari detail teknis yang tidak adanya komponen kapal selam yang dibuat di Indonesia dan minimnya keterlibatan tenaga ahli Indonesia dan hanya boleh melihat (learning by seeing). 







Sumber : JKGR

Rudal Balistik Supersonik "Khalij Fars" Iran

Rudal Khalij FarsTEHRAN-(IDB) : Rudal Khalij Fars atau rudal Teluk Persia merupakan rudal balistik supersonik anti-kapal yang dirancang untuk menghancurkan target dan kekuatan musuh di laut. Rudal yang dibuat berdasarkan rudal Fateh-110 pertama kali diresmikan pada Februari 2011 bersamaan dengan pengumuman oleh petinggi militer Iran yang menyatakan bahwa mereka tengah memproduksi rudal itu secara massal. Kantor berita Iran juga merilis rekaman rudal yang berhasil menghantam kapal sasaran.

Rudal ini pertama kali diuji coba saat latihan Payambar-e Azam 3 (Nabi Besar 3) Angkatan Laut Iran pada tahun 2008. Namun hanya ada dua uji coba yang dipublikasikan dari rudal ini. Satu dilakukan pada bulan Juli 2011 dan lainnya dilakukan pada Juli 2012 saat latihan Payambar-e Azam 7 (Nabi Besar 7). Uji coba yang terakhir juga menunjukkan rekaman yang diambil melalui elektro-optik rudal yang mengunci target.

Dalam uji coba kedua, rudal Khalij Fars ini memukul dan menghancurkan sebuah kapal yang bergerak dengan tingkat presisi 30 meter (latihan Payambar-e Azam 7). Dengan hasil ini, Iran sebenarnya sudah mencapai kesuksesan besar. Meskipun pemerintah Iran masih menuntut agar tingkat presisi ditingkatkan lagi menjadi kurang dari 10-15 meter. Kurang dari enam bulan selepas uji coba kedua, para ahli rudal Iran akhirnya berhasil meningkatkan presisi rudal ini menjadi kurang dari 8,5 meter.


Rudal Khalij Fars
Rudal balistik Khalij Fars dengan proyektil supersonik membawa hulu ledak seberat 650 kilogram, kombinasi sistem bimbingannya pintar dan mampu menghindari intersep oleh sistem anti-rudal sekaligus fitur sistem presisinya tinggi. Rudal Khalij Fars adalah rudal tercanggih dan paling penting bagi Angkatan Laut Korps Pengawal Revolusi Iran (IRGC).

Ciri khas dari rudal ini terletak pada kecepatan dan lintasan supersoniknya. Sementara rudal lain sebagian besar melintas pada kecepatan subsonik dan gaya jelajah, rudal Khalij Fars bergerak secara vertikal setelah diluncurkan, melintas pada kecepatan supersonik, menemukan target melalui sistem cerdas, mengunci target dan memukulnya. Jangkauan rudal satu tahap dan berbahan bakar padat ini adalah 300 km dan dapat ditembakkan dari peluncur triple (tiga).

"Rudal Teluk Persia (Khalij Fars) bahkan memukul dan menghancurkan terget yang beberapa kali lebih kecil dari target laut yang dapat menimbulkan ancaman," ujar Panglima Angkatan Udara IRGC Iran Jenderal Amir Ali Hajizadeh mengatakan saat tahap akhir dari latihan perang Payambar-e Azam 7 pada 4 Juli 2012.


Khalij Fars (Teluk Persia)
Tipe
Rudal baslitik anti-kapal
Sejarah penggunaan
Dalam layanan
Juli 2011 - sekarang
Pengguna
Iran
Sejarah produksi
Buatan
Iran
Spesifikasi
Panjang
8,86 m
Diameter
0,61 m
Hulu ledak
1 (650 kg)
Bahan bakar
Padat (satu tahap)
Jangkauan
300 km
Kecepatan
Mach 3
Presisi
8,5 m

"Dan ketika rudal Teluk Persia mulai digunakan oleh Angkatan Laut IRGC, negara-negara trans regional pun memulai hitungan mundur untuk mengakhiri misi kapal perang mereka," kata Hajizadeh.
Juga di bulan yang sama, Panglima Angkatan Laut IRGC Iran Laksamana Ali Fadavi menggarisbawahi kemampuan pertahanan dan kekuasaan tinggi Iran, dan mengatakan bahwa rudal yang baru dikembangkan (Khalij Fars) akan membuat musuh mengubah perhitungannya karena tidak terbiasa dengan fitur unik dari rudal ini. Analis pertahanan Israel sendiri menjelaskan bahwa rudal Khalij Fars akan membahayakan kapal induk AS di selat Hormuz.

"Rudal Khalij-e Fars telah dikembangkan dengan cara berbeda dari tren rudal kebanyakan dan akan mengubah perhitungan musuh," kata Fadavi kala itu.

Mengacu pada kekuatan rudal Iran, Fadavi mengatakan bahwa republik Islam Iran sekarang sudah mampu memproduksi rudal supersonik dengan jangkauan 200 kilometer lebih yang dapat dipasang pada kapal-kapal kecepatan tinggi Iran.







Sumber : Artileri 

Selandia Baru dan Timor Leste Teken Kerja Sama Pertahanan

TIMOR-(IDB) : Selandia Baru dan Timor Leste meneken kerja sama pertahanan yang melibatkan kedua pihak militer. Di Wellington, Menteri Luar Negeri dan Kerja Sama Timor Leste Jose Luis Guterres menandatangani kerja sama bertajuk Status Perjanjian Kekuatan bersama Menteri Pertahanan Selandia Baru Jonathan Coleman.

"Kerja sama ini menunjukkan hubungan bilateral makin matang. Kerja sama ini membuat hubungan antara Angkatan Bersenjata Selandia Baru (NZDF) dan Angkatan Bersenjata Timor Leste (Falintil) makin erat," kata Coleman sebagaimana warta Xinhua pada Rabu (26/6/2013).

Sejak 1999, sekitar 4.000 anggota NZDF dan personel polisi Selandia Baru bertugas di Timor Leste. "Kini, situasi Timor Leste makin membaik dan stabil," kata Coleman.

Kini kerja sama kedua angkatan bersenjata lebih pada pelatihan bahasa, logistik, dan pelatihan bersenjata ringan.  






Sumber : Kompas