BEIJING-(IDB) : Para peneliti di China telah menyelesaikan pengujian kapal selam mini tanpa awak baru, media pemerintah China melaporkan.
Laporan tersebut menyebutkan bahwa para peneliti di Universitas Tianjin telah berhasil menyelesaikan uji laut dari Haiyan, kendaraan otonom tak berawak bawah air (autonomous underwater unmanned vehicle/UUV).
"Selama uji coba, kendaraan (UUV) diuji selama 21 hari berturut-turut dan berhasil mencapai kedalaman 1.094 meter. Dengan daya tahan 30 hari, kendaraan berbentuk torpedo ini berjalan di bawah air dengan kecepatan maksimum mendekati 6 kilometer per jam," kata laporan itu.
Untuk saat ini, Haiyan masih dikembangkan sebagai kapal selam sipil untuk tujuan eksplorasi ilmiah biologi maritim, dasar laut dan membantu misi pencarian dan penyelamatan, menurut Want China Times.
UUV seperti ini memang bukan hal baru di dunia, sebelumnya AS telah mengerahkan UUV-nya yang terkenal "Bluefin-21" untuk membantu pencarian pesawat Malaysia yang hilang MH370. Meskipun tidak berhasil, Bluefin-21 mampu memindai sebagian besar area pencarian besar di Samudera Hindia Selatan pada sembilan misi penyelamannya.
Laporan tersebut menyebutkan bahwa para peneliti di Universitas Tianjin telah berhasil menyelesaikan uji laut dari Haiyan, kendaraan otonom tak berawak bawah air (autonomous underwater unmanned vehicle/UUV).
"Selama uji coba, kendaraan (UUV) diuji selama 21 hari berturut-turut dan berhasil mencapai kedalaman 1.094 meter. Dengan daya tahan 30 hari, kendaraan berbentuk torpedo ini berjalan di bawah air dengan kecepatan maksimum mendekati 6 kilometer per jam," kata laporan itu.
Untuk saat ini, Haiyan masih dikembangkan sebagai kapal selam sipil untuk tujuan eksplorasi ilmiah biologi maritim, dasar laut dan membantu misi pencarian dan penyelamatan, menurut Want China Times.
UUV seperti ini memang bukan hal baru di dunia, sebelumnya AS telah mengerahkan UUV-nya yang terkenal "Bluefin-21" untuk membantu pencarian pesawat Malaysia yang hilang MH370. Meskipun tidak berhasil, Bluefin-21 mampu memindai sebagian besar area pencarian besar di Samudera Hindia Selatan pada sembilan misi penyelamannya.
Haiyan berdimensi panjang 1,8 meter, diameter 0,3 meter, berat sekitar 70 kilogram dan memiliki jangkuan 1.000 kilometer.
Haiyan juga bukanlah UUV pertama China. Beijing sudah memiliki kendaraan otonom bawah air yang lebih besar dan lebih cepat. Namun Haiyan dianggap memiliki keunggulan karena lebih hemat energi, dengan demikian akan meningkatkan daya tahannya di dalam air. Haiyan juga memiliki sistem komputasi yang lebih modern dan dapat mengirimkan informasi secara real time dan dapat mengambil keputusan sendiri terkait perjalannya di laut.
Meskipun Haiyan saat ini masih dikembangkan untuk penggunaan sipil, universitas-universitas riset di China memiliki hubungan yang erat dengan militer China, sehingga sangat dimungkinkan Haiyan akan digunakan oleh Angkatan Laut Tentara Pembebasan Rakyat China (PLAN). Mungkin dimodifikasi untuk membuat versi yang bersenjata.
Bahkan, laporan media pemerintah China tersebut mengatakan bahwa Haiyan juga dapat dikembangkan lagi oleh PLAN untuk misi tempur dan robot patroli, melakukan misi yang lama dan bebahaya seperti pencarian ranjau dan pendeteksi kapal selam, dan sebagai pelindung bagi kapal-kapal China.
Potensi Haiyan dilengkapi dengan fitur ASW (anti kapal selam) mungkin
akan sangat berguna bagi rencana PLAN, yang mana China saat ini gencar
meningkatkan kekuatan tempur maritimnya. China menilai kelemahannya
dalam ASW akan dieksploitasi oleh angkatan-angkatan laut saingannya
seperti Jepang, Vietnam dan Amerika Serikat. Yang mana kapal selam
serang akan menjadi kunci bagi negara-negara rival China seperti AS
untuk mengeliminasi kemampuan anti akses China.
Sebagai drone bawah air, Haiyan akan memberikan keuntungan bagi PLAN dalam upayanya untuk mendeteksi kapal selam musuh untuk selanjutnya dihancurkan dengan pesawat atau dengan peralatan tempur PLAN lainnya. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Jeffrey Lin dan P.W. Singer dalam blog Eastern Arsenals mereka:
"Biasanya, area deteksi pesawat ASW dilakukan dengan sonobouy, sonar kecil berpelampung yang dijatuhkan dari udara di suatu area. UUV memiliki daya tahan yang lebih baik daripada sonobuoy, yang mana umurnya hanya dalam hitungan jam. UUV yang lebih besar (Haiyan empat kali lebih besar dari sonobuoy AN/SSQ-62E 16kg Angkatan Laut AS) berarti mereka dapat membawa beberapa jenis sensor untuk memantau perubahan suhu air, konduktivitas, optical backscatter dan akustik.
Dalam misi untuk mendeteksi kapal selam silent, menggunakan beberapa jenis sensor akan lebih meningkatkan kemungkinan untuk menemukannya. UUV akan beroperasi di wilayah yang lebih luas. Dan tidak seperti stasiun sonar tetap di bawah air, UUV dapat dengan cepat dikerahkan melalui kapal atau dijatuhkan dari udara ke daerah baru yang tidak terkover (seperti selat Taiwan atau Laut China Selatan), dimana mobilitas UUV akan mempersulit upaya musuh untuk mengacaukan atau menghancurkannya."
Sebagai drone bawah air, Haiyan akan memberikan keuntungan bagi PLAN dalam upayanya untuk mendeteksi kapal selam musuh untuk selanjutnya dihancurkan dengan pesawat atau dengan peralatan tempur PLAN lainnya. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Jeffrey Lin dan P.W. Singer dalam blog Eastern Arsenals mereka:
"Biasanya, area deteksi pesawat ASW dilakukan dengan sonobouy, sonar kecil berpelampung yang dijatuhkan dari udara di suatu area. UUV memiliki daya tahan yang lebih baik daripada sonobuoy, yang mana umurnya hanya dalam hitungan jam. UUV yang lebih besar (Haiyan empat kali lebih besar dari sonobuoy AN/SSQ-62E 16kg Angkatan Laut AS) berarti mereka dapat membawa beberapa jenis sensor untuk memantau perubahan suhu air, konduktivitas, optical backscatter dan akustik.
Dalam misi untuk mendeteksi kapal selam silent, menggunakan beberapa jenis sensor akan lebih meningkatkan kemungkinan untuk menemukannya. UUV akan beroperasi di wilayah yang lebih luas. Dan tidak seperti stasiun sonar tetap di bawah air, UUV dapat dengan cepat dikerahkan melalui kapal atau dijatuhkan dari udara ke daerah baru yang tidak terkover (seperti selat Taiwan atau Laut China Selatan), dimana mobilitas UUV akan mempersulit upaya musuh untuk mengacaukan atau menghancurkannya."
Haiyan akan memberikan manfaat langsung untuk China. Sebelumnya, media
China menuduh Vietnam mengerahkan penyelam tempur (pasukan katak) untuk
operasi pengacauan anjungan minyak Haiyang Shiyou 981 di Laut China
Selatan. Menurut Want China Times,
beberapa media China berspekulasi bahwa Haiyan akan dikerahkan untuk
mendeteksi penyelam tempur ini dan pasukan khusus lainnya yang
dikerahkan oleh musuh untuk mengganggu dan menyabotase aktivitas China
di perairan yang disengketakan.
Namun analis menilai bahwa Haiyan kemungkinan besar tidak akan digunakan china untuk misi di anjungan minyak yang wilayahnya disengketakan dengan Vietnam, tapi di masa depan tampaknya akan sangat mungkin digunakan China di Laut China Selatan.
Namun analis menilai bahwa Haiyan kemungkinan besar tidak akan digunakan china untuk misi di anjungan minyak yang wilayahnya disengketakan dengan Vietnam, tapi di masa depan tampaknya akan sangat mungkin digunakan China di Laut China Selatan.
Sebaiknya Indonesia menyusul memiliki dan mengembangkan, karena wilayah Indonesia mayoritas dikelilingi Laut.
BalasHapus