Dilengkapi Alutsista Self defennce
ROANNE-(IDB) : Beberapa bulan lagi TNI AL memiliki kapal survei modern yang canggih dan keren berteknologi tinggi. Kapal yang tengah dibuat di Prancis ini dilengkapi peralatan survei terbaru dan juga senjata kaliber 12,7 mm dan 20 mm. Senjata ini digunakan untuk pertahanan diri.
Senjata kaliber 12,7 mm terdiri dari dua pucuk, akan dipasang di anjungan samping kanan dan kiri. Sedangkan senjata kaliber 20 mm akan dipasang di anjungan bagian depan.
"Senjata ini tidak besar, karena hanya sebagai self defence," kata Dan Satgas BHO (Bantu Hidro dan Oceanografi) Kolonel Budi Purwanto di sela-sela meninjau pembuatan kapal survei untuk TNI AL di galangan kapal pelabuhan Les Sables d'Olonne, Kamis (26/6/2014).
Kapal ini akan dilengkapi juga dengan laboratorium yang berteknologi modern. Kapal juga dilengkapi dengan ruang-ruang tidur tamtama, bintara, dan perwira yang cukup nyaman, karena untuk pemetaan dan survei, personel akan berada di tengah laut hingga berhari-hari. Begitu juga ada ruang makan dan ruang pertemuan yang baik.
Kapal ini akan diawaki sekitar 41 personel, termasuk peneliti dari TNI AL. Rencananya pada bulan Juli nanti, 41 personel ini akan berangkat menuju Prancis untuk melakukan training dan pengenalan kapal.
Mereka nanti yang akan membawa kapal survei pertama ke Indonesia di akhir 2014. Diperkirakan butuh waktu 5 minggu untuk membawa kapal berbobot 500 ton dari Paris hingga tiba di Indonesia.
Kelebihan kapal ini adalah bodi kapal terbuat dari alumunium dan baja, sehingga tidak cepat berkarat. Kapal dengan panjang 60 meter dan lebar 11 meter ini juga akhirnya memiliki berat yang lebih ringan, hanya 500 ton. Padahal, kapal-kapal dengan ukuran yang sama bisa mencapai 1.500 ton.
Lantas, apakah kapal ini akan mudah tergoyang oleh ombak karena berbobot ringan? Ternyata tidak.
Saat ini telah ada teknologi baru menggunakan dynamic tank yang bisa membuat kapal lebih stabil dari goncangan ombak, meski hanya 2,5 meter bagian bawah kapal yang masuk ke dalam air laut.
"Dengan bobot 500 ton, penggunaan BBM juga pasti akan lebih efisien," kata salah seorang perwira Satgas BHO.
Saat ini 6 perwira dari Dinas Hidros (Hidro dan Oseanografi) TNI AL terus memantau pembuatan kapal survei ini. Indonesia memesan dua kapal survei dengan biaya US$ 100 juta.
Kapal pertama akan selesai bulan September 2014 dan akan tiba di Indonesia awal Januari 2015. Kapal kedua akan selesai bulan Agustus 2015 dan akan tiba di Indonesia pada September 2015.
Fungsi utama kapal ini adalah untuk pemetaan dan survei di wilayah perairan Indonesia. Data-data ini sangat penting bila Indonesia mengalami hal terburuk seperti perang. Begitu ada perang, TNI sudah memiliki data-data dari survei dan pemetaan ini, sehingga bisa mengambil keputusan yang tepat terkait pertahanan.
Kapal ini juga bisa dengan cepat mendeteksi benda-benda asing dan mencurigakan di bawah laut, seperti bangkai pesawat yang jatuh atau kapal selam musuh. Kapal ini dilengkapi dengan alat-alat pemetaan tiga dimensi dan bisa menjangkau pemantauan hingga kedalaman 6.000 meter.
Beli 2 Kapal Survei seharga US$ 100 Juta
Survei dan pemetaan laut menjadi faktor penting bagi pertahanan Indonesia yang merupakan negara kepulauan. Karena itu, pemerintah melalui Kementerian Pertahanan (Kemhan) membeli dua kapal survei canggih dan berteknologi tinggi dari Prancis. Kedua kapal ini dibeli dengan harga US$ 100 juta.
Kedua kapal ini tengah dikerjakan oleh PT OCEA di galangan kapal pelabuhan di Les Sables d'Olonne, sekitar 620 KM dari Paris.
Kesepakatan pembelian dua kapal BHO (bantu hidro dan oseanografi) sudah diteken pada Oktober 2013 lalu dan merupakan tindak lanjut atas hubungan kerja sama pemerintah Indonesia dan Prancis.
"Dulu, sebetulnya yang ikut tender juga Korea Selatan. Tapi, setelah dikaji mendalam, termasuk alat-alat dan teknologi yang digunakan, akhirnya diputuskan memesan kapal dari Prancis," kata Kepala Badan Perencanaan Pertahanan (Kabaranahan) Laksda TNI Rachmad Lubis di sela-sela memantau proses pembuatan kapal di Les Sables d'Olonne, Kamis (26/6/2014).
Kapal ini akan dilengkapi dengan peralatan canggih di bidang oseanografi. Misalnya, kapal ini akan memiliki teknologi untuk memetakan bawah laut hingga kedalaman 6.000 meter. Juga dilengkapi dengan teknologi multi bim yang bisa mencatat gelombang dan frekuensi bawah laut dengan tepat.
"Jadi nanti kapal ini selain bisa digunakan untuk pemetaan laut dan survei, juga bisa mendeteksi benda-benda di laut, seperti dalam pencarian pesawat yang jatuh, dan lain-lain. Kapal ini nanti juga bisa mendeteksi kapal selam musuh yang sedang sembunyi di bawah laut," kata Dan Satgas BHO, Kolonel Budi.
Fungsi utama dari kapal ini adalah untuk pemetaan dan survei di wilayah perairan Indonesia. Data-data ini sangat penting bila Indonesia mengalami hal terburuk seperti perang. Begitu ada perang, TNI sudah memiliki data-data dari survei dan pemetaan ini, sehingga bisa mengambil keputusan yang tepat terkait pertahanan.
Saat ini data pemetaan laut Indonesia sudah tidak diupdate berpuluh-puluh tahun, terutama di perairan kawasan timur. Dengan adanya dua kapal survei canggih ini, Indonesia akan bisa memperbarui data-data pemetaan bawah laut di semua perairan Indonesia. Karena kapal survei, maka di kapal ini juga dilengkapi laboratorium-laboratorium yang canggih.
Sementara Kepala Pusat Pengadaan (Kapusada) Kemhan Marsma Asep S mengatakan desain kapal survei ini diputuskan melalui koordinasi yang mendalam antara Indonesia dengan OCEA. "Desain mengalami penyempurnaan-penyempurnaan. OCEA mengusulkan desain awal, kemudian Indonesia mengoreksi sesuai yang diinginkan kita," kata Asep.
Kapal pertama akan selesai dibuat pada akhir September 2014. Setelah melalui serangkaian administratif, pemberian nama, dan upacara serah terima, kapal ini diperkirakan akan tiba di Indonesia pada awal Januari 2015. Sedangkan kapal kedua, direncanakan selesai dibuat pada Agustus 2015 dan akan tiba di Indonesia bulan September 2015.
Kapal Survei TNI AL Di Les Sables d'Olonne
Modernisasi alutsista tidak hanya dilakukan pemerintah untuk TNI Angkatan Darat (AD). Untuk TNI AL misalnya, pemerintah saat ini masih menunggu selesainya pembuatan kapal survei canggih yang tengah dibuat di Les Sables d'Olonne, Prancis. Kapal ini sangat penting untuk survei dan pemetaan laut Indonesia.
Bersama delegasi Kementerian Pertahanan (Kemhan), detikcom berkesempatan melihat dari dekat proses pembuatan kapal survei yang memiliki panjang 60 m dan lebar 11 meter ini, Kamis (26/6/2014). Kapal berbobot 500 ton ini dibuat OCEA, perusahaan kapal Prancis, di galangan kapal di pelabuhan Les Sables d'Olonne.
Galangan kapal ini berada sekitar 620 KM dari ibukota Prancis, Paris. Untuk menuju lokasi ini, perlu waktu 2 jam 20 menit naik kereta api hingga stasiun Nantes. Kemudian, perjalanan dilanjutkan dengan jalan darat dari stasiun Nantes menuju Les Sables d'Olonne yang membutuhkan waktu 1 jam 20 menit.
Delegasi peninjauan proses pembuatan kapal ini dipimpin Kepala Badan Perencanaan Pertahanan (Kabaranahan) Kemhan Laksda TNI Rachmad Lubis, dengan diikuti Kapusada Kemhan Marsma TNI Asep S dan Dirrenbanghan Kemhan Marsma M Safii.
Peninjauan ini merupakan bagian dari rangkaian peninjauan pembuatan tank Leopard di Jerman dan pembuatan meriam Caesar 155 di Roanne, Prancis.
Dalam paparannya kepada delegasi Indonesia, pimpinan OCEA menyampaikan bahwa proses pembuatan kapal survei tahap pertama sudah mencapai 60 persen. Kapal akan selesai dibuat pada bulan September 2014 dan diperkirakan sudah tiba di Indonesia pada awal Januari 2015.
Selain bertemu dan mendengar paparan jajaran pimpinan OCEA, delegasi juga menginspeksi proses pembuatan kapal dan mengecek dari satu bagian ke bagian lain. Rachmad Lubis selaku pimpinan delegasi menanyakan berbagai hal termasuk mengecek ke ruang tidur, ruang makan, laboratorium, tempat mesin, anjungan kapal, hingga buritan kapal.
Pemantauan detikcom, pembuatan dek dan lambung kapal sudah selesai 100 persen. Kapal ini terbuat dari baja dan alumunium. Hingga saat ini pengerjaan masih didominasi dengan berbagai instalasi listrik, AC, saluran air, dan juga pemasangan interior, serta pengecatan. Para pekerja juga masih memfinalisasi ruangan-ruangan kamar dan juga laboratorium.
Kapal survei ini nanti akan digunakan oleh Dinas Hidros (Hidro dan Oseanografi) TNI AL. Proses pembuatan kapal ini juga telah dipantau oleh 6 perwira dari Hidros yang tergabung dalam Satgas BHO (Bantu Hidro Oceanografi) dengan pimpinan Kolonel Budi Purwanto yang merupakan perwira ahli oseanografi. Satgas BHO telah berada di Les Sables d'Olonne sejak 5 bulan lalu. Mereka akan mengawal pembuatan kapal ini sampai tuntas.
Lantas seberapa penting kapal ini bagi Indonesia? Rachmad Lubis menjelaskan keberadaan kapal ini sangat penting dalam melakukan survei dan pemetaan laut Indonesia.
Data-data hasil survei dan pemetaan yang dilakukan kapal ini sangat diperlukan untuk memperkuat pertahanan Indonesia di laut, terutama dalam kondisi pertempuran. "Selama ini kita belum punya kapal survei yang bisa memenuhi kebutuhan Indonesia," kata Rachmad.
Saat ini TNI AL hanya memiliki dua kapal survei. Jumlah ini sangat minim, mengingat Indonesia merupakan negara maritim yang memiliki laut luas dan negara kepulauan.
Dengan adanya kapal survei yang canggih ini, maka TNI AL bisa melakukan pendataan, survei dan pemetaan dengan lebih baik dan presisi serta waktu yang lebih cepat.
"Dua kapal survei selama ini yang kami gunakan sebenarnya hanya kapal biasa yang hanya dipasangi alat-alat pemetaan. Jadi, dua kapal yang kami pakai masih di bawah standar," kata Kolonel Budi.
Senjata kaliber 12,7 mm terdiri dari dua pucuk, akan dipasang di anjungan samping kanan dan kiri. Sedangkan senjata kaliber 20 mm akan dipasang di anjungan bagian depan.
"Senjata ini tidak besar, karena hanya sebagai self defence," kata Dan Satgas BHO (Bantu Hidro dan Oceanografi) Kolonel Budi Purwanto di sela-sela meninjau pembuatan kapal survei untuk TNI AL di galangan kapal pelabuhan Les Sables d'Olonne, Kamis (26/6/2014).
Kapal ini akan dilengkapi juga dengan laboratorium yang berteknologi modern. Kapal juga dilengkapi dengan ruang-ruang tidur tamtama, bintara, dan perwira yang cukup nyaman, karena untuk pemetaan dan survei, personel akan berada di tengah laut hingga berhari-hari. Begitu juga ada ruang makan dan ruang pertemuan yang baik.
Kapal ini akan diawaki sekitar 41 personel, termasuk peneliti dari TNI AL. Rencananya pada bulan Juli nanti, 41 personel ini akan berangkat menuju Prancis untuk melakukan training dan pengenalan kapal.
Mereka nanti yang akan membawa kapal survei pertama ke Indonesia di akhir 2014. Diperkirakan butuh waktu 5 minggu untuk membawa kapal berbobot 500 ton dari Paris hingga tiba di Indonesia.
Kelebihan kapal ini adalah bodi kapal terbuat dari alumunium dan baja, sehingga tidak cepat berkarat. Kapal dengan panjang 60 meter dan lebar 11 meter ini juga akhirnya memiliki berat yang lebih ringan, hanya 500 ton. Padahal, kapal-kapal dengan ukuran yang sama bisa mencapai 1.500 ton.
Lantas, apakah kapal ini akan mudah tergoyang oleh ombak karena berbobot ringan? Ternyata tidak.
Saat ini telah ada teknologi baru menggunakan dynamic tank yang bisa membuat kapal lebih stabil dari goncangan ombak, meski hanya 2,5 meter bagian bawah kapal yang masuk ke dalam air laut.
"Dengan bobot 500 ton, penggunaan BBM juga pasti akan lebih efisien," kata salah seorang perwira Satgas BHO.
Saat ini 6 perwira dari Dinas Hidros (Hidro dan Oseanografi) TNI AL terus memantau pembuatan kapal survei ini. Indonesia memesan dua kapal survei dengan biaya US$ 100 juta.
Kapal pertama akan selesai bulan September 2014 dan akan tiba di Indonesia awal Januari 2015. Kapal kedua akan selesai bulan Agustus 2015 dan akan tiba di Indonesia pada September 2015.
Fungsi utama kapal ini adalah untuk pemetaan dan survei di wilayah perairan Indonesia. Data-data ini sangat penting bila Indonesia mengalami hal terburuk seperti perang. Begitu ada perang, TNI sudah memiliki data-data dari survei dan pemetaan ini, sehingga bisa mengambil keputusan yang tepat terkait pertahanan.
Kapal ini juga bisa dengan cepat mendeteksi benda-benda asing dan mencurigakan di bawah laut, seperti bangkai pesawat yang jatuh atau kapal selam musuh. Kapal ini dilengkapi dengan alat-alat pemetaan tiga dimensi dan bisa menjangkau pemantauan hingga kedalaman 6.000 meter.
Beli 2 Kapal Survei seharga US$ 100 Juta
Survei dan pemetaan laut menjadi faktor penting bagi pertahanan Indonesia yang merupakan negara kepulauan. Karena itu, pemerintah melalui Kementerian Pertahanan (Kemhan) membeli dua kapal survei canggih dan berteknologi tinggi dari Prancis. Kedua kapal ini dibeli dengan harga US$ 100 juta.
Kedua kapal ini tengah dikerjakan oleh PT OCEA di galangan kapal pelabuhan di Les Sables d'Olonne, sekitar 620 KM dari Paris.
Kesepakatan pembelian dua kapal BHO (bantu hidro dan oseanografi) sudah diteken pada Oktober 2013 lalu dan merupakan tindak lanjut atas hubungan kerja sama pemerintah Indonesia dan Prancis.
"Dulu, sebetulnya yang ikut tender juga Korea Selatan. Tapi, setelah dikaji mendalam, termasuk alat-alat dan teknologi yang digunakan, akhirnya diputuskan memesan kapal dari Prancis," kata Kepala Badan Perencanaan Pertahanan (Kabaranahan) Laksda TNI Rachmad Lubis di sela-sela memantau proses pembuatan kapal di Les Sables d'Olonne, Kamis (26/6/2014).
Kapal ini akan dilengkapi dengan peralatan canggih di bidang oseanografi. Misalnya, kapal ini akan memiliki teknologi untuk memetakan bawah laut hingga kedalaman 6.000 meter. Juga dilengkapi dengan teknologi multi bim yang bisa mencatat gelombang dan frekuensi bawah laut dengan tepat.
"Jadi nanti kapal ini selain bisa digunakan untuk pemetaan laut dan survei, juga bisa mendeteksi benda-benda di laut, seperti dalam pencarian pesawat yang jatuh, dan lain-lain. Kapal ini nanti juga bisa mendeteksi kapal selam musuh yang sedang sembunyi di bawah laut," kata Dan Satgas BHO, Kolonel Budi.
Fungsi utama dari kapal ini adalah untuk pemetaan dan survei di wilayah perairan Indonesia. Data-data ini sangat penting bila Indonesia mengalami hal terburuk seperti perang. Begitu ada perang, TNI sudah memiliki data-data dari survei dan pemetaan ini, sehingga bisa mengambil keputusan yang tepat terkait pertahanan.
Saat ini data pemetaan laut Indonesia sudah tidak diupdate berpuluh-puluh tahun, terutama di perairan kawasan timur. Dengan adanya dua kapal survei canggih ini, Indonesia akan bisa memperbarui data-data pemetaan bawah laut di semua perairan Indonesia. Karena kapal survei, maka di kapal ini juga dilengkapi laboratorium-laboratorium yang canggih.
Sementara Kepala Pusat Pengadaan (Kapusada) Kemhan Marsma Asep S mengatakan desain kapal survei ini diputuskan melalui koordinasi yang mendalam antara Indonesia dengan OCEA. "Desain mengalami penyempurnaan-penyempurnaan. OCEA mengusulkan desain awal, kemudian Indonesia mengoreksi sesuai yang diinginkan kita," kata Asep.
Kapal pertama akan selesai dibuat pada akhir September 2014. Setelah melalui serangkaian administratif, pemberian nama, dan upacara serah terima, kapal ini diperkirakan akan tiba di Indonesia pada awal Januari 2015. Sedangkan kapal kedua, direncanakan selesai dibuat pada Agustus 2015 dan akan tiba di Indonesia bulan September 2015.
Kapal Survei TNI AL Di Les Sables d'Olonne
Modernisasi alutsista tidak hanya dilakukan pemerintah untuk TNI Angkatan Darat (AD). Untuk TNI AL misalnya, pemerintah saat ini masih menunggu selesainya pembuatan kapal survei canggih yang tengah dibuat di Les Sables d'Olonne, Prancis. Kapal ini sangat penting untuk survei dan pemetaan laut Indonesia.
Bersama delegasi Kementerian Pertahanan (Kemhan), detikcom berkesempatan melihat dari dekat proses pembuatan kapal survei yang memiliki panjang 60 m dan lebar 11 meter ini, Kamis (26/6/2014). Kapal berbobot 500 ton ini dibuat OCEA, perusahaan kapal Prancis, di galangan kapal di pelabuhan Les Sables d'Olonne.
Galangan kapal ini berada sekitar 620 KM dari ibukota Prancis, Paris. Untuk menuju lokasi ini, perlu waktu 2 jam 20 menit naik kereta api hingga stasiun Nantes. Kemudian, perjalanan dilanjutkan dengan jalan darat dari stasiun Nantes menuju Les Sables d'Olonne yang membutuhkan waktu 1 jam 20 menit.
Delegasi peninjauan proses pembuatan kapal ini dipimpin Kepala Badan Perencanaan Pertahanan (Kabaranahan) Kemhan Laksda TNI Rachmad Lubis, dengan diikuti Kapusada Kemhan Marsma TNI Asep S dan Dirrenbanghan Kemhan Marsma M Safii.
Peninjauan ini merupakan bagian dari rangkaian peninjauan pembuatan tank Leopard di Jerman dan pembuatan meriam Caesar 155 di Roanne, Prancis.
Dalam paparannya kepada delegasi Indonesia, pimpinan OCEA menyampaikan bahwa proses pembuatan kapal survei tahap pertama sudah mencapai 60 persen. Kapal akan selesai dibuat pada bulan September 2014 dan diperkirakan sudah tiba di Indonesia pada awal Januari 2015.
Selain bertemu dan mendengar paparan jajaran pimpinan OCEA, delegasi juga menginspeksi proses pembuatan kapal dan mengecek dari satu bagian ke bagian lain. Rachmad Lubis selaku pimpinan delegasi menanyakan berbagai hal termasuk mengecek ke ruang tidur, ruang makan, laboratorium, tempat mesin, anjungan kapal, hingga buritan kapal.
Pemantauan detikcom, pembuatan dek dan lambung kapal sudah selesai 100 persen. Kapal ini terbuat dari baja dan alumunium. Hingga saat ini pengerjaan masih didominasi dengan berbagai instalasi listrik, AC, saluran air, dan juga pemasangan interior, serta pengecatan. Para pekerja juga masih memfinalisasi ruangan-ruangan kamar dan juga laboratorium.
Kapal survei ini nanti akan digunakan oleh Dinas Hidros (Hidro dan Oseanografi) TNI AL. Proses pembuatan kapal ini juga telah dipantau oleh 6 perwira dari Hidros yang tergabung dalam Satgas BHO (Bantu Hidro Oceanografi) dengan pimpinan Kolonel Budi Purwanto yang merupakan perwira ahli oseanografi. Satgas BHO telah berada di Les Sables d'Olonne sejak 5 bulan lalu. Mereka akan mengawal pembuatan kapal ini sampai tuntas.
Lantas seberapa penting kapal ini bagi Indonesia? Rachmad Lubis menjelaskan keberadaan kapal ini sangat penting dalam melakukan survei dan pemetaan laut Indonesia.
Data-data hasil survei dan pemetaan yang dilakukan kapal ini sangat diperlukan untuk memperkuat pertahanan Indonesia di laut, terutama dalam kondisi pertempuran. "Selama ini kita belum punya kapal survei yang bisa memenuhi kebutuhan Indonesia," kata Rachmad.
Saat ini TNI AL hanya memiliki dua kapal survei. Jumlah ini sangat minim, mengingat Indonesia merupakan negara maritim yang memiliki laut luas dan negara kepulauan.
Dengan adanya kapal survei yang canggih ini, maka TNI AL bisa melakukan pendataan, survei dan pemetaan dengan lebih baik dan presisi serta waktu yang lebih cepat.
"Dua kapal survei selama ini yang kami gunakan sebenarnya hanya kapal biasa yang hanya dipasangi alat-alat pemetaan. Jadi, dua kapal yang kami pakai masih di bawah standar," kata Kolonel Budi.
Sumber : Detik
alhamdulillah....semoga sesuai rencana, dan semoga bisa ditambah lagi dengan yang lebih besar n lebih modern dan komplit peralatan yang dibutuhkan...
BalasHapus