Angkatan Laut Indonesia menemukan 19 manusia perahu yang mengaku dipaksa
balik ke perairan Indonesia ketika berusaha mencapai Australia, yang
kini memberlakukan kebijakan keras atas para pencari suaka.
KUPANG-(IDB) : Berita itu muncul hanya beberapa hari setelah Perdana Menteri Australia
Tony Abbott tiba-tiba membatalkan kunjungan ke Indonesia yang dilihat
sebagai upaya untuk mencairkan hubungan diplomatik yang rusak akibat kebijakan perlindungan perbatasan Canberra serta perselisihan terkait tuduhan kegiatan mata-mata yang dilakukan Austalia atas Indonesia.
Berbagai laporan mengatakan ia membatalkan kunjungan ke Bali, di mana
dia tadinya dijadwalkan bertemu dengan Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono, karena khawatir bahwa operasi untuk memaksa balik para
pencari suaka ke perairan Indonesia akan bisa mengobarkan ketegangan.
Kapal Manusia Perahu Dibakar AL Australia
Sebanyak 20 imigran gelap asal Nepal dan Albania didorong kembali ke perairan Indonesia oleh Angkatan Laut Australia, setelah kapal mereka dibakar. Imigran itu terdampar di Papela, Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur.
"Ada 20 imigran yang diamankan setelah terdampar di perairan Rote Ndao," kata Kapolres Rote Ndao Ajun Komisaris Besar Hidayat kepada Tempo, Selasa, 6 Mei 2014.
Berdasarkan hasil pemeriksaan, menurut dia, 20 imigran ini berangkat ke Australia untuk mencari suaka dari dua lokasi berbeda. Sebanyak 18 imigran asal Nepal diberangkatkan dari Makassar, Sulawesi Selatan. Sedangkan dua imigran Albania diberangkatkan dari Papela, Rote Ndao, bersama seorang anak buah kapal.
"Kami tidak tahu pasti kapan mereka berangkat ke Australia," katanya.
Setibanya di sebuah pulau di Australia, mereka diamankan oleh Angkatan Laut Australia, sementara kapal yang mengangkut dua orang asal Albania dibakar. Lalu dua orang itu digabung dengan imigran asal Nepal dan didorong kembali ke Indonesia. "Kapal yang dari Rote dibakar. Mereka kemudian didorong kembali ke Indonesia," katanya.
Puluhan imigran itu sejak kemarin telah ditahan di Rumah Detensi Imigrasi Kupang. Namun, anehnya, Kepala Imigrasi Kupang Silvester Sililaba mengaku belum mengetahui adanya penangkapan 20 imigran itu. "Saya belum tahu ada penangkapan imigran. Apalagi katanya sudah diserahkan ke Imigrasi," katanya.
"Ada 20 imigran yang diamankan setelah terdampar di perairan Rote Ndao," kata Kapolres Rote Ndao Ajun Komisaris Besar Hidayat kepada Tempo, Selasa, 6 Mei 2014.
Berdasarkan hasil pemeriksaan, menurut dia, 20 imigran ini berangkat ke Australia untuk mencari suaka dari dua lokasi berbeda. Sebanyak 18 imigran asal Nepal diberangkatkan dari Makassar, Sulawesi Selatan. Sedangkan dua imigran Albania diberangkatkan dari Papela, Rote Ndao, bersama seorang anak buah kapal.
"Kami tidak tahu pasti kapan mereka berangkat ke Australia," katanya.
Setibanya di sebuah pulau di Australia, mereka diamankan oleh Angkatan Laut Australia, sementara kapal yang mengangkut dua orang asal Albania dibakar. Lalu dua orang itu digabung dengan imigran asal Nepal dan didorong kembali ke Indonesia. "Kapal yang dari Rote dibakar. Mereka kemudian didorong kembali ke Indonesia," katanya.
Puluhan imigran itu sejak kemarin telah ditahan di Rumah Detensi Imigrasi Kupang. Namun, anehnya, Kepala Imigrasi Kupang Silvester Sililaba mengaku belum mengetahui adanya penangkapan 20 imigran itu. "Saya belum tahu ada penangkapan imigran. Apalagi katanya sudah diserahkan ke Imigrasi," katanya.
Batalkan Kunjungan
Angkatan Laut Indonesia mengatakan bahwa mereka menemukan sebuah perahu
berisi calon pengungsi yang terdampar di pulau Lay, Nusa Tenggara Timur,
di sebelah timur Indonesia pada hari Minggu yang lalu.
Semua penumpangnya adalah laki-laki, 15 orang berasal dari India, 2 dari
Nepal dan 2 dari Albania, demikian pernyataan angkatan laut Indonesia.
Angkatan Laut mengatakan bahwa berdasarkan kesaksian dari para kru,
perahu itu berlayar dari Sulawesi bagian tengah pada 26 April dan
berusaha memasuki wilayah perairan Australia pada hari Kamis.
“Pada tengah malam (Kamis), perahu itu diperiksa dua kapal perang
Australia… perahu itu lantas diantar menuju perairan Indonesia,“
demikian pernyataan TNI Angkatan Laut.
Kantor PM Abbott menolak memberikan keterangan mengenai alasan pembatalan kunjungan ke Indonesia.
Seharusnya itu akan menjadi kunjungannya yang pertama setelah kerusakan
hubungan diplomatik pada November tahun lalu, akibat terungkapnya upaya
mata-mata Australia pada 2009 yang menyadap percakapan telepon presiden Yudhoyono, ibu negara Ani Yudhoyono dan sejumlah menteri.
Jakarta bereaksi marah atas berita itu, memanggil pulang duta besar dan
menghentikan kerjasama dalam sejumlah isu kunci termasuk pertahanan dan
penyelundupan manusia. Ketegangan terus berlanjut dipicu oleh perburuan
militer Canberra atas para pencari suaka yang memerintahkan
perahu-perahu berisi para imigran gelap agar kembali ke perairan
Indonesia.
Operasi Kedaulatan
Operasi perburuan yang diberi nama “Operasi Kedaulatan Perbatasan”,
melibatkan kapal-kapal Australia yang memerintahkan kapal-kapal berisi
para pencari suaka untuk kembali ke perairan Indonesia.
Ada sejumlah laporan bahwa Canberra telah membeli sekoci oranye untuk
mengirim balik para pencari suaka jika kapal mereka dinilai tidak layak
jalan.
Februari lalu, dua perahu berisi para pencari suaka terdampar di bagian
selatan Indonesia dalam sekoci oranye. Mereka mengatakan telah diminta
pindah kapal oleh aparat keamanan Australia sebelum diminta berbalik ke
perairan Indonesia.
Sumber : DW
Sepanjang angkatan laut aussi cuma diperairan internasional dan tidak sampai masuk wilayah kedaulatan kita ndak ada yang bisa kita lakukan terhadap angkatan laut aussie.Kalo perlu bisa libatkan wakil NHCR di kapal patroli kita untuk membuktikan ulah aussie yang tidak manusiawi.Bisa juga jurnalis asing dibawa untuk patroli,biar beritanya tersebar di dunia .
BalasHapusyang ini ni.....negara ADIDAYA cuma diem ayem aja..katanya penjunjung HAM tapi kok kalo ada negara sekutunya berbuat mencle...malah kura2 didalam perahu.....Media2 Asing seharusnya netral dan mempublikasikan ini...biar dunia tahu..
BalasHapus