Kembali ke Korean Aerospace Industries (KAI) di Sacheon, 250
kilometer (km) tenggara ibukota Korea Selatan, Seoul setelah
melaksanakan keseluruhan program di Republic of Korean Air Force (ROKAF)
selama hampir lima bulan, serasa seperti kembali ke 'rumah'. Di sini
keenam penerbang TNI AU melanjutkan program Initial Cadre Training
dengan menerbangkan pesawat milik Indonesia, T-50i Golden Eagle.
SEOUL-(IDB) : Masing-masing penerbang akan mendapatkan enam sorti, dibagi menjadi tiga sorti Front Seat dan tiga sorti Rear Seat. Latihan yang dilakukan adalah Advanced Handling Characteristics, Instrument Flight, Formation Day dan Night Flight.
Selain itu, untuk Letkol Pnb Wastum dan Mayor Pnb Marda Sarjono akan
mendapatkan tambahan tiga sorti untuk bisa memiliki kualifikasi Function Check Flight Pilot (FCF Pilot).
Instruktur yang akan membimbing keenam penerbang selama di KAI adalah tiga orang Experimental Test Pilot KAI yang sudah terlibat secara langsung dalam proses pengembangan dan pembuatan pesawat T-50 Golden Eagle mulai dari prototipe sampai kepada Full Scale Development (FSD) dan sampai sekarang sudah menerbangkan dan menguji seluruh T-50 dan TA-50 yang digunakan ROKAF.
Aircraft Design
Sesuai kontrak, Indonesia akan membeli 16 T-50i yang warnanya dibagi dua, yaitu delapan pesawat pertama dengan Aerobatic Scheme, sedangkan delapan pesawat berikutnya dilaburi dengan Camouflage Scheme. Apabila dilihat sekilas, T-50i mirip sekali dengan F-16. Keduanya sama-sama menggunakan bubble canopy, wing, dan fuselage
yang saling menyatu serta mirip dalam bentuk secara keseluruhan. T-50i
memiliki panjang 43 kaki serta lebar sayap 31 kaki dan tinggi 16 kaki.
Dengan ukuran ini, T-50i memiliki dimensi lebih kecil empat kaki dari F-16. Perbedaan yang terlihat menyolok adalah adanya twin side-mounted air inlets sebagai air intake yang digunakan T-50i berbeda dengan F-16, dimana air intake di bawah fuselage. Air intake ini akan mengalirkan udara luar langsung menuju single engine General Electric F404-GE-102, merupakan mesin serupa digunakan pesawat Boeing F/A-18 Hornet dan Saab Gripen, namun dimodifikasi sedemikian rupa untuk disesuaikan dengan performance T-50i.
Mesin ini mampu menghasilkan thrust 17.700 pounds menggunakan after burner. Apabila dimaksimalkan, kecepatan yang dapat dicapai Mach 1,5 Mach atau 1,5 kali kecepatan suara.
Masuk ke kokpit, penerbang akan disuguhkan fitur kokpit pesawat
modern. Tepat di hadapan kita pada panel depan kokpit terdapat dua layar
berwarna Smart Multi Function Display (SMFD) ukuran 5x7 inci. Pada posisi line of sight terdapat Head Up Display (HUD). Dalam jangkauan tangan tepat di bawah HUD terdapat Integrated Up Front Controller (IUFC), penerbang dapat memasukkan semua informasi yang dibutuhkan selama penerbangan.
Seperti frekwensi radio untuk komunikasi, data koordinat untuk navigasi yang didukung dengan sistem EGI (Embedded GPS/INS), termasuk memasukkan data untuk way point ataupun menentukan jumlah bingo fuel.
Pada bagian lain dari panel depan masih terdapat Engine Flight Instrument (EFI), display warning untuk emerjensi dan beberapa backup system display. Kesemua sistem ini terintegrasi pada Integrated Mission/Display Computer (IMDC) dan dapat merekam data-data (in flight recording) selama penerbangan untuk memudahkan dalam melaksanakan de-briefing. Secara keseluruhan, sistem operasi pada sistem avionik T-50i seperti switchology, display philosophy dan symbology mirip digunakan F-22 Raptor dan F-35 Lighting II.
T-50i menggunakan side stick yang memiliki kemampuan full HOTAS mirip F-16. Perbedaannya adalah pada T-50i TNI AU masih dapat merasakan pergerakan dari stick
sejauh kurang lebih 20mm ke segala arah. Hal ini bertujuan untuk
membantu siswa ataupun penerbang tempur yang baru lulus dari Sekolah
Penerbang untuk merasakan feel and motion pada saat menggerakkan stick.
Demikian juga bagi instruktur pilot yang berada di kokpit belakang dapat merasakan pergerakan stick siswa secara langsung. Flight Control System T-50i juga memiliki override system pada stick
sehingga dapat digunakan oleh instruktur untuk dapat mengambil alih
kontrol secara penuh apabila terjadi sesuatu di luar kendali.
Saat duduk di kokpit T-50i, penerbang memiliki field of view
atau luas jangkauan pandang 320 derajat, sehingga hampir dapat melihat
“6 o'clock” dari posisi duduk penerbang. Kursi T-50i memiliki
kemiringan 17 derajat, mirip seat angle pesawat F-35 dan F-22 serta dilengkapi kursi lontar Martin Baker berkemampuan zero-zero ejection.
Persenjataan
Untuk melaksanakan tugasnya sebagai pesawat tempur, T-50i Golden Eagle memiliki kemampuan persenjataan yang dapat digunakan dalam misi multirole.
Total kapasitas yang dapat dibawa 10.500 pound persenjataan. Pesawat
ini dilengkapi kanon internal tiga laras General Dynamics 20mm Gatling
yang mampu menyeburkan 3.000 peluru per menit.
Kanon ini ditempatkan di
sisi kiri kokpit, tepat di leading edge extension dari pesawat. Lima external station disiapkan pada bagian under fuselage dan under wing serta dua station pada wing tip untuk dapat membawa amunisi bom ataupun roket.
Sumber : Angkasa
T 50i,dibeli...changbogoo dibeli...,tarantula dibeli...perjanjian tot INGKAR JANJI..(by:cui lan seng)
BalasHapusmakasar class LPD berhasil loh TOT nya
Hapusini karena kurangnya pemahaman kontrak dari Indonesia sendiri makannya terjebak sama skema learning by seing
ya kita tunggu aja .... klau ingkar janji ga usah di lunasi pembayarannya.....
Hapusbisa dicantelin missile ga ya?
BalasHapusyg TNI pakai ini versi murni T atau T/A ya?
bisa lah inikan pesawat tempur latih.... jadi ada buat cantolin missile tinggal kebutuhannya aja.... pkai T / TA sami mawon itukan cuma kode aja .... tapi TNI AU beli yg T tapi bisa di upgrade ke TA tinggal kebutuhan aja
HapusLebih dari bisa om-contoh MK53hawk -era th80- meski tidak dilngkapi misile AIM9 sidwinder tapi miliki fungsi combat tactis:ada aden gun30mm-tabung FFAR2,75-aneka bom-maka itu MK53 yg dulu dinas di skadik103 di pindah to skuad15dg kode TT temput tktis-dan apalagi dg T/TA50 tactis gold eagle yg fower besar 1.5mach number+multi display avionic-+internal gun 20mm-pod AIM9-AGM65mverik-udah masuk dikategori light fighter mirip F5tiger-F16-bukan hanya trainjet tapi udah masuk ktegori light fighter-pokok nya sip deh
BalasHapuslangsung test drive diatas ambalat pasti keren...
BalasHapusKalau sudah lengkap 16 unit, stop dulu deh ... lanjut beli sukhoi tambahan ajaa ...
BalasHapusbeli aja lagi tapi yang versi FA 50 ... tapi bikinnya disini pt DI dari awal sampai akhir .... nanti kalau udah tahu baru bikin versi terbarunya sekalian bikin yg generasi ke 6....
Hapussemua tidak semudah yang diucapkan
HapusLebih baik sih disamping SU27-30-35 dan budget mudah2n ada:pswt TA50(maap)ditambah jadi 2-3 skuadron-disamping sukhoi yg longrange-lightfighter tipe ini efective tuk medium air defence geografi RI yg brpulau2-kayak F5-MIG21-Mirage F1-jadi saling mengisi-malah aqu usul disamping tipe interceptor-multitole-saat nya RI miliki jet fighter jenis VTOL sprti:AV8E Harier-YAK141freestyle-yg bisa dibawa LPD-plus klo bisa juga akuisisi tactical jet jenis A10warthog-SU25 FROGFOOT versi akhir
BalasHapusJet T50 golden eagle dibeli utk gantiin hawk mk 53,sebagai sarana mempercepat pembelajaran calon pilot2 jet tempur generasi 4-5,selain utk serang darat ringan kemampuan T50 dalam hal avionik dibuat semirip mungkin dg jet2 tempur medium dan heavy fighter sehingga jam terbang pembelajaran bagi pilot lebih cepat dan efisien biaya operasionalnya.
BalasHapusmasuk akal....
BalasHapus