Javelin
Letnan Satu TNI Bonny Octavian sempat memperagakan penggunaan Javelin pada latihan gabungan Garuda Shield TNI Angkatan Darat dengan Tentara AS di Pasifik (USARPAC). Dia mengatakan, jarak tembak rudal ini mencapai 2,5 kilometer. Javelin ini dilengkapi dengan pelacak canggih yang mampu mengunci dan menembak sasaran yang bergerak dengan daya ledak luar biasa. "Waktu reload rudal ini cukup cepat, yaitu 40 detik saja," kata Bonny.
Bonny mengungkapkan, TNI telah memesan 25 alat pembidik dan 189 rudal anti-tank Javelin buatan perusahaan Raytheon dan Lockheed Martin ini. Namun senjata ini masih dalam tahap produksi dan belum dikirim.
Senjata ini telah dikembangkan sejak tahun 1989 oleh perusahaan Raytheon dan Lockheed Martin dengan nama proyek Javelin Joint Venture. Produksinya sendiri dimulai tahun 1994 dan dikirimkan ke barak militer di Fort Benning, Georgia pada tahun 1996.
Laman army-technology.com menuliskan, Javelin digunakan tentara AS dan Australia pada perang di Irak antara Maret dan April 2003. Saat ini, senjata ini digunakan di Afganistan. Lebih dari 2.000 rudal Javelin telah ditembakkan AS dan tentara koalisi di negara ini.
Negara asing pertama pembeli Javelin adalah Inggris pada Januari 2003 dengan pemesanan awal sebanyak 18 peluncur dan 144 rudal. Negara lainnya yang telah menggunakan ini adalah Taiwan, Lithuania, Yordania, Australia, Selandia Baru, Norwegia, dan Irlandia. Beberapa negara lain tengah mengantre untuk mendapatkannya. Inetres.com memaparkan bahwa satu buah peluncur dan pelacak Javelin dibanderol US$126.000 atau sekitar Rp1,2 miliar, sementara rudal Javelin satuannya seharga US$78.000, setara Rp756 juta.
Modernisasi alutsista
Pada awal 2012, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menekankan pentingnya modernisasi alutsista TNI. Sebab, dalam 20 tahun terakhir Indonesia belum memodernisasi alutsista TNI-nya. Peningkatan modernisasi dan kekuatan TNI ini, kata Presiden SBY, diarahkan agar TNI dapat mendekati postur minimum essential force yang ditetapkan dalam kebijakan dan strategi pertahanan negara. Baik Angkatan Laut, Angkatan Udara dan Angkatan Darat. "Tentu ini butuh anggaran besar. But it is necessary," katanya.
Demi membangun kekuatan, pemerintah akan mempercepat modernisasi untuk mengejar ketertinggalan dari negara sahabat. SBY tak lupa berpesan pada pimpinan TNI agar dapat melaksanakan modernisasi dan pembangunan kekuatan dengan perencanaan yang baik dan sungguh-sungguh. "Gunakan anggaran yang dialokasikan negara yang jumlahnya cukup besar, cegah terjadinya penyimpangan," tegasnya.
Leopard 2 ini merupakan tank andalan Jerman pada masa lalu. Tank tempur utama Jerman ini merupakan pengembangan dari Leopard 1, dikembangkan oleh Krauss-Maffei pada awal 1970. Tank ini pertama kali digunakan pada 1979. Dan kini sudah lebih dari 3.480 Leopard 2 telah diproduksi.
Namun, rencana itu justru menimbulkan pro dan kontra. Sebagian kalangan, terutama sejumlah anggota Komisi I DPR, menolak keras rencana itu. Selain harga yang terlalu mahal, tank Leopard yang berbobot lebih dari 60 ton itu dinilai tak cocok dengan medan Indonesia yang bertanah gembur.
Penolakan tak hanya datang dari sejumlah anggota parlemen Indonesia, tapi juga parlemen Belanda. Dengan alasan tidak mau tank-tank itu digunakan untuk pelanggaran HAM oleh Indonesia. Lalu bagaimana dengan nasib Javelin?
0 komentar:
Posting Komentar
Click to see the code!
To insert emoticon you must added at least one space before the code.