Pages

Jumat, Agustus 08, 2014

IAe : Durian Runtuh Di Musim Luruh

CN235 TUDM
CN235 TUDM


JKGR-(IDB) : Matahari siang seperti belum puas melihat rerumputan yang meradang kepanasan. Bunga-bunga penghias jalanan lunglai terkulai tak berdaya, sementara sungai dan waduk-waduk sudah lama kering kerontang. 

Di beberapa tempat di sekitar Kuala Lumpur dan Selangor, secara bergantian mengalami giliran jatah aliran air bersih di rumah-rumah penduduk. Kondisi kering telah lama menghantui masyarakat ibukota Malaysia, Kuala Lumpur. Ironis, berita-berita di layar kaca justru lebih sering memperlihatkan bencana banjir yang kerap terjadi di Jakarta. 

Sehingga pertanyaan menggelitik seringkali terdengar di kalangan masyarakat etnis China yang pemukimannya mengalami pemutusan aliran air bersih, apakah hujan ini sudah dibeli semua oleh orang seberang? Hehehe..! Maklum, dalam tahun ini, Malaysia mengalami penurunan curah hujan yang drastis. Sering dilakukan usaha merekayasa hujan, tapi dari sepuluh kali hasil uji coba, hasilnya hanya dikisaran 10-20% saja. Apa yang salah dengan iklim di Malaysia?


Inilah sesungguhnya awal diskusi yang melibatkan para pakar teknologi di Kementerian Teknologi Hijau Malaysia. Harus diakui, meskipun kementerian ini memiliki anggaran yang relatif besar, namun fasilitas yang dimilikinya, ternyata jauh lebih buruk jika dibandingkan dengan fasilitas milik LIPI. Dari sini pula, diskusi merambat kepada sektor kepemilikan dan penguasaan teknologi. Tidak diketahui jelas apa alasan yang mendasarinya, tiba-tiba Indonesia dijadikan sebagai objek pembanding. Padahal, biasanya Malaysia lebih memilih Thailand sebagai pembandingnya, mengingat kedua negara ini memiliki kesamaan letak geografis, yakni merupakan bagian dari mainland of Asia. Dari mulai sejarah kepemilikan satelit, penguasaan teknologi aeroangkasa hingga kepemilikan radar dan penguasaan teknologi yang menyertainya. 

Hingga pada akhirnya diskusi ini menyeret pada satu keyakinan bersama bahwa Indonesia telah menguasai sebuah teknologi yang tidak mereka kuasai. Sayang, saya bukan orang yang ahli dalam bidang aeroangkasa dan meteorologi, sehingga kurang bisa merangkai sebab akibat dari mengapa akhirnya mereka bisa sampai pada kesimpulan bahwa Malaysia harus segera mengakuisi CN235MPA versi terbaru produksi IAe(sebutan PTDI dalam bahasa Inggris). Selain itu mereka juga berminat dengan produk N295, dengan syarat semua spect N295 yang mereka pesan nanti harus sama persis dengan produk sejenis yang telah dimiliki Indonesia. Padahal sehari sebelumnya, Sultan Brunei belum berani memesan pesawat N295 ini, selama produk tersebut belum dibangun seluruhnya di Indonesia. Ada apakah gerangan, kira-kira seperti itulah pertanyaan kecil yang sering hinggap di pikiran.


Tadi siang, tiba-tiba handphone saya bergetar. Sebuah email dari seorang sahabat, dengan lantang mengucapkan selamat atas keberhasilan PTDI dalam merebut minat dari para petinggi di lingkungan TUDM. Dia juga tidak lupa meminta maaf karena selama kepergiaannya selama ini tidak pernah berkirim kabar. 

CN 235 TUDM, Malaysia Made in IAe
CN 235 TUDM, Malaysia Made in IAe
Rupanya dia telah diutus oleh atasannya untuk keliling ke berbagai negara, semata-mata untuk memantau tingkat kepuasan pelanggan terhadap produk pesawat jenis CN235 atau C235 dalam berbagai versi. Hasilnya ternyata telah menuntun pada hasil sidang antar menteri terkait hari ini, dalam menentukan pilihan bagi armada angkutan ringan, sedang, dan marine patrol. Komisi ini telah merekomendasikan pesawat CN235 dan C295 IAe, sebagai armada baru yang mereka perlukan.


Tentu saja kebanggaan besar tiba-tiba menyeruak dalam hati saya ketika dia menambahkan bahwa ternyata US sendiri lebih mengandalkan pesawat ini untuk mengontrol perairannya. Bahkan lebih handal dari produk sejenis yang dikeluarkan oleh Italia dan Swedia, atau bahkan dengan produk USnya sendiri..! Hahaha..! Nah lho? Masih belum yakin juga dengan kemampuan insinyur PTDI ?.




Dia menambahkan bahwa CN235 Malaysia yang telah diupgrade pada tahun 2009, konon kini telah menjadi tulang punggung bagi pengawasan wilayah udara dan laut Malaysia yang tidak kecil nilainya. Latma Ex Thypoon beberapa waktu lalu adalah medan pembuktian pesawat mungil ini. Dalam diam, Malaysia telah menyusupkan pesawat ini dalam latihan. Ada keunggulan yang diluar perkiraan dan sangat membanggakan, sehingga MinDef merekomendasikan IAe sebagai pemasok tunggal bagi pengadaan keperluan armada yang telah ditentukan.
Terima kasih Pak Syafrie Syamsudin dan Pak Budi Santoso, yang tidak pernah lelah memperkenalkan buah karya anak bangsa ini ke persada dunia. Semoga kelak bisa menjadi sebuah kebanggaan bersama. Amien..! Salam hangat bung..! 
Sumber : JKGR

Vietnam Segera Dilengkapi S-400

Vietnam segera terima S-400

HANOI-(IDB) :Vietnam akan segera menerima sistem senjata anti-pesawat generasi terbaru S-400, atau rudal permukaan-ke-udara (SAM) dari Rusia, kata seorang pejabat senior Rusia.


Berbicara kepada kantor berita MIA Russia Today pada 6 Agustus, Asisten Ketua Komite Pertahanan Negara Duma, Igor Novoselov menegaskan bahwa saat ini sistem S-300 Vietnam akan diganti dengan S-400, yang dijuluki SA-21 Glowler oleh NATO, dan penggantian akan dilakukan dalam waktu dekat.


S-400 dapat menembak jatuh target, baik pada ketinggian rendah maupun tinggi dan mencakup area yang luas, tambahnya.



Rudal Permukaan ke Udara, S-400
Igor Novoselov menekankan Rusia sedang memelihara dan menjaga kerjasama militer dan teknis dengan Vietnam secara efektif -mitra strategis di Asia Tenggara.

Rusia juga telah menandatangani kontrak untuk membangun dua frigate Gepard 3.9 dan kapal selam Kilo enam kelas untuk Vietnam.



Sumber : JKGR

Pemerintah Ingin Keberlanjutan Pembangunan Kekuatan Pertahanan Negara

JAKARTA-(IDB) : Selama sepuluh tahun terakhir mulai tahun 2004 hingga 2014, pemerintah telah mencapai target 40 persen dari target 25 tahun pembangunan kekuatan pertahanan negara.  Kedepan, pemerintah saat ini ingin pembangunan kekuatan pertahanan negara ini dapat terus dilanjutkan sampai dengan tahun 2025.

Oleh karena itu, butuh konsistensi dan kontinuitas kebijakan di bidang pertahanan, sehingga kedepan Indonesia menjadi negara yang memiliki pertahanan negara yang kuat dan mempunyai bargaining position sejalan dengan pertumbuhan ekonomi dan politik nasional yang bermartabat.


Demikian dikatakan Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin saat menjadi narasumber dalam Dialog Harmonisasi Wawasan Kebangsaan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat  Republik Indonesia Periode Tahun 2014 sampai dengan 2019,  Jumat (8/8) di Kantor Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas), Jakarta.


Dalam kesempatan tersebut, Wamenhan menyampaikan tentang Visualisasi Sistem Pertahanan Negara. Hadir pula narasumber lainnya Dosen di Departemen Kriminologi Universitas Indonesia (UI) Adrianus Eliasta Meliala.


Wamenhan lebih lanjut mengatakan bahwa  sistem pertahanan negara  itu tidak bisa dibangun secara instant, tetapi harus dibangun secara konsepsional dan implementatif. Oleh karena itu, pemerintah saat ini menginginkan adanya  penegakan suatu rencana jangka panjang nasional selama 25 tahun.


Menurut Wamenhan, disinilah peran para Anggota DPR untuk dapat memahami sistem pertahanan negara, kemudian dapat menjadi bagian yang ikut serta menegakan sistem agar terjadi konsistensi dan kontinuitas dari kebijakan dan regulasi di bidang pertahanan negara. “Mengelola suatu pertahanan negara harus disertai dengan regulasi, pada saat membuat regulasi disitulah peran para Legislator”, tambah Wamenhan


DPR mempunyai kompetensi yang sangat kuat sebagai legislator di dalam menentukan keputusan politik negara. Pengelolaan sistem pertahanan negara tidak lepas bagaimana DPR memberikan pemikiran dan kritik untuk perbaikan. Disinilah peran simultan dan paralel serta solid antara Eksekutif dan Legislatif.



Sumber : DMC

Dubes Baru Korsel Ingin Tingkatkan Kerjasama Pertahanan Indonesia Korsel

JAKARTA-(IDB) : Setelah aktif kembali bekerja pasca libur lebaran, Selasa (5/8) Menteri Pertahanan RI Purnomo Yusgiantoro, menerima kunjungan perkenalan dari Dubes Republik Korea yang baru untuk Indonesia, Cho Tae Young, di Kantor Kementerian Pertahanan RI, Jakarta.

Sejak  bulan Mei 2014 lalu Cho Tae Young menjabat sebagai Dubes Korsel untuk Indonesia menggantikan  Kim Young-Sun. Sebelum menjadi Dubes Republik Korea Cho Tae Young menjabat sebagai juru bicara kementerian luar negeri Korea Selatan.


Dalam pertemuannya dengan Menhan, sebagai Dubes yang baru akan berusaha keras untuk terus memberikan dukungan guna pengembangan dan memperdalam kerjasama pertahanan RI-Korsel yang telah diterjalin baik selama ini.


Oleh karena itu Dubes Korsel mengharapkan Menhan juga sebaliknya mendukung dalam meningkatkan hubungan kerjasama pertahanan kedua negara selama dirinya bertugas sebagai Dubes di Indonesia. Kerjasama di bidang pertahanan kedua negara ini sangatlah kuat dalam kerangka mitra yang strategis.


Pada kesempatan itu Menhan juga mengatakan bahwa kerjasama pertahanan RI - Korea yang telah dibangun selama ini berdasarkan saling kepercayaan dan saling menguntungkan, khususnya di bidang industri pertahanan. Contohnya proyek bersama RI – Korea dalam hal pembangunan pesawat tempur KFX/IFX. Selain memproduksi bersama, hasil produk juga akan di pasarkan ke beberapa negara sehingga kedua negara bisa mendapatkan keuntungan bersama.


Pada pertemuan tersebut Menhan juga berharap kerjasama pembangunan Kapal Selam DSME209 Kelas Diesel-Electric bisa lebih dikembangkan lagi. Terlebih lagi untuk tahap transfer teknologi dan produksi bersama oleh galangan kapal milik kedua negara. Karena Indonesia kini akan membangun infrastruktur pembuatan kapal selam di bawah galangan kapal PT PAL yang ada di Surabaya. Semua nya ini dalam rangka untuk memperlihatkan kepada dunia bahwa Indonesia telah memiliki kemampuan untuk meningkatkan Alutsistanya.




Sumber : DMC

32 Pesawat TNI AU Akan Meriahkan HUT RI

YOGYAKARTA-(IDB) : Sebanyak 32 pesawat TNI AU akan memeriahkan peringatan HUT RI ke-69 tahun ini. Pesawat tersebut akan tampil fly pass dalam dua formasi besar, terdiri dari flight satu, 10 pesawat T-50 Golden Eagle dan 6 pesawat Hawk 100/200. Sedangkan flight kedua terdiri dari 8 pesawat F-16 termasuk 3 pesawat yang baru blok C/D 52ID dan 8 pesawat Sukhoi SU-27/30, sehingga masing-masing flight terdiri dari 16 pesawat.

Hal itu dikatakan Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal TNI Ida Bagus Putu Dunia usai upacara Peringatan ke-67 Hari Bakti TNI Angkatan Udara di Ksatrian AAU, Yogjakarta, Kamis (7/8).

Terkait kedatangan datangnya alutsista TNI AU yang baru dan kesiapan penerbangnya, Marsekal Putu Dunia mengatakan hal itu paralel dengan penambahan pesawat.

“Kami sudah disiapkan dan diprogramkan jumlah pesawat serta pelatihnya sehingga pesawat yang ada akan siap operasional. Paling tidak 75 persen harus siap operasi dan 25 persen untuk perawatan,” katanya.

 
ia mengharapkan, paling tidak 40 penerbang setiap angkatan sekolah penerbang dengan masukan dari sekolah penerbang PSDP dan AAU serta lulusan sekolah penerbang dari negara sahabat di luar negeri seperti Amerika.

Sementara itu, pada upacara Peringatan ke-67 Hari Bakti TNI AU, KSAU mengatakan perjuangan serta pengorbanan yang telah diberikan adalah bukti nyata dari pengabdian yang tulus dari putra terbaik TNI Angkatan Udara kepada negara dan bangsa.

“Gugurnya tiga pahlawan mewariskan nilai semangat juang bagi TNI Angkatan udara untuk selalu berbuat yang terbaik bagi rakyat dan bangsa Indonesia,” katanya.

Ketiga pahlawan tersebut gugur dalam tragedi pasawat Dakota VT-CLA yang membawa obat-obatan bantuan dari Palang Merah Malaya untuk misi kemanuasian ditembak oleh pesawat pemburu P-40 Kitty Hawk Belanda dan jatuh di Desa Ngoto 3 km Selatan Yogjakarta. Dalam kejadian tersebut TNI Angkatan Udara kehilangan putra terbaiknya yaitu Komodor Muda Udara Agustinus Adi Sutjipto, Komodor Muda Udara Prof. Dr. Abdurachman Saleh dan Opsir Muda Udara Adi Soemarmo.

Peristiwa tersebut terjadi setalah dipagi buta tiga pesawat TNI AU, terdiri dari satu pesawat Guntai dan dua pesawat Cureng menyerang kedudukan tangsi-tangsi Belanda di kota Semarang, Salatiga dan Ambarawa.



Sumber : Jurnas

Nasib Teropong Bidik Senapan Malam Buatan Dalam Negeri


JKGR-(IDB) : Kesiapan tempur satuan dijajaran TNI AD khususnya batalyon Infanteri dipengaruhi oleh kesiapan alut sista dan fasilitas pendukung yang dibekalkan serta profesionalisme prajurit yang dimilikinya, oleh sebab itu kemampuan alut sista dan fasilitas pendukung yang digunakan harus benar-benar diyakini kemampuannya, kehandalan dan kemudahan operasional oleh prajurit yang menggunakannya.


Rencana kebutuhan Teropong Bidik Senapan Malam (TBSM) Satuan TNI AD yang dituangkan dalam program Minimum Essential Force (MEF)  tahun 2010 s/d 2029 sebanyak 15.773 unit, untuk mengisi satuan pembangunan baru dan validasi Batalyon infanteri menjadi Batalyon mekanis. Jajaran satuan TNI AD sebagai pengguna teropong Bidik senapan malam  terdiri dari: 13 Yon Raider, 19 Yon diperkuat, 9 Yon Linud Kostrad, 9 Yon Kostrad, 1 Yon Mekanis, 1 Yon Roi 2000 dan 45 Yon Roi 2009. Untuk dapat memenuhi teropong bidik senapan malam sesuai MEF tersebut  tentu membutuhkan anggaran yang besar, oleh karena harga yang sangat mahal dan selama ini pengadaannya berasal dari produk luar negeri yang harganya minimal 8 – 9 kali  harga senapan SS2-V1.


Sementara Teropong Bidik Senapan Malam (TBSM) yang saat ini berada dijajaran satuan TNI AD baru berjumlah  973  unit (Tahun 2012),  sehingga masih kurang 14800 unit. Namun Teropng Bidik Senapan Malam (TBSM) yang ada saat ini  dijajaran satuan TNI AD belum 100%,   baru berjumlah 973 unit atau 6.2%, inipun kondisinya masih belum standar masih sangat variatif baik jenis, teknologi, maupun spesifikasinya, serta masih tidak bersifat interchangeability antara senjata satu dengan senjata lainnya. 

Dengan demikian,untuk memenuhi  tuntutan pengguna dilapangan, tentunyaTeropong Bidik Senapan Malam (TBSM) harus dapat memenuhi kriteria spesifikasi teknis yang diinginkan oleh pengguna, yang disesuaikan juga dengan jenis senjata yang dimiliki oleh satuan TNI AD (Produk PT.Pindad).

Namun teropong bidik senapan malam yang ada saat ini belum memenuhi kebutuhan  ditinjau dari aspek taktis dan teknis sesuai tuntutan dan kebutuhan prajurit dilapangan. Tuntutan dan kebutuhan tentunya harus disesuaikan dengan senapan serbu standar yang dimiliki TNI AD.



TBSM 2Instrumentasi optik dalam hal ini TBSM (night vision riflescope) merupakan instrumen yang memungkinkan pemakainya melihat dalam keadaan gelap di malam hari, di dalam hutan, dengan hanya diterangi temaramnya cahaya bintang di langit. Instrumen semacam ini akan sangat diperlukan pada keadaan dimana daya lampu dan cahaya tidak dimungkinkan, atau tidak diizinkan. 

Misalnya untuk keperluan militer, dalam melaksanakan operasi malam hari, adanya cahaya harus dihilangkan sedapat mungkin, untuk tidak membahayakan keselamatan sendiri. Secercah cahaya yang sesuram apapun, harus dimanfaatkan untuk mengendarai kendaraan-kendaraan militer, untuk membidik dan menembak atau bahkan untuk melihat keadaan di tempat yang jauh.


Tidaklah mengherankan bahwa instrumen yang sangat penting ini bagi keperluan militer, mendapatkan perhatian khusus di negara-negara maju, misalnya angkatan bersenjata Amerika Serikat telah menggunakan biaya yang sangat besar untuk memenuhi alat-alat night vision ini. Jenis-jenis instrument ini sampai sekarang masih merupakan produk-produk teknologi tinggi dalam peralatan-peralatan militer.


Instrumen-instrumen ini tentu saja sangat mahal, tapi walau bagaimanapun, alat instrument ini merupakan suatu peralatan yang tak boleh ketinggalan, dilain pihak kemampuan dan ketersediaan di dalam negeri memungkinkan perancangan dan pembuatan instrument-instrumen seperti ini. Dari permasalahan di atas maka sejak 2012 Balitbang Kemhan melaksanakan rancang bangun teropong bidik senapan malam agar dapat diproduksi di dalam negeri. Untuk itu diperlukan sinergitas stake holder termauk KKIP dalam mendukung dan mengawasi kemandirian alutsista dalam negeri sehingga tidak mendatangkan dari luar negeri.


TBSMPada tahun 2011 melalui program PKPP Kemenristek dilakukan rancang bangun TBSM oleh Balitbang Kemhan dan dibantu tenaga ahli dari PT. Pindad dan salah satu Intitut di Bandung. Dilakukanlah beberapa studi agar bisa menguasai teknologi seperti Manufaktur, Lensa, Image Intenfier, dan Elektronik). Setelah melakukan studi dan penelitian, hingga kini sudah tidak ada kabar lagi terkait pengembangan tersebut. Semoga dana penelitian tersebut tidak dijadikan ajang memperkaya kantong pribadi. 


Berbeda dengan Balitbang Kemhan, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) sudah sejak 2010 membuat TBSM yang dibuat oleh para ahlinya di Pusat Penelitian Kalibrasi, Instrumentasi, dan Metrologi (Puslit KIM) LIPI. Menurut Ahmad Harimawan, Peneliti Instrumentasi di Puslit KIM LIPI, TBSM ini dirancang khusus untuk membidik/menembak tepat dan pengamatan pada malam hari. TBSM ini terdiri dari rumah utama (housing) yang didalamnya terpasang unit lensa objektif, Image Intensifier generasi 2 yang digabungkan dengan sumber tegangan, dan unit Ocular. Alat ini memiliki kemampuan untuk melihat obyek yang berada pada sumber cahaya yang sangat minim sekalipun, pemakai dapat melihat dan mengamati sasaran tanpa menggunakan bantuan cahaya buatan sehingga tidak mudah terdeteksi oleh musuh.


TBSM ini terutama dirancang untuk digunakan pada senapan infantri TNI seperti type SS1 yang sudah diproduksi 120 unit untuk digunakan di Papua pada thn 2004 dengan senapan mesin dan adaptor yang sesuai. Kalau untuk kalangan Sipil digunakan untuk survey dan penelitian pada waktu malam hari. TBSM sudah teruji kehebatannya. Kemampuan jarak pandang tergantung cuaca alam sekitar. Mis. Kalau ada binatang, bisa dideteksi hingga 300 meter.


LIPI juga sudah membuat Teropong Bidik Siang, dan saat ini sedang mengembangkan teropong bidik generasi keempat yang sudah dibuat para ahli di Puslit KIM LIPI. Generasi pertama dari Teropong Bidik Malam ini, sudah terbukti ketangguhannya ketika TNI berperang melawan Fretlin di Timor-Timur. Yang membanggakan, lensa optik yang digunakan pada TBSM ini benar-benar dibuat sendiri oleh para ahli LIPI. “Kualitasnya pun sudah sejajar dengan alat yang diimpor dari luar negeri, diantaranya: -Tahan udara lembab dan kedap air (standard spesifikasi militer), -Tahan terhadap getaran tembakan 500 butir peluru (perubahan kedudukan fisir/titik bidik maksimum 1 klik). TBMS juga dapat digunakan dengan dipegang langsung atau dengan tripod. Dan yang terpenting lagi, dari aspek kemampuan SDM, kita kuat”, tegas Harimawan.


Namun menurut Harimawan, TBSM masih mempunyai kelemahan, yaitu tidak mampu menembus kabut Hal ini akan terus dicari solusinya oleh para ahli LIPI. Kendala lain yang ditemui para ahli kita di LIPI selama mengembangkan TBSM ini, diantaranya kenadala teknis dan juga sosialisasi dari pengembangan industri TBSM. Untuk produksinya masih mengalami hambatan kekurangan dana, dan untuk sosialisasinya harus mengikuti prosedur/ birokrasi.

Akan ada banyak teknologi yang akan dikembangkan dalam pembuatan TBSM ini nantinya. Tentu saja, para ahli di LIPI menginginkan perkembangan ini akan menambah daya guna bagi TBSM. Akhirnya, Harimawan, mewakili para ahli di LIPI mengharapkan support dari pemerintah. Diharapkan pemerintah membentuk industri teknis untuk mensupport hasil/produk peneliti, khususnya produk Hankam. Misalnya dengan membuat Industri Strategis. Diharapkan juga Kementerian Ristek dapat mendiseminasikan iptek kepada instansi terkait untuk dapat dikembangkan lebih lanjut, supaya tidak sia-sia. Setelah bertahun-tahun, gimana dengan perkembangannya sekarang??




Sumber : JKGR

Penghargaan Prestasi Untuk JAT TNI AU

YOGYAKARTA-(IDB) : Penampilan Jupiter Aerobatic Team (JAT) yang selalu memukau dalam setiap penampilannya baik di dalam negeri maupun luar negeri mendapat apresiasi tersendiri dari Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal TNI Ida Bagus Putu Dunia bertepatan dengan Upacara Peringatan Hari Bhakti TNI AU ke 67 di Lapangan Dirgantara, Akademi Angkatan Udara (AAU), Yogyakarta, Kamis (7/8).

Berdasarkan PP/5/IV/2014, KSAU memberikan penghargaan khusus dan pertama kalinya kepada JAT. Penghargaan ini diberikan karena JAT selalu mengharumkan nama TNI AU di kancah nasional maupun Internasional.

JAT telah menharumkan nama TNI AU dan selamat berturut-turut dalam event Centennial pf RTAF Founding Father Aviation 2012 di Thailand, Langkawi International Mariteme And Aerospace Exhibition 2013 di Malaysia, Brunei Darussalam internatioanal Defence Exhibition (Bridex) 2013, dan Singapore Airshow 2014. Sedang didalam negeri, JAT juga telah unjuk kebolehan di Pembukaan Asian Fair 2011 di Bali, HUT TNI 5 Oktober 2013 di Jakarta, dan Pembukaan Jogja Air Show 2014 yang lalu.

Pemberian penghargaan ini diterima langsung oleh Flight Leader JAT sekaligus Komandan Skadron 102 Lanud Adisutjipto, Letkol Pnb Fery “Mirage” Yunaldi.

Diiringi genderang drumband dari taruna AAU, Letkol Pnb Fery Yunaldi menerima penghargaan dan kenang-kenangan dari KSAU. Awak JAT terdiri dari Mayor Pnb Fery “Mirage” Yunaldi, Mayor Pnb Sri Raharjo, Mayor Pnb HS Romas, Mayor Pnb Ari Susiono, Kapten Pnb Made Yogi, dan Kapten Pnb Idham.

Sejak berdiri tahun 2001 dan kemudian tepat tanggal 21 Mei 2008 mengunakan pesawat generasi baru, pilot JAT sudah dengan personel yang baru hasil regenesi dari JAT yang tampil terakhir saat Langkawi Aerospace.

Atraksi yang jadi ciri khas JAT antara lain, Jupiter Roll, Arrow Head Loop, Loop and Break Off, Twin Half Cuban-Jupiter Wheel, Tango to Diamond Loop, Mirror, Heart, Screw Roll, Roll Slide, Solo Spin, Five Card Loop, Jupiter Roll Back, serta diakhiri Loop and Bomburst.

Usai menerima penghargaan, Flight Leader Letkol Pnb Fery Yunaldi berharap JAT akan tumbuh menjadi melegenda dan tetap berada di hati rakyat Indonesia dan dunia umumnya. Fery juga mengatakan bahwa team aerobatik merupakan salah satu wujud profesionalisme TNI AU dalam pertanggung jawabannya kepada bangsa dan negara.



Sumber : Jurnas

Jet T50 Disiapkan Untuk Lanud Adisutjipto

SOLO-(IDB) : Pesawat jet tempur latih lanjut serang ringan T50 Golden Eagle direncanakan bakal menempati hanggar Lanud Adisutjipto Jogja. Pesawat yang baru dibeli TNI AU itu akan dipergunakan oleh The Jupiters Aerobatic Team (JAT).

Kepala Staf TNI Angkatan udara (KSAU) Marsekal TNI Ida Bagus Putu Dunia mengatakan TNI AU melalui anggaran negara saat ini tengah membeli 24 unit pesawat T-50.

Pesawat buatan Korea Selatan itu akan didatangkan secara bertahap dengan proses perangkaiannya di Indonesia. Menurut rencana, pesawat latih tempur itu akan diperuntukkan bagi tim JAT.

“Memang sesuai rencana T-50 akan menggantikan KT-01 Wong Bee yang saat ini digunakan JAT. Tapi untuk waktunya kami belum menentukan kapan [akan dibawa ke Lanud Adisutjipto],” ungkapnya kepada wartawan seusai upacara hari bakti TNI AU ke-67 di Akademi Angkatan Udara (AAU), Kamis (7/8/2014).

KSAU menambahkan pembelian pesawat T50 akan diterima TNI sebanyak 24 unit. Kendati demikian saat ini baru tiga unit pesawat yang diperkenalkan sejak 2005 itu tiba di Indonesia.

“Nanti sebelum Oktober 2014, djadwalkan akan tiba tiga pesawat lagi. Karena akan digunakan untuk memeriahkan HUT TNI. Setiap tahun direncanakan ada enam pesawat yang datang hingga total sampai 24 [pesawat],” urainya.

Sementara itu, Leader The Jupiters Aerobatic Team (JAT), Mayor Feri Yunaldi menambahkan adanya sejumlah penghargaan seperti piagam dan undangan internasional dapat menambah semangat bagi timnya.

Pihaknya tengah menyiapkan event internasional “Langkawi International Maritime and Aerospace Exhibition” di Malaysia tahun depan. Serta persiapan dalam memeriahkan HUT TNI pada Oktober 2014 mendatang.

“Semoga prestasi tingkat internasional dapat ditambah lagi. Saat ini kami sedang persiapan untuk undangan di Malaysia tahun depan,” ungkapnya.

Dalam sambutannya, KSAU meminta kepada seluruh personel di AAU untuk meniru semangat dan daya juang tiga putra terbaik Indonesia. Yakni Komodor Muda Abdul Rachman Saleh, Komodor Udara Agustinus Adisutjipto dan Opsir Muda Udara Adi Soemarmo.

Ketiganya gugur akibat pesawat Dakota VT-CLA yang ditumpanginya ditembak Belanda. “Ini harus diteladani oleh seluruh prajurit TNI AU,” tegasnya.



Sumber : Solopos

Sengketa Mercusuar Tanjung Datu

TD-(IDB) : Militer Malaysia nekat membangun tiang pancang untuk Mercusuar di perairan Tanjung Datu, Kalimantan Barat. Pembangunan tiang pancang ini sempat menimbulkan ketegangan.

Jumat (8/8/2014), detikcom yang ikut bersama rombongan Panglima TNI, Jenderal Moeldoko meninjau kondisi di Tanjung Datu. Tanjung Datu berada di Kecamatan Paloh, Kabupaten Sambas, Kalbar. Perlu waktu 12 jam perjalanan darat dari Pontianak, sedangkan jika menggunakan helicopter, diperlukan waktu tempuh sekitar 2 jam.

Letak Tanjung Datu memang berbatasan langsung dengan Malaysia. Namun faktanya, Tanjung Datu sepenuhnya wilayah milik Indonesia.

Berdasarkan pantauan, lokasi tiang pancang yang telah dibangun Malaysia berada kurang 1 Km dari bibir pantai Tanjung Datu. Jika dilihat dari udara, tiang-tiang pancang itu memang kini tak terlihat begitu jelas.

Dari atas laut, tiang pancang yang akan dijadikan mercusuar oleh militer Malaysia itu terlihat seperti tumpukan batu.

Kapal-kapal milik TNI juga terlihat terus berpatroli di sekitar tiang pancang itu. Saat ini sudah tidak ada lagi kegiatan pembangunan mercusuar di tempat tersebut.

Jenderal Moeldoko mengatakan, tiang pancang itu dibangun di landas kontinental milik Indonesia. Artinya, daratan yang digunakan untuk membangun adalah milik Indonesia.

"Namun kalau perairannya memang masih abu-abu, karena masalah laut ini sangat rumit. Tapi kalau tanahnya itu milik kita," jelas Moeldoko di Tanjung Datu.


Kalau Malaysia Ngeyel, Saya Bongkar Tiang Pancang Mercusuar 

Panglima TNI, Jenderal Moeldoko geram usai meninjau tiang pancang yang dibangun militer Malaysia untuk mercusuar di Tanjung Datu, Kalimantan Barat. Moeldoko memastikan akan membongkar tiang pancang itu jika pihak Malaysia masih terus sulit diajak berunding.

"Kalau Malaysia masih ngeyel, diajak bicara masih alot, saya bongkar itu tiang pancangnya," kata Jenderal Moeldoko saat meninjau pembangunan tiang pancang mercusuar oleh Malaysia di Tanjung Datu, Kalbar, Jumat (8/8/2014).

Moeldoko menjelaskan saat ini sudah dua kali pemerintah dan Malaysia berunding terkait pembangunan tiang pancang itu. Namun perundingan masih berjalan alot dan tidak menemui kata sepakat.

"Kita akan satu kali berunding lagi dalam waktu dekat, tapi saya nggak mau lama-lama. Terlalu lama, saya bongkar ini," tegas Moeldoko.

Panglima TNI menjelaskan,‎ tiang pancang itu dibangun di landas kontinental milik Indonesia. Artinya, daratan yang digunakan untuk membangun adalah milik Indonesia.

"Namun kalau perairannya memang masih abu-abu, karena masalah laut ini sangat rumit. Tapi kalau tanahnya itu milik kita," jelas Moeldoko. 


TNI Akan Bangun Pangkalan Militer Di Perbatasan Indonesia Malaysia  

Panglima TNI, Jenderal Moeldoko tak mau kecolongan lagi setelah Malaysia membangun tiang pancang untuk mercusuar di Tanjung Datu, Kalbar. Moeldoko akan membangun pangkalan militer khusus perbatasan RI-Malaysia di Kalimantan.

"Pangkalan Militer akan saya bangun, 2015 mulainya," kata Moeldoko saat meninjau pembangunan tiang pancang untuk mercusuar oleh militer Malaysia di Tanjung Datu, Kalbar, Jumat (8/8/2014).

Pangkalan militer yang akan dibangun Moeldoko memiliki fasilitas yang cukup bagus. Di antaranya dermaga untuk kapal perang dan landasan udara untuk pesawat tempur.

"Landasan udara akan kita bangun sepanjang 2,5 kilometer, biar pesawat-pesawat baru kita bisa landing. Dermaga juga akan kita buat untuk sandar kapal," jelas Moeldoko.

Selain itu, Panglima TNI juga akan melengkapi pangkalan militer perbatasan itu dengan alat utama sistem senjata (alutsista) tercanggih. Seperti diketahui, Indonesia saat ini tengah belanja alutsista secara besar-besaran.

"Nanti alutsista pasti kita sediakan di sini," tegasnya.




Sumber : Detik

Ujicoba Alutsista Yonarmed 76/Tarik Dan Yonkav 5/Serbu

MARTAPURA-(IDB) : Kasdam II/Swj Brigjen TNI Toto S Moerasad S.IP, M.M, didampingi Danpuslatpur Kolonel Inf Ganip, Danrindam II/Swj Kolonel Inf Joko Purwo Putranto dan Kapaldam II/Swj Kolonel Cpl Mohamad Firman, beserta sejumlah pejabat Kodam II/Swj, Rabu (06/08/2014), meninjau secara langsung kegiatan latihan menembak senjata berat (Latbakjatrat) yang dilaksanakan oleh Yon Armed 15/76/Tarik – Martapura, Oku dan Yonkav 5/Serbu.

Alutsista yang diujicobakan dalam latihan menembak di daerah latihan Militer OMIBA Martapura tersebut meliputi Meriam Gunung kaliber 76,20 MM buatan Yugoslavia, Kanon 75 mm AMX-13 buatan Prancis, Kanon Kal 76 mm Saladin buatan Inggris, GPMG MAG 58 buatan Belgia dan CIS 40 AGL buatan Singapore.

Sedangkan Alutsista Yonkav 5/Serbu yang diujicobakan meliputi kendaran lapis baja Panser Kanon 6 X, Saladin MK II Standart, Panser Anoa, Tank AMX-13 105 mm, Panser APS, Tank AMX-13 APC dan Panser APS.

Dalam peninjauan tersebut Kasdam menyampaikan bahwa kegiatan latihan ini merupakan bagian dari Program kerja Kodam II/Swj TA. 2014 untuk memelihara dan meningkatkan kualitas profesionalisme prajurit.

Untuk itu, Kasdam menekankan kepada seluruh pelatih dan prajurit yang sedang melakukan latihan menembak senjata berat agar benar-benar memperhatikan faktor keamanan dan keselamatan serta melakukan latihan dengan sungguh-sungguh sesuai prosedur tetap.

Dikatakan bahwa latihan merupakan kebutuhan hakiki prajurit profesional.

Prajurit yang dilatih dan terlatihlah, yang mampu melaksanakan tugasnya dengan maksimal, ujarnya.

Demikian juga keberadaan Alutsista yang canggih dan modern harus diawaki oleh prajurit yang profesional. Oleh sebab itu, Kasdam berpesan agar prajurit jangan pernah bosan dan malas untuk berlatih.

Berlatih inilah yang akan mengantarkan prajurit menjadi professional dan berhasil dalam setiap tugas. Ketika melakukan peninjauan latihan, Kasdam II/Swj berkesempatan melakukan uji coba tembakan meriam 76,20 mm dan melakukan tembakan dari kendaraan taktis Panser jenis Saladin Kanon kaliber 76 mm dengan berhasil.

Dalam kunjungan tersebut, Kasdam II/Swj juga berkesempatan melakukan peninjauan terhadap pembangunan barak dan rumah ban yang ada di Dodiklatpur Rindam II/Swj – Baturaja.




Sumber : TNI AD

Jurnalis Perancis Ditangkap Di Papua

Salahi Izin, Jurnalis Prancis Ditangkap Di Papua 

Pemakaman Prajurit TNI yang gugur di Papua
PAPUA-(IDB) : Jurnalis asing asal Prancis bernama Thomas Charles Tendeis, 40 tahun, ditangkap aparat Kepolisian Resor Jayawijaya di Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Papua, pada Kamis, 7 Agustus 2014, pukul 09.30 WIT. Ia diduga meliput kelompok kriminal bersenjata (KKB) pimpinan Puron Wenda dan Enden Wanimbo yang selama ini disangka sebagai penembak di wilayah pegunungan tengah Papua.

“Thomas ditangkap di Hotel Mas Budi, Wamena, Kabupaten Jayawijaya, bersama tiga anak buah Puron Wenda dan Enden Wanimbo, yang berinisial JW, 24 tahun, LK (17), dan DD (27). Mereka ini berasal dari Kabupaten Lanny Jaya,” kata Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Kepolisian Daerah Papua Komisaris Besar Sulistyo Pudjo Hartono kepada wartawan di Kota Jayapura, Papua, Kamis, 7 Agustus 2014.

Kepolisian di Papua menduga KKB merupakan salah satu kelompok yang selama ini melakukan aksi penembakan senjata api dan sejumlah kekerasan kepada warga sipil maupun anggota Polri-TNI di wilayah Kabupaten Puncak Jaya dan Lanny Jaya dalam dua pekan terakhir ini.

Menurut Pudjo, dalam penyelidikan polisi, Tendeis telah menyalahi izin visa seperti yang tertulis dalam paspornya. “Dalam visa Thomas, dia berkunjung ke Wamena sebagai turis. Tapi, kenyataannya, dia meliput di Wamena. Jelas dia melakukan peliputan ilegal,” katanya memberi alasan.

Dari data yang didapat, Kepolisian masih menyelidiki keberadaan jurnalis Prancis ini di Wamena, apakah sebagai jurnalis atau orang yang bekerja di lembaga swadaya masyarakat (LSM) asing. ”Hingga saat ini, baik jurnalis maupun LSM asing masih dilarang pemerintah pusat untuk melakukan peliputan ataupun penelitian di Papua,” kata Pudjo. Ia mengaku khawatir kegiatan itu direkayasa untuk membuat rusuh.

Menurut Pudjo, Tendeis dan tiga orang yang diduga anak buah KKB ini akan dibawa ke Kota Jayapura besok pagi untuk penyelidikan lebih lanjut. “Kami juga masih mendalami undang-undang apa yang akan disangkakan kepada mereka,” ucapnya. 

AJI Harap Kepolisian Tidak Terlalu Represif

Ketua Aliansi Jurnalis Independen Eko Maryadi menyayangkan penangkapan wartawan Prancis, Thomas Charles Tendeis, di Wamena, Papua, pada Kamis, 7 Agustus 2014. Dia mengimbau kepolisian untuk tidak terlalu menekan wartawan asing yang sedang meliput di Bumi Cenderawasih itu.

"Semakin pemerintah bersifat represif, keinginan masyarakat internasional semakin besar untuk masuk ke Papua," kata Eko ketika dihubungi, Kamis, 7 Agustus 2014. Menurut dia, alasan penangkapan Tendeis karena menggunakan visa turis juga belum pasti.

Tendeis ditangkap Kepolisian Resor Jayawijaya di Hotel Masbudi, Wamena, Papua, bersama tiga anak buah Puron Wenda. Ia diduga sedang meliput kelompok kriminal bersenjata pimpinan Puron Wenda dan Enden Wanimbo, pelaku penembakan di wilayah pegunungan tengah Papua.

Meski nantinya Tendeis terbukti menggunakan visa turis, Eko menyarankan kepolisian agar memberitahu jurnalis itu secara baik-baik. "Tak perlu dilanjutkan kasusnya," ujarnya. Namun, apabila Tendeis menggunakan visa jurnalis, kata dia, AJI menentang tindakan Polri lantaran melanggar asas keterbukaan media.

Menurut Eko, penangkapan wartawan asing di Papua bukan hal baru. Setahun lalu, ada beberapa wartawan dari Kanada, Belanda, dan Australia yang dikembalikan ke negara asal mereka karena alasan keamanan. "Ini situasi di Papua yang sudah lama menjadi keprihatinan AJI," katanya.

Dia berharap presiden yang baru nanti lebih terbuka terhadap dunia luar. "Lebih transparan dan akomodatif dengan wartawan asing yang ingin meliput di sana," ujar Eko. 

Mabes Polri Selidiki Identitas Jurnalis Prancis 

Kepala Biro Penerangan Masyarakat Mabes Polri Boy Rafli Amar mengatakan masih akan memeriksa identitas jurnalis asing asal Prancis, Thomas Charles Tendeis, yang ditangkap aparat Kepolisian Resor Jayawijaya di Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Papua, pada Kamis, 7 Agustus 2014.

"Kepolisian bekerja sama dengan pihak Imigrasi untuk memeriksa identitas orang itu," kata Boy, saat dihubungi, Jumat, 8 Agustus 2014. "Karena harus jelas identitas dia dari mana."

Boy mengatakan institusinya akan menelusuri bagaimana dan dengan cara apa pria yang mengaku jurnalis itu masuk ke Indonesia serta untuk media mana dia bekerja. "Karena semua administrasinya harus clear dan dipatuhi," ujar Boy. "Apalagi dia orang asing yang masuk ke Papua."

Boy mengatakan dari penyelidikan awal, Thomas memang menyalahi izin visa seperti tertulis di paspornya. Dalam visa Thomas, dia berkunjung ke Wamena sebagai turis. "Nah, dari situ saja jelas dia sudah menyalahi. Kalau memang turis ya jadi turis, jangan untuk bekerja," ujar Boy. "Tapi selebihnya masih akan kami dalami."

Jika memang tidak ada yang disalahi dari identitasnya, kata Boy, dan dipastikan pria itu adalah benar jurnalis asing asal Prancis, maka Kepolisian akan segera membebaskannya.

Sebelumnya, jurnalis asing asal Prancis bernama Thomas Charles Tendeis, 40 tahun, ditangkap aparat Kepolisian Resor Jayawijaya di Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Papua, pada Kamis, 7 Agustus 2014, pukul 09.30 WIT. Ia diduga meliput kelompok kriminal bersenjata (KKB) pimpinan Puron Wenda dan Enden Wanimbo yang selama ini disangka sebagai penembak di wilayah pegunungan tengah Papua.

Menurut Kepolisian setempat, penangkapan Thomas karena dianggap menyalahi izin. Dalam visanya, Thomas hanya mendapat izin sebagai turis.



Sumber : Tempo