Pages

Senin, Juni 03, 2013

Smart Eagle II, UAV Indonesia Yang Terabaikan

Pemanfaatan UAV di Indonesia pertama kali dirasakan manfaatnya saat melacak keberadaan sandera di pedalaman hutan Papua. saat itu operasi militer satuan khusus TNI AD, Kopassus, ditugasi melakukan operasi penyelamatan para peneliti Ekspedisi Lorentz'95 yang disandera Organisasi Papua Merdeka (OPM).

DEPOK-(IDB) : Hingga kini perkembangan pesawat tanpa awak (Unmanned Aerial Vehicle/UAV) di Indonesia masih jauh dari yang yang di harapkan. Meskipun telah banyak prototipe yang di hasilkan oleh instansi pemerintah (BUMN) dan swasta, namun belum ada satupun yang berhasil di komersialisasi.
 

Pemanfaatan UAV di Indonesia pertama kali dirasakan manfaatnya saat melacak keberadaan sandera di pedalaman hutan Papua. saat itu operasi militer satuan khusus TNI AD, Kopassus, ditugasi melakukan operasi penyelamatan para peneliti Ekspedisi Lorentz'95 yang disandera Organisasi Papua Merdeka (OPM).

 

Karena luasnya medan operasi di hutan Mapenduma, Jayawijaya, Kopassus meminta bantuan pesawat pengintai (UAV) dari negara lain, untuk mendeteksi keberadaan OPM. Pengintaian dilakukan untuk mengatur strategi penggelaran operasi militer.

 

Keberhasilan penggunaan UAV ini adalah awal bangkitnya pengenalan pesawat intai portabel di TNI untuk dapat mengatur strategi pasukan di lapangan. Dan menjadi awal pemikiran akan teknologi pesawat intai portabel yang bisa digunakan untuk operasi militer. 

 

Smart Eagle II (SE II) adalah prototype pertama UAV / pesawat tanpa awak yang dibuat oleh PT. Aviator Teknologi Indonesia guna kepentingan intelegen Indonesia. SE II menggunakan mesin 2 tak berdiameter 150cc, mampu terbang hingga 6 Jam. Dilengkapi dengan colour TV Camera. Mampu beroperasi di malam hari dengan menggunakan Therman Imaging (TIS) kamera untuk penginderaannya.

 

Uji coba terbang pernah dilakukan di salah satu tempat di pantai selatan Jawa Barat, dan berhasil cukup baik. Kemudian dilanjutkan uji kemampuan manuver, low speed performance, low altitude capability, dan recovery dari posko pengendali. Hingga ujicoba sistem kendali berupa monitoring dan data link (telemetry video). Lalu dilanjutkan ujicoba tahap kendali dan pengamatan di luar jangkauan (beyond visual range).

 

Melihat kerugian yang diakibatkan illegal logging, eksploitasi alam, trafficking, pencurian ikan dan lainnya yang berpotensi kerugian sebesar 90 trilyun rupiah tiap tahun, maka jumlah US $ 6 juta untuk pengadaan 6 unit Searcher Mk II atau beberapa milyar untuk pengembangan UAV Nasional jelas tidak sebanding.
Sumber : PelitaOnline

7 komentar:

  1. Artikel diatas sdh basi dan kurang lengkap informasinya. Bah !!!!!

    BalasHapus
  2. UAV bermesin diesel hasil pengembangan seorang profesor indonesia yg di katakan boler beneran tah?

    BalasHapus
  3. Yo bener cak, mosok mbujuki sampean, cak!!! Masalahe untuk tahap lanjut g duwe ojir ho! Arek Suroboyo nek iyo yo iyo nek nggak yo nggak, gitu tak iye!!!
    UAV wis dilengkapi software autonomus cak.!!! Areke saiki nyambut neng Jerman nggok perusahaan Dornier, lha sing pinter sofware lulusan AS, arek wedok cak sing liyane lulusan P'cis teko kota Brest sing nggawe sofware kanggo nglengkapi Amoscos MPA CN - 235.
    Boleroes11 kebagian ngramesi cak.!!!!!
    Nek koen g percoyo yo gpp. Boleroes11 g butuh kepercayaanmu cak!!!!

    BalasHapus
  4. Omong kosong mau pesawat tanpa awak buatan anak bangsalah anak monyetlah tetap aja gak bermutu sampah by: adrian kalibata city herbras 02/CU

    BalasHapus
  5. Matur suwun penjelasan ne boler tapi maksudnya sy hanya butuh penjelasan dari orang selain boler sebab yg sy tanya adalah omongan boler yg memang tak sy percaya dan sukurnya boler tak butuh kepercayaan dr orang yg penting boler ngomong!!!

    BalasHapus
  6. NKRI terjajah ekonomi, sosial, budaya dan pariwisata dengan produk dan jasa luar negeri yang terasa manis ditambah bonus yg menggiurkan. Padahal kita mempunyai produk dan jasa dalam negeri yang terasa manis, estetik serta berbudaya lokal-nasional sesuai dengan kehidupan sosial, ditambah murah dan mudah didapatkan karena swasembada bahan dan produksi sendiri. Cinta, bangga karya anak bangsa yg bisa mengangkat harkat dan martabat bangsa dan negara.
    NKRI adalah negara besar kaya akan sumber daya alam yang berlimpah ruah dan merupakan jantung dunia. Tanah subur dengan hasil pertanian, perkebunan dan hutan, kaya air dengan hasil laut dan sungai, kaya flora dan fauna, kaya bumi dengan pertambangan yang sesuka kalian untuk mengeksplorasi tanpa mengingat masa depan serta anak cucu kalian.
    NKRI adalah negara berintelektual dan beragama; memiliki banyak ilmuan pintar dan cerdas, sejarawan, ulama, pendeta, sangha, brahmana dan jiao sheng. Namun hanya jalan ditempat tetap menjadi negara berkembang tak maju-maju,...karena kemunapikan para peminpin nya sendiri.

    BalasHapus