Pages

Rabu, Oktober 03, 2012

Kapal Selam TNI AL Ujicoba Rudal

JAKARTA-(IDB) : Latihan puncak TNI AL tahun 2012  yang dikenal dengan Latihan Armada Jaya XXXI/2012 pada pertengahan bulan Oktober ini akan digelar  manuver lapangan dengan mengerahkan lebih dari 30 kapal perang berbagai jenis yang menjadi kekuatan TNI AL dan sekaligus  akan dilaksanakan uji coba penembakan senjata  strategis  di perairan Indonesia bagian Timur. 

Geladi posko yang digelar dengan tema “Melalui Latihan Armada Jaya XXXI/2012 TNI Angkatan Laut menggelar Operasi Laut Gabungan, Operasi Amphibi dan Operasi Pendaratan Administrasi di Wilayah Timur Indonesia Dalam Rangka Menjaga Kedaulatan Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia”. telah dilaksanakan  sampai pekan lalu  dan telah menghasilkan dokumen perencanaan latihan Armada Jaya XXXI/2012.

Latihan Armada Jaya XXXI/2012 kali ini akan dilaksanakan ujicoba penembakan senjata strategis yang dimiliki TNI Angkatan Laut seperti rudal Yakhont, rudal Exocet MM 40, rudal C-802 serta penembakan Torpedo SUT (Surface and Underwater Target) dari Kapal Selam dan Kapal Atas Air dengan sasaran Kapal Permukaan.

Lintas laut dalam latihan  akan dilaksanakan mulai dari Laut Jawa hingga puncaknya operasi amfibi berupa pendaratan Pasukan Pendarat Marinir di Sangatta, Kalimantan Timur , melibatkan seluruh kesenjataan TNI AL yang tergabung dalam SSAT yaitu kapal perang, pesawat udara, Marinir dan Pangkalan.

Kegiatan latihan tersebut diawali dengan pembukaan latihan Posko (Latposko ) oleh Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal ) Laksamana TNI  Suparno yang diwakili Wakil Kepala Staf Angatan Laut (Wakasal ) Laksamana Madya TNI Marsetio ,M.M di gedung Yos Sudarso Seskoal Cipulir, pekan lalu dihadiri oleh para pelaku ,wasdal dan penilai yang tergabung dalam gelada posko latihan Armada Jaya XXXI/2012.


Dalam latihan Armada Jaya XXXI/2012 diawali dengan  geladi posko dengan para pejabat sebagai pelaku dijabat Komandan Seskoal Laksda TNI Arief Rudianto, S.E bertindak sebagai Direktur Latihan (Dirlat), Pangarmabar Laksda TNI Sadiman, S.E., bertindak sebagai Panglima Komando Tugas Gabungan Amfibi (Pangkogasgabfib) , Pangkolinlamil Laksda TNI S.M. Darojatim sebagai Panglima Komando Tugas Pendaratan Administrasi (Pangkogasratmin), Komandan Guspurlaarmabar   Laksma Tri Wahyudi Sukarno, S.E,  sebagai Panglima Komando Tugas Gabungan Laut ( Pangkogasgabla) dan Komandan Pasmar I  Kolonel Marinir R Gatot Suprapto sebagai Komandan pasukan pendarat  dan Komandan lantamal VI  Brigadir Jenderal TNI Marinir M. Suwandi Thahir sebagai Panglima Komando tugas pertahanan pantai (Pangkogashantai)

Geladi Posko yang dilaksanakan di gedung Olah Yudha   Sekolah Staf dan Komando Angkatan Laut  ( Seskoal ) tersebut melaksanakan kegiatan pengambilan keputusan ( Biltus ) 14 langkah   diantaranya mulai dari tahap perencanaan , paparan konsep umum operasi sampai dengan pengujian rencana Operasi melalui TFG (Tactical Floor Game) yang disampaikan oleh para Panglima Komando Tugas gabungan dan Komandan pasukan pendarat diikuti oleh para staf pelaku, wasdal dan penilai yang tergabung dalam Latihan Armada Jaya XXXI/2012 .
Kegiatan pengujian rencana operasi yang lebih dikenal dengan Uji RO  melaksanakan kegiatan TFG (Tactical Floor Game) dengan kegiatan paparan secara bertahap  mulai dari kegiatan embarkasi material dan personel di pangkalan Surabaya sampai dengan pelaksanakan hari H Jam “J”  pelaksanaan pendaratan pasukan pendarat di Sangatta, Kalimantan Timur

Selama kegiatan TFG (Tactical Floor Game)  berlangsung  ditinjau secara langsung oleh Wakasal  Laksamana Madya TNI Marsetio ,M.M , didampingi Korsahli Kasal Laksamana Muda  TNI Haribowo ,M.Sc, Asops Kasal Laksmana Muda TNI Didit Herdiawan, MPA. MBA.

Dalam peninjauan tersebut Wakasal  Laksamana Madya TNI Marsetio ,M.M mengikuti jalannya pelaksanaan kegiatan pentahapan paparan mulai kegiatan di Pangkalan Angkatan Laut  Surabaya sampai dengan pelaksaaan pentahapan pelaksanaan pendaratan pasukan pendarat  dan pelaksanaan Uji coba penembakan senjata strategis yang akan dilaksanakan oleh kapal perang TNI AL yang dilibatkan dalam Latihan Armada Jaya XXXI/2012 di perairan Kalimantan Timur.
Dalam kegiatan tersebut Wakasal menyampaikan arahan khususnya kepada para pelaku latihan utamanya para Komandan KRI dan para perwira pengawak KRI  serta  para perwira muda yang terlibat latihan yang berkaitan  dengan pelaksanaan manuver lapangan unsur-unsur KRI di perairan Indonesia kawasan timur utamanya perairan Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) . Lebih lanjut disampaikan kepada para perwira muda yang tergabung sebagai pelaku latihan agar  latihan  kali ini dijadikan wahana pembelajaran secara professional.


Dalam manuver lapangan yang akan dilaksanakan medio Oktober 2012 yang akan datang,  Kapal perang TNI AL yang dilibatkan dalam latihan kali ini terdiri  dari berbagai jenis kapal perang diantaranya Kapal Selam, Perusak Kawal Rudal, Kapal Cepat Kudal, Perusak Kawal, Angkut Tank, Buru Ranjau, Kapal Tanker dan Kapal Bantu Tunda akan dikerahkan dan 10 kapal perang di antaranya akan menembakkan senjata straegis . Latihan puncak yang melibatkan   lebih dari  5 ribu personel ini juga mengerahkan 6 pesawat udara, 1 Batalyon Tim Pendarat Marinir beserta puluhan kendaraan tempur Pasukan Pendarat Marinir.

Dalam latihan kali ini melibatkan sejumlah unsur kapal perang dan personel dari jajaran Komando Armada RI Kawasan Timur, Komando Armada RI Kawasan Barat dan Komando Linas laut Militer . Selain itu melibatkan  personel dari Mabesal, Seskoal, lantamal V dan lantamal VI dan  personel dari Dinas Hukum, Dinas Psikologi, POMAL dan Dinas Penerangan sebagai pelaku dan beberapa Pangkalan Angkatan laut.

Kapal perang Produksi dalam negeri jenis LPD  KRI Banjarmasin-592 dan kapal perang terbaru TNI AL kelas SIGMA diantaranya KRI Diponegoro -365, KRI Frans Kaisiepo 368, KRI Sultan Iskandar Muda -367  serta  sejumlah KRI  angkut pasukan jenis Landing Ship tank (LST) dan Froch dilibatkan dalam manuver lapangan.

Usai kegiatan TFG, Panglima Komando Armada RI Kawasan Barat Laksamana Muda TNI Sadiman,S.E Selaku Panglima Komando Tugas Gabungan Amfibi dalam Latihan Armada Jaya XXXI/2012  kepada seluruh peserta latihan menekankan  dalam tahap pelaksanaan kegiatan Geladi Lapangan atau Manuver Lapangan  pada bulan medio Oktober 2012 di Laut Jawa dan Pantai Sangatta Kalimantan Timur , agar melaksanakan latihan sesuai dengan prosedur tetap dan wujudkan seluruh rangkaian latihan dengan pencapaian zero accident .




Sumber : Poskota

TNI Tingkatkan Patroli Laut Sebagai Antisipasi Konflik LCS

JAKARTA-(IDB) : Ekskalasi politik dan keamanan di Laut China Selatan antara Jepang dan China diantisipasi TNI dengan tetap menggelar patroli di perairan kedaulatan Indonesia yang berbatasan. "Kami sangat mendorong kode perilaku di sana diterima dan diperlakukan," kata Panglima TNI, Laksamana TNI Agus Suhartono, di Jakarta, Rabu siang.

Suhartono beserta Kepala Staf TNI AL, Laksamana TNI Suparno, Kepala Staf TNI AU, Marsekal TNI Imam Sufaat, dan Kepala Staf TNI AD, Jenderal TNI Eddie Wibowo, meninjau langsung gladi resik upacara HUT ke-67 TNI di Bandar Udara Halim Perdanakusuma.

Berbagai arsenal baru TNI dihadirkan, di antaranya meriam howitzer 155 milimeter Archer buatan Perancis, pesawat anti intersepsi EMB-314 Super Tucano, dan lain-lain. Peragaan terjun payung oleh 100 personel dan aerobatik Tim Jupiter disajikan kepada hadirin.

Akan tetapi, tank utama 2A6 Leopard 2 yang digembar-gemborkan sebelumnya akan bisa dihadirkan, ternyata tidak ada dalam barisan arsenal pada upacara 5 Oktober nanti.

Menurut Suhartono, mengedepankan diplomasi terkait konflik Laut China Selatan adalah satu cara yang sangat baik dilakukan saat ini. Kode perilaku di antara negara-negara ASEAN --kawasan yang berbatasan langsung dengan perairan itu-- sudah disosialisasikan. 

"Kami juga menginginkan semua pihak menahan diri," katanya. TNI dengan berbagai unsurnya memutuskan tidak menghadirkan kekuatan di dalam perairan itu, sementara patroli laut dan udara terbatas hingga di utara perairan Kepulauan Natuna yang masih wilayah kedaulatan Indonesia.
 
 
 
Sumber : Antara

TNI Bebaskan Pesawat Cessna 208 AS

JAKARTA-(IDB) : Pesawat Cessna 208 yang diawaki warga negara Amerika Serikat telah diizinkan melanjutkan penerbangan setelah sempat ditahan oleh Tentara Nasional Indonesia. Izin itu dikeluarkan setelah melengkapi izin melintas wilayah udara Indonesia. 

"Sudah dilengkapi. Saya menerima laporan sore ini, (perizinan) selesai dan akan melanjutkan penerbangan," kata Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono di Gedung Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Rabu (3/10/2012). 

Agus menjelaskan, awalnya TNI meminta agar pesawat itu mendarat di Makassar lantaran tak memiliki izin melintasi wilayah Indonesia. Setelah itu, dua pesawat tempur milik TNI Angkatan Udara diterbangkan. Pesawat yang dibawa Michael A Byod akhirnya dipaksa mendarat di Bandara Sepinggan Balikpapan, Kalimantan Timur, dan sang pilot ditahan di Mess Crew Pringgodani Lanud Balikpapan. 

Pesawat itu sebelumnya terbang dari Wichita, AS, kemudian sempat singgah di Santa Maria California, Honolulu, Korsje dan terakhir di Singapura. Selanjutnya akan diterbangkan menuju Papua. 

"Pesawat tersebut akan dioperasikan di wilayah Papua oleh perusahaan Hawker Pasifik Jet milik PT Rajawali Dirgantara Mandiri. Namun, karena tidak memiliki izin terbang di wilayah udara Indonesia. Seharusnya (pesawat Cessna 208) melewati jalur udara Philipina dan Malaysia," kata Komandan Lanud Balikpapan, Kolonel Penerbang Djoko Senoputro. 



Sumber : Kompas

TNI Utamakan Alutsista Produksi Dalam Negeri

JAKARTA-(IDB) : Tentara Nasional Indonesia (TNI) akan memprioritaskan pembelian alat utama sistem senjata (alutsista) buatan dalam negeri. Pasalnya, produk alutsista buatan dalam negeri tersebut tidak kalah dengan hasil pabrikan luar negeri.

"Pengalaman TNI dalam menggunakan Alutsista dalam negeri tidak mengecewakan. Buatan Pindad dan Dirgantara Indonesia tidak kalah dengan luar negeri," ujar Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta, Rabu (3/10/2012).


Agus menjelaskan, pembelian alutsista dalam negeri tersebut menghemat anggaran belanja TNI. Saat ini, kerja sama antara pemerintah Indonesia dan produsen pembuat alutsista telah berjalan efektif dengan semakin meningkatnya kualitas produk Pindad maupun PT Dirgantara Indonesia.


Sementara itu, Kepala Staf Angkatan Udara (
Kasau) Marsekal TNI Imam Sufaat berpendapat, pengembangan alutsista dalam negeri masih butuh banyak penyempurnaan. Sebab, hasil produk alutsista baru ditentukan oleh adanya keluhan dari pengguna alutsista. Produk alutsista baru buatan dalam negeri sendiri menurutnya butuh banyak perbaikan.

"Keluhan itu justru positif sebab pabrik alutsista kita memiliki kesempatan mengembangkan alutsista yang sempurna. Kalau alutsista lama itu tidak ada keluhan, sedang yang baru ada keluhan karena merupakan hasil inovasi," kata Imam.


Sedangkan, Kepala Staf Angkatan Darat (
Kasad) Jenderal TNI Pramono Edhie Wibowo berpendapat, porsi pengadaan alutsista harus diutamakan buatan dalam negeri. Dia menjelaskan, seluruh perlengkapan prajurit TNI AD kesemuanya menggunakan buatan dalam negeri, dan tidak ada masalah. Selain itu, mayoritas alutsista TNI AD merupakan produk dalam negeri, contohnya helikopter Bell 412 EP yang dibuat PT Dirgantara Indonesia.

Selain itu, TNI AD turut memfungsikan senjata SS2 buatan Pindad. "Jelas kalau buatan dalam negeri itu lebih murah. Hal yang terpenting sebenarnya adalah kemampuan prajurit mengoperasikan alutsista, kemampuan itulah yang terus ditempa oleh TNI,"terangnya. 




Sumber : Kompas

Menhan Terima Kunjungan Dubes Ekuador Untuk Indonesia

JAKARTA-(IDB) : Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro, Rabu (3/10), menerima kunjungan kehormatan Duta Besar Ekuador untuk Indonesia Mr Alberto Calderon Ledesma di Kantor Kemhan, Jakarta. 

Dalam pertemuan ini Dubes Ekuador untuk Indonesia menjelaskan ketertarikan negaranya untuk belajar dari Indonesia mengenai penyiapan Pasukan Penjaga Perdamaian. Hal ini menindaklanjuti pembicaraan kedua Kepala Negara saat kunjungan Presiden RI ke Ekuador Juni lalu. 

Salah satu bahasan dalam pertemuan tersebut adalah keterlibatan Indonesia dalam peacekeeping operation

Dubes Ekuador berharap dapat mengembangkan kerjasama pertahanan kedua negara diantaranya dalam hal penyiapan dan peningkatan kemampuan pasukan penjaga perdamaian. Menhan Purnomo Yusgiantoro pada dasarnya menerima baik kemungkinan kerjasama dalam hal pelatihan pasukan penjaga perdamaian antara kedua negara. 

Dalam pertemuan ini Menhan didampingi oleh Stah Ahli Menhan Bidang Keamanan Mayjen TNI Hartind Asrin dan Kepala Biro TU Setjen Kemhan Brigjen TNI Herry Noorwanto.




Sumber : DMC

PTDI Akan Segera Serahkan Dua Pesawat CN-295 Ke TNI AU

BANDUNG-(IDB) : Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara (TNI-AU) akan menerima dua pesawat transport militer medium CN295 dari PT Dirgantara Indonesia (Persero) yang pengadaannya dilaksanakan untuk menggantikan pesawat Fokker-27 Paratrooper yang telah memasuki masa pensiun terbang.

"Acara penyerahan kepada Kementerian Pertahanan RI itu akan berlangsung di pangkalan TNI AU Halim Perdana Kusuma, Jakarta," kata I.P. Windu Nugraha, staf senior Humas PTDI, kepada media di Bandung, Rabu.

Windu mengatakan setelah penyerahan dua pesawat itu kepada Kementerian Pertahanan, selanjutnya akan dilakukan penyerahan operasional kepada TNI-AU. Dua CN295 itu bagian dari sembilan unit pesanan Kementerian Pertahanan. Penandatanganan kontrak pengadaannya dilakukan saat acara Singapore Airshow bulan Februari 2012.

Pesawat CN295 yang merupakan hasil kerjasama PTDI dengan Airbus Military (dulu CASA) ini sebelumnya telah mendarat mulus di Bandara Lanud Husein Sastranegara, Bandung pada 30 September 2012, pukul 14.00 dari Spanyol dan disimpan di hanggar PTDI menunggu waktu penyerahannya besok.

Upacara pelepasan dua pesawat dilakukan di hangar perakitan CN295 di Sao Pablo, Seville, Spanyol yang disaksikan Wakil Menteri Pertahanan RI, Letjend (Purn) Sjafrie Sjamsoeddin dan Airbus Military Vice President Head of Programmes Light and Medium and Derivatives, Rafael Tentor.

TNI-AU akan mengoperasikan pesawat tersebut untuk keperluan layanan militer, logistik dan misi kemanusiaan di seluruh wilayah tanah air Indonesia. Pesawat terakhir dijadualkan akan diserahkan pada musim panas tahun 2014.

Dari Sevilla dua CN295 diterbangkan oleh Captain Pilot Novi dan Ester Gayatri Saleh, dua penerbang uji (test pilot) kebanggan PTDI. Bagi ke dua test pilot PTDI tersebut, CN295 sudah tidak asing lagi karena sudah terbiasa menerbangkan CN235, kakak CN295.

CN295 merupakan pengembangan dari pesawat CN235 yang selama ini merupakan hasil rancangbangun dan produksi bersama PTDI dengan Airbus Military. Saat ini sebagian dari komponen utama CN295 telah diproduksi di fasilitas produksi PTDI di Bandung.

CN295 adalah pesawat generasi baru, merupakan hasil pengembangn dari pesawat CN235, ideal untuk misi pertahanan dan sipil.

Dengan ketahanan dan kehandalan serta sistem yang sederhana, pesawat taktis menengah ini memberikan fleksibilitas yang luas untuk keperluan sebagai pengangkut penumpang, pasukan, kargo, evakuasi medis, komunikasi dan tugas logistik atau paratroop air-dropping.

Pesawat CN295 bisa diubah dalam berbagai versi untuk melakukan misi-misi kusus seperti Gunship, Ground Surveillance, Search & Rescue, Maritime Patrol, Anti-Submarine Warfare, SIGINT atau Airborne Early Warning.

CN295 juga mempunyai beberapa keunggulan antara lain mampu membawa muatan sembilan ton dan kecepatan terbangnya hingga 260 knot (480 km/jam) dan mampu terbang sampai dengan ketinggian 25 ribu kaki.

CN295 digerakan oleh dua mesin turboprop buatan Pratt & Whitney PW127G dengan konsumsi bahan bakar irit dengan jangkauan terbang yang terbilang jauh  5700 km.

Keunggulan lain, CN295 merupakan pesawat multifungsi (penumpang dan kargo) dengan biaya operasi yang rendah, dapat diterbangkan dari lapangan udara dengan panjang landasan 670 m dan tidak beraspal.




Sumber : Antara

Komisi I DPR Dukung Tambahan Anggaran Kemhan

JAKARTA-(IDB) : Anggota Komisi I DPR RI Fayakhun Andriadi mengatakan, usulan penambahan anggaran dari Kementerian Pertahanan (Kemhan) sebesar Rp 18,325 triliun di luar pagu definitif Kemhan tahun 2013 sebesar Rp 77,7 triliun berpotensi untuk disetujui.

Sebab, pengajuan tambahan anggaran Kemhan sebesar Rp 18,3 triliun untuk 2013 itu merupakan bagian anggaran alutsista Minimum Essential Force (MEF) untuk 2010-2014 yang mencapai Rp 156 triliun, terdiri atas Rencana Pembangunan Jangka Menengah 2010-2014 sebesar Rp 99 triliun dan alokasi on top berdasar arahan rapat kabinet terbatas 4 Oktober 2010 sebesar Rp 57 triliun.

"Saya rasa ajuan penambahan anggaran. Kemenhan untuk 2013 sebesar Rp 18,3 triliun itu kita akan dukung, karena itu merupakan anggaran yang masuk dalam on top. Cuma yang perlu kita dalami nantinya soal sumbernya bagaimana. Memang itu uangnya dari APBN juga, cuma untuk program MEF yang alokasi pencairannya secara bertahap itu, memang tidak secara jelas disebutkan," ujar Fayakhun Andriadi kepada Jurnalparlemen.com, Rabu (3/10).

Hal ini disampaikan Fayakhun terkait Raker dengan Menhan di Komisi I, Senin (1/10), yang membahas RKA/KL 2013. Saat itu, Kemhan mengajukan dana tambahan sebesar Rp 18,3 triliun. Fayakhun yang juga anggota Banggar dari Fraksi Partai Golkar ini mengatakan, yang perlu dipertajam dalam rapat berikutnya adalah tambahan itu digunakan untuk apa saja.

Usulan tambahan anggaran 2013 sekitar Rp 18,3 triliun ini sendiri terdiri dari penambahan anggaran untuk Kemhan Rp 672,34 miliar, Mabes TNI Rp 1,260 triliun, TNI AD Rp 9,283,93 triliun, TNI AL Rp 3,237 triliun, dan TNI AU Rp 3,871 triliun. Total Rp 18,325 triliun.

Sementara, Ketua Komisi I DPR Mahfudz Siddiq menyatakan tidak optimistis, jika program MEF 2010-2014 dengan anggaran lewat on top sebesar Rp 57 triliun akan terserap semua. "Justru seharusnya untuk anggaran on top di 2013 diajukan lebih besar lagi. Karena dikhawatirkan pada tahun terakhir 2014, dana yang tersisa masih besar, tidak terserap secara maksimal. Harusnya ajuan tambahan anggaran di 2013 ya Rp 22 triliun," ujarnya.

Seperti diketahui, Pemerintah menganggarkan Rp 156 triliun untuk penyediaan alat utama sistem persenjataan (alutsista) TNI pada periode 2010-2014. Menteri Keuangan Agus Martowardojo sebelumnya menjelaskan bahwa anggaran alutsista untuk memenuhi MEF untuk 2010-2014 mencapai Rp 156 triliun yang terdiri atas Rencana Pembangunan Jangka Menengah 2010-2014 sebesar Rp 99 triliun dan alokasi on top berdasar arahan rapat kabinet terbatas 4 Oktober 2010 sebesar Rp 57 triliun.

Dari alokasi Rp 99 triliun tersebut, Rp 32,5 triliun digunakan untuk belanja barang dan Rp 66,6 triliun untuk belanja modal. Dana belanja modal itu terdiri atas pinjaman luar negeri sebesar 6,5 miliar dolar AS dan sisanya berasal dari pinjaman dalam negeri. Pemerintah, kata Menkeu, sudah menerbitkan penetapan sumber pembiayaan (PSP) sebesar 5,7 miliar dolar AS. Artinya, masih ada sekitar 0,8 miliar dolar AS belanja modal yang belum didukung pembiayaannya, dan menurut Menkeu masih akan dievaluasi dalam pengajuan pembiayaan.

Menteri PPN/Kepala Bappenas Armida Alisjahbana menambahkan, inisiatif baru pengadaan alutsista sebesar Rp 57 triliun tersebut sudah ditetapkan dalam Keppres 35/2011 tentang Percepatan Pemenuhan Kekuatan Pokok Minimal Alutsista TNI Tahun 2010-2014, yang ditandatangani oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, 27 Desember 2011.

Kata Armida, alokasinya bertahap yaitu Rp 7 triliun pada 2010, Rp 4 triliun pada 2011, Rp 6 triliun pada 2012, dan Rp 40 triliun pada 2013-2014. Semuanya disesuaikan dengan kemampuan anggaran negara dan dengan mekanisme yang berlaku.



Sumber : Jurnamen

Orang-Orang Dibalik Ketangguhan KRI Dewaruci (Bag 1)


Kesuksesan ekspedisi KRI Dewaruci keliling dunia hingga tiba kembali ke tanah air kemarin (1/10) tak bisa dilepaskan dari orang-orang "penting" di kapal latih TNI-AL itu. Salah satunya Serka Lis Supari. Wartawan Jawa Pos SURYO EKO PRASETYO yang ikut dalam pelayaran bersejarah tersebut menceritakan peran besar Supari.

= = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = == = = = = =

JPNN-(IDB) :
SUPARI mengawali pendidikan di TNI-AL pada 1987. Sebagai orang desa, dia tidak pernah membayangkan akan menjadi prajurit matra laut.

Tapi, siapa sangka, lulusan STM YPP Bersubsidi Purworejo, Jawa Tengah, jurusan listrik itu akhirnya menjadi orang pertama di desanya yang diterima di TNI-AL. Dia benar-benar bangga. "Alhamdulillah, sekali daftar saya langsung katut (diterima)," kenangnya.


Ketertarikan Supari masuk TNI-AL sebenarnya bermula dari coba-coba. Sebab, selulus STM, dia menganggur tiga tahun. Saat itu dia "terdampar" di Jakarta dan tak kunjung mendapatkan pekerjaan. Dengan bekal ijazah sekolah kejuruan itulah, pria asal Desa Kledung, Kecamatan Banyuurip, Purworejo, tersebut ikut seleksi calon tamtama di Armada RI Kawasan Barat (Armabar) Jakarta.


Tapi, baru menyerahkan berkas saja, Supari sudah kena damprat panitia yang mendaftar. Waktu itu dia ditanya mengapa baru mendaftar setelah tiga tahun lulus sekolah. Supari menjawab sekenanya.


"Pas ditanya apa saja kegiatan saya sebelum mendaftar, saya bilang mblakrak dan dolan. Spontan saya langsung dibilang bego oleh petugas itu," ujar Supari, lalu terkekeh.


Pada masa itu persyaratan fisik atau postur yang proporsional, khususnya tinggi badan, belum ditetapkan minimal 165 cm seperti ketentuan sekarang. Karena itu, dengan tubuh kerempeng setinggi 162 cm, Supari tetap boleh ikut seleksi.


Dia sempat kurang percaya diri dengan kondisi fisiknya. Apalagi, jumlah pendaftar ketika itu lebih dari 6.000 orang. Sementara itu, siswa calon tamtama (catam) yang diambil hanya 60 orang. "Mungkin sudah takdir, saya yang kecil dan ndeso ini ternyata masuk di tahap pantukhir (penentuan terakhir)," imbuhnya.


Supari mengungkapkan, fisiknya kurus sebenarnya bukan karena kurang gizi. Tetapi, karena dia gemar berolahraga, khususnya lari jarak jauh (10 ribu meter dan maraton). Dia bahkan menjadi andalan sekolahnya dalam kejuaraan-kejuaraan lari tingkat kabupaten.

"Hampir tiap hari saya lari 5-10 km. Itu resep yang membuat tubuh saya selalu fit," terang pria yang genap 47 tahun pada 2 April lalu dengan bangga.

Pada Desember 1987 Supari menjalani pendidikan dasar militer di Pusdikdasmil Juanda, Sidoarjo, sekitar tiga bulan dan pendidikan kejuruan di Kobangdikal, Bumimoro, Surabaya, sekitar sembilan bulan. Ketika dinyatakan lulus dari pendidikan itu, dia dilantik sebagai anggota TNI-AL dengan pangkat kelasi dua di korps listrik.

Setelah itu, Supari langsung ditempatkan di KRI Dewaruci di bawah Satuan Kapal Bantu Armatim. Dia seangkatan dengan dua personel senior di kapal latih itu. Yakni, Bintara Utama Peltu SBA Johanes Satoro dan Sertu Bek Ainu Rofik. Johanes dan Rofik sejak dinas perdana di Dewaruci belum pernah bertugas di kesatuan lain.

Sementara itu, Supari pada 2006-2011 pernah mendapat kepercayaan memperkuat satuan lain. Dia bertugas di Divisi Pantai Satuan Kapal Amfibi Koarmatim Surabaya dan mengikuti proyek maintenance listrik kapal Sigma di galangan kapal Schadel, Flishingen, Belanda.


Di KRI Dewaruci, anggota korps listrik berada di bawah departemen mesin. Supari yang kini berpangkat sersan kepala menjadi bintara paling senior di departemen itu. Sudah 14 komandan kapal silih berganti menjabat sejak dia masuk kapal berumur 60 tahun tersebut. Selama menjadi awak kapal legendaris itu, dia pernah mengalami kejadian luar biasa yang hampir merenggut nyawanya.


Sehari menjelang berlayar ke Australia pada akhir 1997, dapur kapal di geladak tengah terbakar hebat. Penyebabnya, tungku pemanas dan penggorengan mengalami korsleting. Kebetulan Supari sedang jaga darat atau piket. Saking paniknya juru masak ketika itu, api yang berkobar disiram air laut. Kobaran api bukannya padam, melainkan malah tambah besar dan sulit dijinakkan.


"Kami berusaha mati-matian memadamkan kebakaran agar tidak merembet ke ruang lain," ungkap bapak Rifki Muhammad Yusuf, 16, dan Hanif Nur Ibrahim, 12, itu.


Setelah kebakaran bisa dikendalikan, tugas baru menantinya. Instalasi dan tungku listrik di dapur rusak berat. Supari dan juru listrik lain ketiban sampur harus melembur untuk memperbaiki peranti 10 ribu kilowatt itu. "Sebab, kapal dijadwalkan harus berangkat jam 10 esok paginya," tuturnya.


Supari tidak bisa membayangkan bagaimana jika perbaikan itu tak dapat selesai sesuai dengan harapan komandan kapal. Pasalnya, kegiatan Dewaruci dalam pelayaran selama empat bulan keliling Australia sudah terjadwal. "Beruntung, kami bisa menyelesaikan perbaikan ekstra itu satu jam sebelum kapal berangkat," cerita Supari.


Ekspedisi Dewaruci keliling dunia 2012 menjadi tantangan tersendiri bagi Supari. Sebab, kali ini Dewaruci berlayar dalam waktu sangat lama dan sangat jauh. Kapal latih TNI-AL itu melintasi jarak 27 ribu nautikal mil atau 50.000 kilometer selama 277 hari. Dalam pelayaran tersebut, Dewaruci mengarungi 24 pelabuhan di 13 negara dan 4 benua.

Supari sudah terbiasa bekerja dalam tekanan. Dalam kondisi darurat, dia tetap bisa tenang. Pasalnya, suami Ngatini tersebut memiliki banyak keahlian. Selain di bidang kelistrikan, dia ahli pertukangan, mekanik, bahkan tampil di mimbar untuk berdakwah. 

Ketika lambung kiri Dewaruci bocor di Boston, AS, Juli silam, Supari dipercaya untuk "membereskan". Dia lalu membuat pelat baja guna menambal kebocoran. Keterampilan dia memotong besi, menggerinda, dan mengelas tidak diragukan. Hasilnya sangat memuaskan. Hingga tiba di Pelabuhan Belawan, Medan, Senin (1/10) lalu, Dewaruci tak bocor lagi.

Kelebihan Supari dalam memperbaiki pendingin ruang (AC) juga tidak kalah oleh juru AC/fresh room. "Jam terbang beliau paling tinggi," puji juru AC/fresh room Kelasi Kepala Lis M. Irfan.


Di bidang kerohanian, Supari tergolong mahir berkhotbah. Dia sering dipercaya kru kapal menjadi imam salat dan berceramah saat bintara rohani (baroh) Pelda Bah Reza Nevyansyah berhalangan karena sakit. Supari beberapa kali tampil sebagai khatib salat Jumat maupun tarawih pada Ramadan lalu. "Ini amalan saya untuk menyampaikan kebenaran walaupun hanya satu ayat," imbuh jamaah majelis tafsir Alquran itu diplomatis.

Berkat berbagai prestasinya tersebut, Supari tak pernah tertinggal menjadi salah seorang kru andalan dalam berbagai misi pelayaran Dewaruci. Sebelum ekspedisi keliling dunia ini, dia pernah mengawal Dewaruci dalam pelayaran internasional perdana pada 1989 ke Malaysia dan Filipina; lalu keliling Australia (1991, 1998); Amerika (1999, 2000); serta Eropa (2003, 2005).

Dia berharap, seusai menyelesaikan tugas "penting" dalam ekspedisi Dewaruci kali ini, pangkatnya akan naik. "Mudah-mudahan naik menjadi sersan mayor," tutur tentara yang sudah mengabdi sekitar 24 tahun itu. 




Sumber : JPNN

Berita Foto : RSN Kunjungi Marinir Surabaya





 

SURABAYA-(IDB) : Senior Officer Exchange Programme (SOEP) Republic of Singapure Navy (RSN) didampingi pejabat Pasmar-1 melihat secara langsung kesenjataan yang dimiliki Korps Marinir saat mengunjungi Bhumi Marinir Karangpilang, Surabaya, Selasa, (2/10). Kunjungan Perwira Angkatan Laut Singapura ini dalam rangka mempererat hubungan dan kerjasama antara Marinir Indonesia dengan Angkatan Laut Singapura.



Sumber : Antara

Dankormar Naik Pangkat Bintang Dua

JAKARTA-(IDB) : Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI Soeparno, menerima pelaporan kenaikan pangkat (kenkat) satu tingkat lebih tinggi dari sebelumnya oleh tiga Perwira Tinggi (Pati) Korps Marinir TNI AL bertempat di Gedung Utama, Markas Besar Angkatan Laut (Mabesal), Cilangkap, Jakarta Timur, Selasa (2/10/2012).

Ketiga Pati Korps Marinir TNI AL yang mendapatkan kenaikan pangkat tersebut adalah Mayor Jenderal TNI Marinir Achmad Faridz Washington, Brigadir Jenderal TNI Marinir Budianto Sutarto, dan Brigadir Jenderal TNI Marinir R. Gatot Suprapto.


“Kenaikan pangkat perwira tinggi, erat kaitannya dengan promosi jabatan yang sedang disandang, sekaligus sebagai bagian dari pelaksanaan sistem pembinaan personel yang diorientasikan untuk menunjang kepentingan organisasi. proses pembinaan tersebut, dilakukan secara konsisten, konseptual, sistematis dan berkesinambungan, berdasarkan pada obyektivitas penilaian terhadap persyaratan-persyaratan yang telah ditentukan. dengan demikian, sistem pembinaan personel memberikan peluang yang sama bagi setiap personel TNI Angkatan Laut untuk berkompetisi secara sehat dalam meniti jenjang karier masing-masing.” kata Kasal dalam amanatnya pada kesempatan tersebut.

Ditambahkan Kasal, kenaikan pangkat tersebut juga merupakan salah satu wujud penghargaan negara yang diberikan atas prestasi, dedikasi dan loyalitas yang telah ditunjukkan selama ini. akan tetapi perlu kita sadari, bahwa di balik setiap penghargaan yang diberikan, terletak pula sebuah tanggung jawab yang semakin berat. Hal ini mengisyaratkan bahwa pangkat dan jabatan yang disandang harus setara dengan kualitas serta integritas yang dimiliki untuk diimplementasikan dalam penugasan di lapangan.



Sumber : Kormar

UU Industri Pertahanan, Kebangkitan Alutsista TNI

JAKARTA-(IDB) : Anggota Komisi I DPR Eddhie Baskoro Yudhoyono (Ibas) yakin pengesahan Undang-Undang Industri Pertahanan (UU Inhan), Selasa 2 Oktober 2012, merupakan tonggak kebangkitan industri pertahanan dalam negeri Republik Indonesia.

“Ini merupakan langkah konstruktif untuk membangun dan memperkuat industri pertahanan dalam negeri, yaitu dengan menciptakan payung hukum yang jelas,” kata politisi Partai Demokrat itu dalam rilis yang diterima VIVAnews.

Ibas menyatakan, Indonesia memang harus segera merevitalisasi industri pertahanannya agar menjadi industri yang mandiri, unggul, dan mampu bersaing dengan negara lain. Untuk itu Indonesia perlu mengimplementasikan konsep industru pertahanan yang jelas, terarah, dan terperinci.

“Saya optimis UU Industri Pertahanan akan memberikan semangat kemandirian dalam penyediaan alutsista (alat utama sistem persenjataan) dalam negeri yang lebih bermutu,” ujar wakil rakyat asal daerah pemilihan Jawa Timur VII itu.

Poin penting dari disepakatinya RUU Inhan, menurut Ibas, adalah pasal yang mengatur tentang transfer teknologi dan pengaturan agar TNI/Polri menggunakan alutsista produksi dalam negeri. “Pembelian senjata d`ri luar negeri harus memenuhi syarat transfer teknologi ke industri dalam negeri,” kata dia.

Secara terpisah, Wakil Ketua Komisi I Tubagus Hasanuddin menyatakan, pengesahan UU Industri Pertahanan merupakan kado bagi TNI yang berulang tahun pada 5 Oktober 2012. “UU ini mengatur semua pihak yang terlibat dalam industri pertahanan, supaya industri ini bisa maju,” ujar dia.


Semua Alutsista Yang Dibeli Wajib Produksi Dalam Negeri

Jika di dalam negeri tidak ada yang produksi, baru beli dari luar

Rancangan Undang-Undang Industri Pertahanan telah disahkan menjadi Undang-Undang oleh Dewan Perwakilan Rakyat dalam rapat paripurna, Selasa 2 Oktober 2012. Wakil Ketua Komisi I DPR, Tubagus Hasanuddin membeberkan beberapa pasal penting yang ada dalam UU Industri Pertahanan ini.

Ada pasal yang mengatur pembiayaan. Misalnya, kata Tubagus, biaya alat utama sistem persenjataan (alutsista) ke luar negeri dapat mencapai Rp35 triliun per tahun. Pembelian kapal saja, kata Tubagus untuk membeli di luar negeri membutuhkan biaya Rp150 miliar dan membutuhkan waktu 2 tahun dengan melibatkan 1.500 pekerja.

"Ya sudah, kenapa kita bisa kita mampu belanjakan ke perusahaan luar negeri toh kualitasnya juga sama saja," kata Tubagus di Gedung DPR, Selasa 2 Oktober 2012.

Sehingga, kata Tubagus, TNI sudah tidak lagi membeli alutsista dari luar negeri. "Uang itu tidak perlu dilempar ke luar. Kita boleh membeli dari luar kalau di dalam negeri sudah tidak bisa lagi. Kalau toh membeli dari luar dia harus bekerja sama 80 persen dengan di dalam negeri," kata politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan itu.

Berbagi Produksi

Dalam pasal itu juga, kata Tubagus telah diatur juga untuk produksi persenjataan misalnya, jika di TNI Angkatan Udara pasti dibuat di PT Dirgantara Indonesia, TNI Angkatan Laut dibuatnya di PT PAL, sementara TNI Angkatan Darat dibuat PT Pindad.

"Tapi bisa sharing, misalnya kapalnya dari AL kemudian senjatanya dari PT Pindad. Bomnya misalnya dari PT Pindad. Kemudian pesawatnya misalnya dari PT DI, di perlengkapan senjatanya dari PT. Pindad, dan sistem komunikasinya mungkin kita mampu dari PT PAL. Ini bisa dikomunikasikan," kata mayor jenderal purnawirawan itu.

Sebagai contoh, kata dia, sebenarnya tak perlu membeli helikopter Apache karena dalam program 2011 sampai 2014 TNI akan membeli delapan heli serang dan 16 heli serbu.

"Itu semua dibikin di PT DI dan senjatanya itu dari PT. Pindad. Tentu kelasnya memang masih kelas helikopter biasa, tidak seperti Apache yang jarak tembaknya dengan peluru kendali sampai puluhan kilometer. Tetapi kalau diberi dan dikembangkan, maka putra putri Indonesia siap untuk itu," kata dia.




Sumber : Vivanews

Gladi Kotor HUT Ke-67 TNI


JAKARTA-(IDB) : Tiga hari menjelang HUT TNI pasukan TNI dari seluruh kesatuan menggelar latihan gladi kotor upacara perayaan puncak HUT  ke-67  TNI pagi tadi (2/10/2012). Latihan dilakukan di apron base Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur.

Dalam gladi kotor tersebut hanya terlihat 12 ranpur yang dipajang tepat di belakang pasukan upacara. Ranpur-ranpur tersebut rata-rata merupakan milik Korps Marinir. Di luar ranpur Korps Marinir hanya ada dua meriam  Howitzer Caesar milik AD yang dipajang di lapangan upacara.

Tim Aerobatik Dynamic Pegasus yang dipimpin Letkol Pnb Sapuan juga ambil bagian dalam gladi kotor ini. Dengan lima helikopter EC 120 Colibri andalannya mereka unjuk kebolehan dengan berbagai atraksi, diantaranya windmill dan waterfall. Selepas Dynamic Pegasus melakukan latihan aerobatiknya, latihan atraksi dilanjutkan oleh para personil AD yang akan menunjukkan kemampuan individu mereka dalam bela diri, penggunaan senjata, dan kemampuan halang rintang.

Setelah mereka selesai unjuk kebolehan, sekitar 200 personil paskhas TNI AU langsung terlihat melakukan latihan atraksi terjun payung dari pesawat Hercules. Saat latihan terjun payung berlangsung para peserta gladi kotor terlihat agak tegang mengingat pada latihan terjun payung kemarin terdapat empat anggota yang mengalami kecelakaan. Namun pada gladi kotor pagi tadi seluruh anggota Paskhas mendarat dengan sempurna.


Gladi kotor kemudian dilanjutkan dengan atraksi 6 pesawat KT-1B Wong Bee dari Jupiter Aerobatic Team yang kemudian diikuti dengan flypass 6 Bell 412 dari Penerbad dan Penerbal, tiga Helikopter MI-35, satu Super Tucano, dan diakhiri dengan flypass 10 pesawat Hercules TNI AU. Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono dan KSAU Marsekal Imam Sufaat terlihat hadir dalam gladi kotor tersebut. Upacara HUT TNI ke-67 akan digelar hari Jumat mendatang di Bandara Halim Perdana Kusuma pukul 08.00 WIB pagi.


Menjelang peringatan HUT TNI ke 67, berbagai persiapan telah dilakukan. Upacara HUT TNI ke 67 sendiri akan dilaksanakan di Pangkalan Udara Halim Perdana Kusumah Jakarta. Dalam Gladi Kotor, selasa 2 oktober, terlihat HUT TNI nantinya akan berlangsung sederhana.

Alutsista yang tampil sebagai background antara lain Meriam Caesar 155mm, Tank Amfibi BMP-3F, Peluncur Roket RM-70 Grad serta LTVP-7. Selain itu, seperti biasanya akan ditampilkan berbagai atraksi. Diantaranya Senam Balok, Bela Diri militer serta Kolone Senapan. Di udara, atraksi dilakukan oleh Tim Aerobatik Pegasus dengan Heli EC-120B serta The Jupiter. serta tidak ketinggalan atraksi terjun payung. Atraksi kemudian ditutup dengan Fly pass helikopter TNI-AD dari jenis Mi-17, Mi-35 serta Nbell-412. Lalu menyusul 4 buah Nbell-412 TNI AL serta sebuah Super Tucano.



Sumber : ARC

Head To head Apache Vs Super Cobra

ARC-(IDB) : Kini, Kementerian Pertahanan tengah menimbang-nimbang helikopter serang mana yang sebaiknya dipilih? AH-64 Apache, UH-1Z Super Cobra atau UH-60 Blackhawk. Percaya atau tidak, skenario menimbang-nimbang ini juga dilakukan Marinir AS – penggunan utama heli ini di AS yang sadar akan keterbatasan anggaran. Dan, pilihan ternyata jatuh pada AH-1Z. Kenapa? Bukan saja, karena harganya lebih murah, tapi ada sejumlah pertimbangan teknis sehingga mereka memilih Super Cobra.

Meski helikopter ini akan dibeli untuk memperkuat Penerbad, Pemerintah RI seyogyanya menyimak pula pertimbangan Marinir AS. Alasannya ternyata simpel saja. Di antaranya, pertama, yakni bahwa Super Cobra mudah diterbangkan. Bagi Marinir AS ini sangat penting untuk melatih para penerbangnya. Mantan penerbang heli CH-46 Sea Knight  AS mengaku cukup melakukan familiarisasi 45 menit untuk bisa menerbangkan heli yang ukurannya lebih mungil dari Apache ini. Oleh karena bodinya yang mungil ini pula, sang heli mudah diangkut kemana-mana dengan kapal perang atau pesawat angkut.

Kelebihan kedua, oleh karena bodinya lebih kecil dari Apache dan lajunya lebih lincah, musuh diyakini pula lebih sulit memburu Super Cobra. Pertimbangan ini amat krusial khususnya setelah menyimak pengalaman tempur di Irak. Membidik Super Cobra pada kenyataannya memang jauh lebih sulit ketimbang membidik Apache. Begitu pun, sejumlah Apache yang jatuh di Irak dikatakan bukan oleh karena badannya yang relatif besar, tapi lebih karena suaranya yang sudah amat dikenali pejuang Irak. Di Irak, Apache adalah sasaran berharga bagi para pejuang penyandang RPG (Rocket Propelled Grenade), sehingga mereka dilatih untuk mengenali suaranya dari jauh.

Di Irak, Apache toh merupakan andalan AD AS untuk menghajar tank-tank Irak. Begitu pun, kemampuan ini muncul bukan karena kelincahannya, tetapi oleh karena dia memiliki rudal antitank Hellfire yang bisa ditembakkan dari jarak jauh. Tapi kalau untuk pertempuran jarak dekat, kebanyakan tentara AS mengaku lebih menyukai Super Cobra. Itu sebab Super Cobra kerap disebut sebagai rajanya pertempuran jarak dekat. Kabarnya, jika saat ini harga Apache sudah melambung jadi 35-40 juta dollar per unit, Super Cobra masih di sekitar angka 15-20 juta dollar.

Super Cobra adalah varian atau revisi perbaikan dari Cobra. Revisi dilakukan setelah AD AS menemukan berbagai kekurangan Cobra di medan pertempuran di Asia. Super Cobra memiliki jangkauan tempur tiga kali lebih jauh dan mampu mengangkut persenjataan dua kali lebih banyak dari Cobra. Heli serang berkursi dua ini adalah buatan Bell Textron. Versi pertamanya, AH-1W, dengan baling-baling berbilah dua, diproduksi tahun 1986. Pada tahun 2000, Bell Textron merevisinya menjadi AH-1Z yang jauh lebih powerfull, baling-baling berbilah empat, dengan sistem pembidikan target yang lebih canggih.

Lalu bagaimana dengan UH-60 Blackhawk. Dibanding Apache dan Super Cobra, heli ini tentu jauh lebih “lembut”. Itu karena pada dasarnya Blackhawk lebih dirancang untuk angkut pasukan. Dia memang bisa diperlengkapi persenjataan untuk serang darat, tapi bodinya yang besar akan menyulitkan dirinya melakukan manuver serangan itu di udara.


Jadi baiknya, pilih yang mana ya?



Sumber : ARC