JAKARTA-(IDB) : Ekskalasi
politik dan keamanan di Laut China Selatan antara Jepang dan China
diantisipasi TNI dengan tetap menggelar patroli di perairan kedaulatan
Indonesia yang berbatasan. "Kami sangat mendorong kode perilaku di sana
diterima dan diperlakukan," kata Panglima TNI, Laksamana TNI Agus
Suhartono, di Jakarta, Rabu siang.
Suhartono
beserta Kepala Staf TNI AL, Laksamana TNI Suparno, Kepala Staf TNI AU,
Marsekal TNI Imam Sufaat, dan Kepala Staf TNI AD, Jenderal TNI Eddie
Wibowo, meninjau langsung gladi resik upacara HUT ke-67 TNI di Bandar
Udara Halim Perdanakusuma.
Berbagai arsenal
baru TNI dihadirkan, di antaranya meriam howitzer 155 milimeter Archer
buatan Perancis, pesawat anti intersepsi EMB-314 Super Tucano, dan lain-lain. Peragaan terjun payung oleh 100 personel dan aerobatik Tim Jupiter disajikan kepada hadirin.
Akan tetapi, tank utama 2A6 Leopard 2 yang digembar-gemborkan sebelumnya akan bisa dihadirkan, ternyata tidak ada dalam barisan arsenal pada upacara 5 Oktober nanti.
Menurut
Suhartono, mengedepankan diplomasi terkait konflik Laut China Selatan
adalah satu cara yang sangat baik dilakukan saat ini. Kode perilaku di
antara negara-negara ASEAN --kawasan yang berbatasan langsung dengan
perairan itu-- sudah disosialisasikan.
"Kami
juga menginginkan semua pihak menahan diri," katanya. TNI dengan
berbagai unsurnya memutuskan tidak menghadirkan kekuatan di dalam
perairan itu, sementara patroli laut dan udara terbatas hingga di utara
perairan Kepulauan Natuna yang masih wilayah kedaulatan Indonesia.
Sumber : Antara
Tidak ada komentar:
Posting Komentar