Pages

Rabu, Januari 11, 2012

Manuver Velayat 90, Tampilkan Kekuatan Iran

TEHRAN-(IDB) : Manuver Akbar pasukan Angkatan Laut Republik Islam Iran dengan sandi "Velayat 90" yang digelar di wilayah strategis Teluk Persia, Selat Hormuz dan laut Oman telah berakhir. Namun hingga kini, refleksi di lingkaran politik dan berita dunia terus berlanjut.
 
Latihan pasukan AL Iran telah menunjukkan kepada dunia tentang kekuatan pencegahan dan pertahanan negara ini. Manuver tersebut selain menampilkan kekuatan pertahanan dan pencegahan, juga membawa pesan serius kepada musuh-musuh Iran yang tengah meningkatkan ancaman-ancaman anti-Tehran selama beberapa bulan terakhir ini.
 
Manuver Velayat 90 digelar selama 10 hari. Latihan itu dimulai pada tanggal 24 Desember 2011 di wilayah yang luasnya dua juta kilometer persegi, dari timur Selat Hormuz dan laut Oman hingga ufuk 10 derajat utara dan Teluk Aden. Latihan ini mencakup operasi dan intelijen.

Keistimewaan manuver Velayat 90 adalah luasnya wilayah operasi latihan. Hal ini menunjukkan kemampuan perangkat lunak dan keras militer Iran dan keberhasilan negara ini dalam mengembangkan senjata-senjata canggih guna mempertahankan kedaulatan dan semua wilayahnya.
 
Selama latihan, Iran telah menampilkan kekuatan dan kemampuannya dengan mengerahkan berbagai jenis kapal selam dengan kelas yang berbeda, kapal perusak, kapal peluncur rudal, kapal logistik, kapal pengintai, helikopter, pesawat tanpa awak, dan rudal-rudal pesisir yang mempunyai jarak jelajah yang berbeda.
 
Dalam manuver tersebut, AL Iran juga menggelar operasi tambang secara meluas guna mencegah infiltrasi musuh terhadap instalasi pesisir, kolam-kelam kecil militer untuk tempat pertahanan dan dermaga serta mencegah keluar masuknya unit-unit kapal perang musuh.

Selain itu, pasukan AL Iran juga berhasil menggelar operasi patroli dan pengintaian dengan menggunakan berbagai jenis UAV yang berbasis di laut dan pesisir. Operasi dan pengintaian ini dilakukan di wilayah yang lebih luas dari wilayah latihan, khususnya di ufuk 20 derajat utara dan di atas kapal-kapal perang musuh fiktif.

Manuver Velayat 90 digelar dalam empat tahap, operasi tempur permukaan dan bawah laut, anti-bawah laut, anti-udara dan latihan pertahanan udara terhadap serangan rudal.  Salah satu tahap penting dalam manuver ini adalah latihan penutupan Selat Hormuz jika ada hal yang membahayakan kepentingan-kepentingan dan kedaulatan Iran.

Pembagian luas dari unit-unit pasukan AL Iran di permukaan laut, bawah laut dan udara merupakan taktik penyebaran yang telah dilakukan dalam latihan ini, sehingga pasukan AL Iran mampu menutup segala kemungkinan keluar masuknya kapal musuh dari Selat Hormuz.

Laksamana Habibollah Sayyari, Komandan AL Iran di akhir latihan, mengatakan, "Keberhasilan manuver Angkatan Laut Iran kembali membuktikan kepada dunia bahwa para ahli Iran memiliki kemampuan tinggi dalam swasembada kemampuan pertahanannya, dan bahkan Iran mampu mencapai tahap eksploitas berbagai jenis senjata pertahanan dan militer meskipun dalam kondisi diembargo.

Berkaitan transformasi terakhir dan manuver Velayat 90, media-media Barat menyoroti uji coba rudal jarak jauh Iran dan menyebutnya sebagai perang kekuatan antara Iran dan Amerika Serikat.
Di akhir manuver, Ataullah Salehi, Komandan Angkatan Bersenjata Iran dalam jumpa persnya, seraya menyinggung keluarnya kapal induk AS dari Selat Hormuz pada saat latihan digelar, mengatakan, "Kami mengingatkan kepada kapal induk AS untuk tidak kembali lagi ke Selat Hormuz, sebab kehadiran kapal tersebut merupakan ancaman bagi kita."

Jenderal Jafari, Komandan Pasukan Garda Revolusi Republik Islam Iran dalam menyikapi ancaman musuh, menyatakan, "Iran untuk melakukan strategi pertahanannya tidak perlu meminta izin dari negara manapun." Ditambahkannya, ayat 1 pasal 16 Konvensi Jenewa 1958 tentang hukum kelautan, menyebutkan bahwa negara pesisir dapat mengambil langkah yang diperlukan untuk mencegah lalu lintas yang merugikan negara tersebut.

Kepala Staf Gabungan Angkatan Bersenjata Republik Islam Iran, Firuzabadi saat berkunjung ke wilayah manuver Velayat 90, seraya menyinggung penampilan kembali kekuatan AL Iran dalam waktu dekat ini, dia mengatakan, "Manuver merupakan salah satu agenda pasukan militer yang akan digelar setiap tahun untuk melatih kesiapan pasukan. Dalam waktu dekat ini kita akan menyaksikan kemampuan AL Iran."

Dia juga menyinggung tujuan manuver akbar Velayat 90 dan menambahkan, "Bangsa Iran dalam teknologi militer dan kemajuan ilmu mengalami pertumbuhan bulanan. Di setiap latihan yang digelar, militer Iran selalu menampilkan senjata canggih dan sesui dengan doktrin militer Iran yaitu pertahanan dan pencegahan." Selain itu, Firuzabadi menegaskan, bangsa Iran tidak bisa diancam siapapun dan setiap orang yang berniat mengancam bangsa ini maka dia harus membayar mahal atas ancamannya tersebut.

Para pejabat politik dan militer Iran telah berulang kali mengisyaratkan bahwa Iran memiliki mayoritas perbatasan pesisir dengan Teluk Persia dan laut Oman dan negara ini  bukan ancaman bagi negara pesisir, tetapi justru yang menjamin keamanan jalur strategis Teluk Persia ini. Kekuatan dan kemampuan militer Iran memiliki unsur pertahanan dan pencegahan. Jika negara-negara Barat ingin mengancam kepentingan-kepentingan ekonomi dan keamanan Iran dengan ancaman militer dan sanksi, maka Iran pun akan membalas dengan ancaman pula. Sikap ini adalah hak bagi setiap negara di dunia yaitu ketika diancam maka akan mereaksi dengan hal sama.

Amerika Serikat dan sekutunya serta sejumlah negara Arab yang berafiliasi dengan kebijakan-kebijakan hegemoni AS tengah memulai fase baru ancaman mereka terhadap Iran. Dengan menyebarkan kebohongan soal program nuklir sipil Iran dan memprovokasi dengan cara menyebarkan Iranphobia, mereka berupaya memaksa bangsa Iran untuk mengundurkan diri dari hak-haknya di perjanjian-perjanjian internasional, termasuk perjanjian Non-Ploriferasi Nuklir (NPT).
Musuh-musuh Iran berusaha memojokkan negara ini dengan berbagai cara, di antaranya dengan menyebarkan isu bahwa Iran tengah mengembangkan program nuklirnya untuk tujuan militer. Namun sebenarnya ada tujuan yang di kejar oleh AS dan sekutunya di Eropa serta Timur Tengah yaitu untuk menutupi kekalahan mereka akibat adanya kebangkitan rakyat anti-despotik yang telah sampai pada puncaknya.

Akibat adanya kebangkitan rakyat di Timur Tengah dan Afrika Utara, Amerika dan rezim Zionis Israel kehilangan satu persatu sekutunya di kawasan. Keselarasan langkah sejumlah rezim otoriter di Teluk Persia dengan kebijakan Amerika dalam mengancam dan menekan Iran, sebenarnya merupakan upaya untuk melindungi rezim-rezim ini. Mereka membayangkan dengan mengembargo ekonomi Iran, khususnya sanksi terhadap minyak, akan mampu meraih ambisi-ambisi mereka. Padahal selama 33 tahun dari umur Republik Islam Iran, negara ini selalu menghadapi berbagai macam embargo dan sanksi ekonomi dan bahkan ancaman militer.

Ancaman-ancaman musuh tidak mengganggu keinginan dan perlawanan bangsa Iran untuk tetap bertahan dalam menghadapi ambisi-ambisi hegemoni Amerika dan rezim-rezim sekutunya. Bahkan sebaliknya, dalam kondisi saat ini bangsa Iran justru menggapai kemajuan yang signifikan. Keberhasilan Iran di sebagian sektor hanya dimiliki oleh sejumlah negara di dunia. Kemampuan dalam pengayaan uranium hingga mengeksploitasinya di reaktor nuklir, hanyalah satu dari sekian banyak keberhasilan Iran.

Manuver Velayat 90 Angkatan Laut Republik Islam Iran di perairan Teluk Persia dan Selat Hormuz juga termasuk keberhasilan negara ini dalam memproduksi senjata-senjata canggih supaya musuh-musuh Tehran memahami bahwa bangsa Iran dalam kondisi kesiapan penuh untuk membela kepentingan dan keamanan negaranya.

Sumber : Irib

Indonesia Singapura Gelar Patkor Indosi 2012

JAKARTA-(IDB) : Patroli Terkoordinasi (Patkor) antara Indonesia dan Singapura (Indosin) tahun 2012 di perairan Selat Singapura dan Selat Philips kembali digelar dengan melibatkan Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) TNI Angkatan Laut, Republic of Singapore Navy (RSN) dan Police Coastal Guard (PCG).
Dalam Patroli Indosin, Unsur TNI Angkatan Laut yang terlibat dalam gelar operasi terkoordinasi tersebut dibawah kendali operasi Gugus Keamanan Laut Komando Armada RI Kawasan Barat (Guskamlaarmabar) dengan komandan Laksamana Pertama (Laksma) TNI Pranyoto, S.Pi.
Upacara pembukaan Patroli Indosin dipimpin oleh Asisten Operasi (Asops) Guskamlaarmabar Kolonel Laut (P) Bambang Kusumo N, SH., mewakili Komandan Gugus Keamanan Laut Komando Armada RI kawasan Barat di Markas Komando (Mako) Guskamlaarmabar, Batam, Senin (9/1).
Upacara pembukaan Patkor Indosin dihadiri delegasi Republic of Singapore Navy (RSN) dan Police Coastal Guard (PCG) yang dipimpin oleh Letnan Kolonel Chou Yan Wee serta dua kapal Angkatan Laut Singapura dan PCG.
Patkor Indosin yang dilaksanakan kali ini merupakan patroli yang ke-79/12 dengan sasaran tercapainya peningkatan kemampuan kerja sama patroli antara unsur TNI Angkatan Laut dengan unsur Angkatan Laut Singapura dalam pengamanan Selat Singapura dan Selat Philips.
Patkor Indosin-79/12 TNI Angkatan Laut melibatkan unsur KRI jajaran Koarmabar diantaranya KRI Silea – 858, KRI Kelabang - 826, KRI Krait - 827, KRI Tarihu-829 dan unsur terkait Sedangkan Angkatan Laut Singapura dan PCG melibatkan dua Kapal masing-masing RSS. Gallant-97 dan PCG Black Tip.
Dalam kegiatan tersebut juga dilaksanakan latihan Passage Exercise (Passex) antara unsur TNI Angkatan Laut dan unsur Angkatan Laut Singapura pada saat memasuki perairan Indonesia untuk menguji dan mengasah kemampuan personel masing-masing kapal perang dalam hal penguasaan alat komunikasi, manuver dan pertukaran informasi cuaca di laut. 

Sumber : Koarmabar

Analis : Tujuh Alasan Amerika Tidak Segera Menyerang Iran

JAKARTA-(IDB) : Adam Lowther, analis Pertahanan Amerika Serikat, mengemukakan tujuh alasan pertimbangan AS tidak menyerang Iran. Ini tujuh alasan dari anggota analis pertahanan AS di Universitas Angkatan Darat Amerika tersebut.

1. Iran punya kapabilitas militer yang mumpuni untuk menghadapi Amerika Serikat dalam beberapa dekade ini. Iran tidak seperti negara-negara bekas invasi AS, seperti Grenada, Panama, Somalia, Haiti, Bosnia, Serbia, Afganistan, atau Irak. Militer Iran jauh lebih kompeten dan memiliki kemampuan. Iran juga berpengalaman dalam mempelajari taktik dan strategi AS melalui pengamatannya selama perang Irak satu dekade ini.

Angkatan laut Iran punya keterampilan laut yang baik dalam pertempuran litoral dan mempunyai kemampuan untuk menutup Selat Hormuz untuk waktu yang cukup lama. Penutupan Selat Hormuz ini dapat menjadi posisi tawar yang tinggi atas diberlakukannya sanksi ekonomi terhadap Iran. Dampak paling signifikan atas penutupan Selat Hormuz adalah naiknya harga minyak dunia.

2. Tidak seperti Irak, Angkatan Darat Iran dan Korps Pengawal Revolusi Iran tidak akan meletakkan senjatanya pada serangan awal. Menurut Lowther, Iran banyak belajar dari Irak dan Afganistan tentang bagaimana mengalahkan AS. Iran tidak akan menyerah begitu saja pada serangan pertama dari AS.

3. Kementerian Intelejen Iran merupakan salah satu yang terbaik di dunia. Kementerian Iran terbukti dapat mengatasi kelompok-kelompok yang bersifat anti-Iran selama 3 tahun terakhir. Bahkan baru-baru ini Pengadilan Revolusioner Iran menjatuhi hukuman mati kepada seorang pria keturunan Iran-Amerika Serikat karena terbukti menjadi mata-mata CIA, dinas rahasia Amerika Serikat.

4. Gerakan Perlawanan Hizbullah kemungkinan besar dapat membantu perlawanan Iran terhadap AS. Menurut Lowther, Hizbullah dapat memainkan peranan penting bagi Iran untuk memberikan perlawanan bagi AS. Pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah, memperingatkan bahwa apa pun yang dilakukan Israel atau Amerika Serikat secara militer pada fasilitas nuklir Iran akan mengarah pada perang dengan melibatkan banyak pihak.

"Saya tidak mengancam, tapi setiap orang yang punya perasaan dapat melihat bahwa serangan Israel-AS terhadap Iran atau keterlibatan militer di Suriah akan mengarah pada perang regional," kata Nasrallah di selatan Beirut, November 2011.

5. Iran mempunyai kemampuan yang mengesankan dalam perkembangan dunia maya. Lowther menulis serangan terhadap infrastruktur nuklir Iran kemungkinan akan berlanjut. Peretas alias hacker Iran mungkin akan menargetkan data penting di sektor publik dan swasta, yang dapat mematikan sistem dan data.

6. Militer AS layak untuk beristirahat, terlebih setelah hampir satu dekade terus berperang.

7. Serangan AS atas Iran akan membawa AS ke dalam perang yang lebih besar. Akibatnya, sulit bagi AS melakukan istirahat dan perbaikan.

Pada akhirnya, Lowther menyarankan AS untuk menimbang kembali semua pilihan sebelum beralih kepada konflik militer.
Soalnya, sudah satu dekade ini AS berperang dengan Irak dan Afganistan. Joseph Stiglitz, peneliti AS, berpendapat, perang ini menjebak AS ke dalam krisis ekonomi dan terbenam dalam lilitan utang akibat biaya militer yang amat tinggi.

Sumber : Tempo

Cekaknya Anggaran Pengaruhi Optimalisasi Unsur TNI-AL

SURABAYA-(IDB) : Panglima Komando Armada RI Kawasan Timur Laksamana Muda TNI Ade Supandi mengatakan, keterbatasan kemampuan pemerintah dalam menyediakan anggaran pertahanan mempengaruhi upaya optimalisasi unsur TNI-AL.

"Krisis multidimensi yang belum sepenuhnya dapat diatasi telah berdampak pada terbatasnya kemampuan pemerintah dalam menyediakan alokasi anggaran pertahanan," katanya saat memimpin serah terima jabatan dua unsur pimpinan Koarmatim di Surabaya, Selasa.

Dua pejabat Koarmatim yang diganti masing-masing Komandan Gugus Tempur Laut Wilayah Timur (Guspurlatim) dari Laksamana Pertama TNI Sulaeman Banjar kepada Laksma TNI Arie Sudewo dan Komandan Satuan Kapal Eskorta dari Kolonel Laut (P) Dadi Hartanto kepada Kolonel Laut (P) Yudo Margono.

Laksma Sulaeman Banjar selanjutnya bertugas sebagai Iropslat Itjenal Mabesal, sedangkan Kolonel Dadi Hartanto menjalani pendidikan Sesko TNI.

Pangarmatim menegaskan, prajurit TNI AL tidak boleh menyerah dalam menyikapi terbatasnya anggaran pertahanan yang dimiliki.

"Semua itu harus dijawab dengan upaya kerja keras dan kerja cerdas melalui peningkatan profesionalisme dan inovasi, yang mengedepankan efisiensi dan efektivitas dengan mempertajam skala prioritas," ujarnya.

Menurut Ade Supandi, komitmen nasional yang menempatkan sektor kelautan sebagai salah satu andalan pembangunan nasional pada masa mendatang menuntut peran TNI AL dalam menjamin keamanan dan penegakan hukum di seluruh perairan yurisdiksi Indonesia.

Selepas memimpin sertijab, Pangarmatim bersama sejumlah petinggi Koarmatim meluncurkan buku khas prajurit TNI AL yang terdiri atas lima jilid (judul).

Kelima jilid buku itu adalah tugas dan tanggung jawab perwira pelaut di KRI (jilid I), pengetahuan dasar navigasi dan bahari (II), perwira peperangan (III), hukum (IV), dan terakhir buku tentang tradisi di lingkungan TNI AL (V).

Sumber : Antara

Terima Kasih Marinir...!!!!! Sisi Lain Dibalik Gaharnya Marinir Indonesia

BANYUWANGI-(IDB) : Rangkaian kegiatan latihan Brigrat Korps Marinir Tahun 2011 telah selesai dilaksanakan dan berjalan dengan sukses. Puncak dari seluruh rangkaian kegiatan latihan Brigrat tersebut ditandai dengan pendaratan pasukan Marinir di pantai Banongan, uji kekuatan alutsista yang dimiliki Korps Marinir serta upacara pengangkatan KSAD, KSAU dan Kapolri menjadi warga kehormatan Korps Marinir.
 ;/span>
Sehari sebelum rangkaian kegiatan latihan Brigrat dilakukan, Korps Marinir mengadakan acara selamatan demi kelancaran dan suksesnya semua kegiatan latihan serta dilanjutkan dengan pemberian santunan kepada anak yatim piatu di sekitar tempat latihan. 
Dalam acara tersebut Komandan Pasmar-1 Brigjen TNI (Mar) A. Faridz Washington melihat  seorang anak kecil ada benjolan di dahi seperti tumor, setelah dikonfirmasi ternyata dia seorang anak yatim yang bernama Maulana umur sekitar 6 tahun, putra dari pasangan Ibu Masinah dan (Alm) Bpk. Matrawi  warga Ds. Ranu Rejo Banyu Putih Situbondo. 
Maulana adalah seorang anak penderita Meningocele atau penyakit yang diakibatkan karena tulang kepala kurang menutup sehingga cairan otak bersarang di dahi yang membuat timbulnya benjolan sebesar kepalan tangan orang dewasa diwajahnya. 
Di balik kepolosan wajah anak tersebut tersirat ketegaran dan kekuatan yang luar biasa terhadap penyakit yang telah lama ia derita. Faktor ekonomi akibat ditinggal seorang Bapak yang mendahului menghadap sang Khalik membuat Maulana kecil tidak mendapat pengobatan yang memadai.
Dari pertemuan tersebut Danpasmar-1 melaporkan kepada Dankormar Mayjen (TNI) Mar M. Alfan Baharudin, selanjutnya Dankormar memerintahkan agar anak tersebut segera di bawa ke RSAL Dr. Ramelan Surabaya untuk mendapat pengobatan dengan terlebih dahulu meminta ijin kepada orang tuanya. Mendengar kabar tersebut Ibu Masinah merasa senang dan tidak bisa menahan air mata, serta mengijinkan anaknya dibawa ke Surabaya untuk diobati.  
Setelah dilakukan serangkaian pemeriksaan, pada tanggal 30 Desember 2011 Tim dokter dari RSAL Dr. Ramelan Surabaya melakukan operasi pengeluaran cairan yang bersarang di wajah Maulana. Setelah memakan waktu lebih kurang 4 jam, Tim dokter berhasil mengangkat benjolan yang  bersarang didahi Maulana.
Komandan Batalyon Kesehatan-1 Marinir Letkol Laut (K) Dr. Ariyo Sakso bintoro. Sp.U selaku Koordinator pada pengobatan Maulana mengatakan bersyukur atas keberhasilan dalam melakukan serangkaian operasi pengangkatan tersebut dan memuji kekuatan Maulana dalam menghadapi sakit yang ia derita.
Ibu Masinah saat di temui Penerangan Marinir mengatakan “Saya tidak menyangka dapat bantuan pengobatan buat anak saya dari Korps Marinir terutama dari Komandan Korps Marinir, dan saya mengucapkan banyak-banyak terima kasih kepada Komandan Korps Marinir yang telah membantu pengobatan ini”, ujar Ibu Masinah untuk mengungkapkan rasa syukur dan bahagianya karena putra tercintanya telah berhasil di operasi atas penyakit yang dideritanya. 
Ini seperti mimpi buat saya dan keluarga, mudah-mudahan Korps Marinir sukses selalu, serta ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada Komandan Korps Marinir Mayor Jenderal TNI (Mar) M. Alfan Baharudin atas biaya pengobatan  anak saya.”  Kata Ibu Masinah menambahkan.

Pengadaan Alutsista TNI Harus Sesuai Prosedur

JAKARTA-(IDB) : Kementerian Pertahanan menyatakan proses pengadaan 100 unit Main Battle Tank (MBT) Leopard dari Belanda, harus sesuai prosedur dan aturan yang berlaku.

"Kami sudah memiliki aturan, prosedur yang baku, sehingga semua pengadaan alat utama sistem senjata termasuk `Leoprad`, harus mengikuti," kata Sekjen Kementerian Pertahanan Eris Herryanto kepada ANTARA News, di Jakarta, Rabu.

Ia menjelaskan seluruh pengadaan alat utama sistem senjata harus merujuk pada kebutuhan pokok minimum (Minimum Essential Forces/MEF). Semisal untuk rencana strategis 2010-2014 telah ditetapkan alat utama sistem senjata apa saja, berapa banyak, dan dari mana pendanaannya diambil apakah pinjaman dalam negeri atau luar negeri.

"Proses tersebut melibatkan seluruh kementerian terkait, seperti Kemenkeu dan Bappenas, hingga akhirnya ditetapkan alokasi pinjaman pemerintah, dalam hal ini Renstra 2010-2014, dan baru proses pengadaan pun berjalan. Proses pengadaan awalnya dilakukan di masing-masing angkatan darat, laut dan udara dengan dibentuknya panitia awal pengadaan, proses pra-kualifikasi, pembukaan tender, dan jika lulus diajukan ke Mabes TNI dan Kemhan," ujarnya.

Eris menambahkan Kemhan akan menilai apakah seluruh proses pengadaan mulai dari awal di masing-masing angkatan hingga ke Mabes TNI sudah benar, dan apakah spesifikasi teknis dan operasional yang diajukan sesuai kebutuhan dan merujuk kepada MEF.

"Jika semua itu sudah dilalui, maka kita akan bentuk tim evaluasi pengadaan dengan mengundang pula perusahaan, produsen yang sudah diajukan angkatan dari hasil tim evaluasi pengadaan itu, baru kita ajukan ke Menhan untuk diputuskan, dan kemudian dituangkan dalam kontrak," ungkapnya.

Tentang adanya pihak-pihak yang menginginkan proyek pengadaan "Leopard" itu dengan mendekati komisi pertahanan dan lainnya, Eris mengatakan,"Ya silakan saja. Tetapi kan setiap pengadaan alat utama sistem senjata itu semua sudah ada aturan dan prosedurnya, dan harus merujuk pada MEF,".

TNI Angkatan D akan melengkapi sistem pertahanan dengan memborong arsenal dari lima pabrik di Eropa dan Amerika. Peralatan yang akan dibeli dengan dana APBN 2011 sebesar Rp 14 triliun itu dipastikan produk baru.

Alutsista yang akan dibeli tersebut, antara lain, main battle tank Leopard 2-A6 yang berbobot 62 ton. Indonesia akan membeli 100 unit tank yang sudah dipakai di 15 negara itu dengan harga per unit 280 juta dollar AS. TNI AD juga akan membeli multiple launch rocket system untuk kekuatan 2,5 batalion.

Untuk meriam 155 buatan Perancis dan helikopter serang darat AH-64 Apache buatan Boeing, Amerika Serikat, TNI AD juga mendapatkan harga khusus yang relatif murah. Khusus untuk delapan helikopter, Amerika Serikat memberikan diskon lima juta dollar AS sehingga harganya turun menjadi 25 juta dollar AS.

Sumber : Antara

KPK Diminta Pantau Proyek 100 Tank Bekas Belanda

JAKARTA-(IDB) : Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) diminta mencermati proyek pengadaan 100 unit tank Leopard A3 dari Belanda untuk TNI. Sebab, dikhawatirkan dalam proyek senilai  Rp 12 triliun ini ada unsur KKN (Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme) dan gratifikasi.

Indonesia Police Watch (IPW) yang juga Deklarator Pengawas KPK, mendapat informasi bahwa saat ini sejumlah pihak yang dekat dengan Cikeas sangat aktif melobi kalangan Komisi I DPR agar mendukung pembelian 100 tank tersebut. "Bahkan, sejumlah anggota Komisi I akan diboyong pihak pelobi ke Belanda pada akhir Januari ini, untuk melihat kondisi tank tersebut," kata Ketua*Presidium IPW, Neta S Pane, dalam siaran pers yang diterima Tribunnews.com, Rabu (11/1/2012).

Sebagaimana kritik sejumlah anggota Komisi I sebelumnya, bahwa penggunaan tank Leoparhd seharga 120 juta dolar AS per unit itu sangat tidak tepat untuk medan di Indonesia.

Menurut Neta, ada empat alasan pembelian tank tersebut harus ditolak. Keempat alasan itu, yakni tank Leopard 62 ton terbilang sangat berat, teknologi pada tank bekas itu jauh tertinggal karena buatan Jerman tahun 1980, biaya perawatan terlalu mahal, serta tank tersebut tidak cocok dengan kondisi alam Indonesia yang terdiri dari hutan, rawa-rawa, dan kepulauan (tank jenis Leoparhd hanya cocok untuk medan seperti di Eropa dan Afrika Utara).

Tragisnya lagi, lanjut Neta, ke 100 tank itu akan ditempatkan di kota-kota besar, seperti di Jakarta, Bandung, Surabaya, Makasar dan Medan. Sehingga dikhawatirkan tank ini akan digunakan untuk menghadapi aksi demo mahasiswa dan rakyat. "Padahal, yang dibutuhkan Indonesia saat ini adalah tank-tank taktis dan kecil untuk menjaga kawasan perbatasan," ujarnya.

Pada Desember 2011 lalu, parlemen Belanda juga telah menolak pemerintah mereka menjual tank Leopard, yang tak lagi dipakai, ke Indonesia, dengan alasan rekam jejak Indonesia dalam penegakan Hak Asasi Manusia (HAM) masih dipandang buruk. Belanda khawatir tank-tank bekas negaranya itu akan digunakan tentara Indonesia untuk menghadapi para demonstran.

"Untuk itu, KPK didesak mencermati proyek pengadaan 100 tank ini. Jangan sampai dana Alutsita TNI yang sangat terbatas sekarang ini disalahgunakan oknum-tertentu untuk membeli alat-alat militer yang tidak tepat guna dan mubazir. Komisi I DPR juga diimbau agar menolak pembelian tank tersebut," tandasnya.

Sumber : TribunNews

Pemerintah Aktif Lobi DPR Dalam Pengadaan Tank Leopard 2A6

JAKARTA - Meski menuai kritik di tanah air dan penolakan parlemen Belanda, saat ini sejumlah pihak yang dekat Presiden SBY secara diam-diam tengah agresif melobi Komisi I DPR RI agar mendukung pembelian 100 MBT (Main Battle Tank) jenis Leopard 2A6 dari pemerintah Belanda senilai Rp 12 triliun.
 
"(IPW) mendapat informasi, ada pihak-pihak tertentu yang dekat dengan Cikeas, saat ini sangat aktif melakukan lobi ke kalangan Komisi I DPR agar mendukung pembelian 100 tank tersebut," kata Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW), Neta S Pane, dalam siaran pers yang diterima Tribunnews.com, Rabu (11/1/2012).

Informasi yang diterima IPW juga menyebutkan, pihak pelobi tersebut akan memboyong sejumlah anggota Komisi I yang membidangi masalah pertahanan itu ke Belanda pada akhir Januari ini, untuk melihat kondisi tank yang diketahui bekas tentara Angkatan Darat negara kincir angin tersebut.

Sebagaimana kritik sejumlah anggota Komisi I sebelumnya, bahwa penggunaan tank Leopard seharga 120 juta dollar AS per unit itu sangat tidak tepat untuk medan di Indonesia.

Menurut Neta, ada empat alasan pembelian tank tersebut harus ditolak. Keempat alasan itu, yakni tank Leopard 62 ton terbilang sangat berat, teknologi pada tank bekas itu jauh tertinggal karena buatan Jerman tahun 1980, biaya perawatan terlalu mahal, serta tank tersebut tidak cocok dengan kondisi alam Indonesia yang terdiri dari hutan, rawa-rawa, dan kepulauan (tank jenis Leoparhd hanya cocok untuk medan seperti di Eropa dan Afrika Utara).

Tragisnya lagi, lanjut Neta, ke 100 tank itu akan ditempatkan di kota-kota besar, seperti di Jakarta, Bandung, Surabaya, Makasar dan Medan. Sehingga dikhawatirkan tank ini akan digunakan untuk menghadapi aksi demo mahasiswa dan rakyat. "Padahal, yang dibutuhkan Indonesia saat ini adalah tank-tank taktis dan kecil untuk menjaga kawasan perbatasan," ujarnya.

Pada Desember 2011 lalu, parlemen Belanda juga telah menolak pemerintah mereka menjual tank Leopard, yang tak lagi dipakai, ke Indonesia, dengan alasan rekam jejak Indonesia dalam penegakan Hak Asasi Manusia (HAM) masih dipandang buruk. Belanda khawatir tank-tank bekas negaranya itu akan digunakan tentara Indonesia untuk menghadapi para demonstran.

Sumber : TribunNews