Pages

Rabu, Juni 25, 2014

Myanmar Berencana Produksi Sendiri Pesawat Tempur JF-17 Thunder

JF-17 Thunder


MYANMAR-(IDB)Myanmar akan membeli pesawat tempur multiperan JF-17 Thunder buatan China-Pakistan untuk meningkatkan kekuatan tempur udaranya, menurut laporan media lokal Myanmar.
 

Menurut Burma Times, Myanmar juga berniat membeli lisensi untuk memproduksi sendiri pesawat tempur JF-17, yang disebut di China sebagai FC-1 Xiaolong. Jika laporan itu benar, maka akan menjadikan Myanmar sebagai satu-satunya negara pengimpor pesawat tempur ini. Saat ini, hanya Angkatan Udara Pakistan yang mengoperasikan JF-17 (54 unit termasuk 6 prototipe) dan dilaporkan Islamabad saat ini juga sedang dalam proses pengembangan untuk mengupgrade pesawat tempur tersebut.
 

Meskipun kebenaran laporan ini belum dikonfirmasi oleh pemerintah Myanmar, namun pembelian ini sangat masuk akal mengingat Myanmar sejak dulu dan saat ini banyak mengoperasikan pesawat buatan China. Sebut saja 21 pesawat serangan darat NAMC A-5C, 24 interseptor Chengdu F-7M Airguard, 6 pesawat latih Chengdu FT-7S Airguard dan 4 pesawat angkut medium Y-8. Negara Asia Tenggara ini juga membeli 11 UAV Sky 02A dari China, dan 24 unit lainnya dibangun sendiri oleh Myanmar dengan nama Yellow Cat A2.
 

Selain itu, Myanmar juga mengoperasikan 12 unit (30 lainnya dalam order) pesawat latih tempur Karakorum-8 (JiaoLian-8), yang juga diproduksi bersama oleh China dan Pakistan. Beberapa laporan menyebutkan bahwa kontrak pembelian untuk K-8 juga termasuk lisensi untuk memproduksi komponen di dalam negeri. Beberapa tahun lalu Myanmar juga dikabarkan mempertimbangkan pembelian JF-17 sebelum akhirnya memutuskan membeli pesawat tempur MiG-29 dari Rusia.
 

Laporan Burma Times mengatakan bahwa dalam beberapa tahun terakhir pesawat-pesawat Myanmar mengalami masalah serius terkait kurangnya pemeliharaan, suku cadang dan teknisi yang terlatih. Tony David, seorang analis dari Jane mengatakan bahwa minimnya pengalaman, kurangnya pemeliharaan dan minimnya koordinasi unit darat dan udara telah membatasi efektivitas operasional Angkatan Udara Myanmar. Jadi pembelian JF-17 beserta teknologinya akan masuk akal bagi Myanmar.


Selain untuk meningkatkan kekuatan tempur udaranya, analis menilai pembelian JF-17 juga akan membantu Myanmar menjaga paritas negara tetangga Bangladesh, yang mana kekuatan tempur udara Bangladesh akan meningkat dalam beberapa tahun mendatang dengan pembelian pesawat dari Rusia dan China. Bangladesh sebelumnya juga dilaporkan telah menolak penawaran JF-17.
 

JF-17 adalah pesawat tempur ringan bermesin tunggal yang dapat dipersenjatai dengan berbagai bom dan rudal termasuk rudal PL-5EII, PL-9C, PL-12 AAM, dan C-802A, bom (penggunaan umum), dan amunisi laser guided. Persenjataan standar yang melengkapi JF-17 adalah meriam GSH-23-2 23 mm dua laras atau kaliber 30 mm dari versi yang sama.
 

Perangkat avionik terdiri dari DEEC electronic warfare suite, NRIET KLJ-7 multi-mode fire control radar, night vision goggles yang kompatibel dengan kaca kokpit, helmet mounted sights (HMS) dan externally mounted pods seperti KG-300G self-protection radar jamming pod dan WMD-7 day/night targeting pod.
 

Mesin Rusia RD-93 memberikan JF-17 kecepatan maksimum hingga Mach 1,6, radius tempur hingga 1.352 km, jangkauan penerbangan feri sejauh 3.482 km dan service ceiling 16.920 m dengan bobot maksimum saat lepas landas 12.383 kg.

 

Laporan Burma Times tidak mengonfirmasi JF-17 apa yang akan dibeli oleh Myanmar, apakah Block I atau Block II, yang masing-masing seharga USD 20 juta dan USD 25 juta.
 

Jika jadi, pembelian Myanmar atas JF-17 ini akan menjadi keuntungan besar bagi China dan Pakistan. Kedua negara ini telah mencoba memasarkannya, tetapi hingga kini belum ada negara yang bersedia membelinya. Seperti laporan Artileri pada 2013 lalu, Pakistan mengatakan bahwa akan mulai mengekspor JF-17 pada tahun 2014. Perkiraan ekspornya adalah 5-7 unit dengan sasaran (telah terjadi penawaran dan dialog) kepada Sri Lanka, Kuwait, Qatar dan negara-negara sahabat lainnya.



Selain pesawat buatan China, Myanmar saat ini mengoperasikan 31 unit varian pesawat tempur MiG yang terdiri dari 20 MiG-29B, 6 MiG-29SE dan 5 MiG-29UB, 4 unit pesawat latih tempur Soko G-4 Super Galeb buatan Serbia, 26 pesawat latih dan pembom ringan Pilatus dari Swiss, 9 helikopter serang Mi-35 dan lebih dari 90 helikopter transportasi dan utilitas.
Sumber : Artileri

Australia Akan Bangun Lebih Dari 20 Kapal Patroli

Kapal patroli Kelas Armidale Australia

CANBERRA-(IDB) : Sementara Amerika Serikat memutar haluan ke Asia Timur untuk fokus pada China, Jepang dan duo Korea, Australia mengalihkan perhatiannya ke Pasifik. Bersama negara-negara di kawasannya, Australia fokus ingin menciptakan stabilitas dan keamanan maritim di kawasannya. Sebuah proyek pengadaaan kapal patroli baru pun digulirkan.



Australia merencanakan proyek pengadaan kapal patrol baru yang akan ditawarkan ke negara-negara regional sebagai bagian dari upaya kerjasama keamanan maritim. Proyek yang disebut sebagai "Pacific Patrol Boat Program" ini merupakan proyek tindak lanjut dari pengadaan serupa pada era 1980-1990-an. Hal ini disampaikan oleh Menteri Luar Negeri Julie Bishop dan Menteri Pertahanan David Johnston pada 17 Juni lalu.
 

"Pacific Patrol Boat Program merupakan pilar penting dari komitmen Australia untuk bekerjasama dengan mitra regional dalam mengaktifkan kerjasama keamanan kohesif pada pengawasan maritim, termasuk perlindungan perikanan dan kejahatan trans-nasional," kata Bishop dilansir Space War.
 

"(Departemen) Pertahanan akan mengganti armada kapal patroli semua anggota PBB (di kawasan) saat ini, plus satu tambahan anggota baru, Timor Leste (Timor Timur), yang telah diundang untuk turut serta dalam program, sebagai bukti kerjasama pertahanan Australia yang terus meningkat dengan negara itu," kata Johnston dalam sebuah pernyataan.
 

Australia memulai program Pacific Patrol Boat Program berdasarkan konvensi PBB tahun 1982 yang menetapkan 200 mil laut (ZEE) Zona Ekonomi Eksklusif untuk negara-negara dengan garis pantai laut. Pada tahun 1985-1997 Australia melalui Australian Shipbuilding Industries (ASI) membangun 22 kapal patroli Kelas Pasifik untuk disumbangkan ke negara-negara di Pasifik Selatan. Negara-negara yang menerima adalah Papua Nugini (4), Tonga (3), Federasi Mikronesia (3), Fiji (3), Kepulauan Solomon (2), Tuvalu (1), Kiribati (1), Samoa (1), Palau (1), Vanuatu (1), Republik Kepulauan Marshall (1), dan Kepulauan Cook (1).
 

Kapal patroli Kelas Pasifik memiliki panjang 31,5 m, lebar 8,1 m, draft 1,8 m, dan displacement penuh 162 ton. Dilengkapi dua mesin diesel Caterpillar 3516TA, yang memberikan daya 2.820 hp dengan dua poros baling-baling. Kecepatan maksimumnya 20 knot (37 km/jam) dan memiliki jangkauan maksimum 2.500 mil laut (4.600 km) pada kecepatan 12 knot (22 km/jam), dan mampu bertahan selama 10 hari di laut. Persenjataan yang diusungnya bervariasi tergantung operasi masing-masing negara; bisa menggunakan senjata GAM-BO1 20mm, senapan mesin 7,62 mm atau 12,7 mm dan tidak terpasang secara permanen. Untuk sistem pencarian, kapal ini menggunakan radar pencarian permukaan Furuno 1011 yang beroperasi di I band.
 

Tujuan Australia melalui program pengadaan kapal patroli baru ini adalah untuk menggantikan 22 kapal tersebut yang sudah memasuki masa pensiun. Disebutkan 20 lebih kapal pengganti akan dibuat namun jumlah dan alokasi dana yang tepat masih akan dibahas dengan negara-negara anggota, dan kapal itu sendiri akan dibangun di bawah tender yang kompetitif. Mengingat program saat ini terdiri dari 22 kapal, maka perhitungan akhir (ditambah Timor Leste) bisa mencapai hingga 25 kapal patroli. Perkiraan biaya pembangunan adalah USD 600 juta dan ditambah biaya pengoperasiannya selama 30 tahun sekitar USD 1,46 miliar.




Para menteri Australia mengatakan akan segera mengeluarkan tender untuk pengadaan kapal-kapal baru tersebut. Pelatihan dan pemeliharaan juga termasuk sebagai ketentuan kontrak yang akan dikeluarkan. Tidak disebutkan jenis kapal patroli apa yang akan dibangun Australia namun analis memperkirakan kapal patroli yang akan dibangun akan mirip dengan kapal patroli Kelas Armidale Angkatan Laut Australia atau Kelas Protector Angkatan Laut Selandia Baru.




Sumber : Artileri

Digandeng Rheinmetall, Pindad Bangun Pabrik Amunisi Leopard Untuk Asia

UNTERLUSS-(IDB) : Ada maksud strategis yang dilakukan pemerintah dalam pengadaan 180 unit tank Leopard dan Marder, produk Rheinmetall dari Jerman. Ternyata dalam pembelian tank berat ini pemerintah tidak hanya sekadar belanja, tapi juga bermaksud untuk pengembangan PT Pindad di masa yang akan datang.

Karena itu, dalam peninjauan ke pabrik Rheinmetall di Unterluss, Jerman, Wakil Menteri Pertahanan (Wamen) Sjafrie Sjamsoeddin mengajak serta Dirut PT Pindad Sudirman Said. Diharapkan, Sudirman Said yang baru dilantik awal Juni lalu itu bisa mendengar dan melihat bagaimana Rheinmetall memproduksi Leopard dan bisa segera merealisasikan kesepakatan kerjasama Rheinmetall dengan PT Pindad yang telah diteken sebelumnya.

"Kerjasama tidak hanya membeli senjata, tapi ada transfer teknologi untuk membangun kemampuan industri pertahanan dalam negeri," tegas Sjafrie dalam jumpa pers seusai penyerahan simbolis tank Leopard dan Marder tahap pertama di pabrik Rheinmetall, Unterluss, Senin (23/6/2014) sore.

Menurut Sjafrie, Rheinmetall bersama PT Pindad akan mengembangkan pabrik amunisi kaliber besar, sehingga amunisi Leopard yang memiliki canon 120 mm itu akan diproduksi di Indonesia. Bahkan, lanjut Sjafrie, nantinya PT Pindad akan menjadi pusat distribusi amunisi Leopard di seluruh Asia.

"Inilah yang menjadi target strategis dalam pengadaan alutsista kita. Kita tidak hanya membeli senjata, tapi juga menyerap sistem, sehingga kemandirian industri pertahanan itu bisa mendukung kemampuan pertahanan kita. Kita akan mandiri dan bebas dari kemungkinan-kemungkinan restriksi dari luar negeri," ujar dia.

Saat ditanya kapan realisasi PT Pindad membangun pabrik untuk amunisi Leopard, Sjafrie menyatakan MoU terkait kerjasama ini sudah ditandatangani. "Jadi nanti secara bertahap akan dilangsungkan kegiatan Dirut Pindad dan Rheinmetall," kata Sjafrie.

Dari kerjasama dengan Rheinmetall, diharapkan kualitas teknik dari industri pertahanan dalam negeri Indonesia juga akan semakin bertambah baik. "Kalau nanti Indonesia bisa menjadi pasar di Asia, kita bisa menjadi regional power di dalam market industri pertahanan. Ini yang kita jalankan," tegas dia.

Local Content Untuk Leopard

Dalam pembuatan Leopard yang dipesan Indonesia, PT Pindad yang selama ini sudah berpengalaman dalam membuat tank dan panser Anoa, juga akan dilibatkan dalam pemasangan beberapa bagian, termasuk dalam sistem pendingin dan sistem komunikasi. Pelibatan ini merupakan bagian dari upaya mencari nilai tambah keuntungan untuk Indonesia dan transfer teknologi.

"Jadi, bagian-bagian yang belum dipasang di Jerman, akan dilaksanakan di PT Pindad, terkait local content-nya. Kalau kita beli persenjataan, kita harus pikirkan bagaimana industri pertahanan dalam negeri dapat nilai tambah. Nah salah satu nilai tambah itu adalah kegiatan-kegiatan teknik yang belum selesai di sini akan dilakukan di PT Pindad. Kita tidak keluarkan biaya, karena itu bagian dari kontrak," ujar Sjafrie.



Sumber : Detik

Leopard Merusak Jalan..?? Direktur Rheinmetall : Oh, Tidak...!!!

UNTERLUSS-(IDB) : Anggapan bahwa tank Leopard yang berbobot 62 ton akan merusak kondisi jalan dan jembatan ditepis oleh Managing Director Rheinmetall Landsysteme, Harald Westerman. Dengan teknologi, beban 62 ton akan dibagi dalam banyak titik, sehingga beban per 1 cm persegi hanya 0,69 Kg.
 

"Beban ini lebih ringan dibanding beban sepatu hak tinggi yang dipakai seorang perempuan," kata Harald Westerman memberikan perbandingan serius terkait beban tanka Leopard. Penjelasan ini disampaikan Westerman seusai penyerahan simbolis tank Leopard dan Marder tahap pertama di pabrik Rheinmetall, Unterluss, Jerman, Senin (23/6/2014) sore.
 

Pembagian beban Leopard yang hanya 0,69 kg per 1 cm persegi terjadi karena Leopard menggunakan roda rantai yang bisa membagi beban dalam banyak titik. Beban per cm persegi ini akan semakin berkurang tatkala Leopard dalam keadaan bergerak. Semakin Leopard bergerak lebih cepat, maka beban terhadap permukaan akan semakin kecil.
 

Karena itu, Westerman membantah keras anggapan bahwa Leopard tidak cocok digunakan di Indonesia karena bisa merusak jalan raya dan jembatan sebagaimana yang disampaikan capres nomor 2 Joko Widodo (Jokowi) dalam debat Capres pada Minggu (22/6/2014). 

Menurut dia, tank Leopard cocok digunakan di berbagai medan, termasuk di Indonesia. Leopard tidak akan membuat jalan beraspal maupun tanah ambles. "Hanya di rawa saja Leopard tidak bisa digunakan," kata dia bersama Dirut PT Pindad Sudirman Said mendapat kesempatan menjajal tank Leopard di lahan uji coba di pabrik Rheinmetall sekitar 20 menit. 

Leopard dipacu dengan kecepatan rendah kemudian meninggi sekitar 60 KM/jam di jalan berpaving blok, jalan tanah, jalan beraspal dan jalan berumput. Leopard juga bermanuver di jalan agak meninggi dan menurun. Di semua permukaan jalan itu, Leopard tidak merusak jalan berpaving blok dan aspal. Leopard juga tidak ambles di jalan tanah maupun jalan berumput.
 

Pemantauan detikcom, roda rantai Leopard juga dilapisi bantalan karet, sehingga yang bergesekan dengan permukaan jalan adalah bantalan karet, bukan baja. Bantalan karet di roda berantai ini juga yang mengakibatkan jalan permukaan keras aman-aman saja.
 

Sebelumnya Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin menegaskan bahwa Leopard merupakan tank berat yang sangat dibutuhkan dalam sistem pertahanan Indonesia. "Leopard sangat penting untuk operasi militer perang," kata Sjafrie.
 

Dia menjelaskan pengadaan alutsista yang diputuskan pemerintah sudah mempertimbangkan dua misi operasi TNI dalam pertahanan, yaitu operasi militer perang dan operasi militer nonperang. Pengadaan pesawat tempur F-16 untuk TNI AU dan kapal selam untuk TNI AL juga bertujuan untuk operasi militer perang.




Sumber : Detik

Menhan Bantah Argumentasi Jokowi Soal Tank Leopard

JAKARTA-(IDB) : Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro tidak sependapat dengan argumentasi calon presiden Joko Widodo soal tank Leopard. Purnomo mengatakan Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat sudah melakukan uji coba penggunaan tank Leopard di Indonesia. "Sudah dilakukan pengujian," kata Purnomo di Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa, 24 Juni 2014.

Sebelumnya, saat debat calon presiden pada Ahad lalu, 22 Juni 2014, Jokowi mengangkat isu pembelian tank Leopard. Jokowi menyatakan main battle tank jenis Leopard bisa merusak jalan dan jembatan lantaran bobotnya yang sangat berat, mencapai 62 ton. Dia menilai Leopard tak cocok digunakan di Indonesia.

Purnomo mengatakan dua Leopard yang kini ditempatkan di Divisi II Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat di Situbondo, Jawa Timur, sudah diuji coba melalui jalan darat dari Surabaya hingga Situbondo. "Mereka jalan di jalan biasa tidak ada masalah," ujar Purnomo.

Begitu juga, kata Purnomo, ketika tank berbobot sekitar 60 ton itu melewati jembatan. "Jadi sudah terbukti dan sudah diuji. Tidak ada masalah," ucap bekas Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral ini.

Purnomo mengatakan keberadaan Leopard dibutuhkan untuk melengkapi sejumlah tank milik Indonesia, yang didominasi light battle tank. Apalagi, dia melanjutkan, negara-negara tetangga Indonesia juga telah memiliki main battle tank.

"Kita satu-satunya negara yang tidak punya main battle tank. Tapi sekarang punya."




Sumber : Tempo

Rusia Siap Bantu Indonesia Kembangkan Drone

JAKARTA-(IDB) : Isu pesawat nirawak untuk pertahanan Indonesia mencuat dalam debat calon presiden (Capres) Indonesia Minggu malam lalu. Dari isu itu, Rusia siap merangkul Indonesia untuk bekerjasama mengembangkan drone yang bisa digunakan untuk memantau wilayah maritim Indonesia.

Kesiapan Rusia untuk bekerjasama dengan Indonesia dalam mengembangkan drone disampaikan Duta Besar Rusia untuk Indonesia, Mikhail Y Galuzin. Menurutnya, Rusia dan Indonesia sudah lama bekerjasama dalam bidang alutista. Siapa pun presiden Indonesia yang terpilih nanti, dia harapkan untuk melanjutkan kerjasama alutsista dengan Rusia.

"Jika kami (Rusia) mendapatkan proposal dari Indonesia untuk bekerjasama dalam hal pengembangan drone, tentu saja kami akan sangat senang untuk bekerjasama,” ucap Galuzin, saat ditemui Sindonews, Selasa (24/6/2014).

Galuzin mengakui Rusia memiliki beberapa drone.Tapi, menurut dia penggunaan drone sangat jarang dilakukan oleh Rusia. Dia menyatakan Rusia hanya menggunakan drone di saat-saat penting, yang memang mengharuskan pemerintah untuk menerjunkan pesawat tanpa awak itu.

Isu drone untuk memantau wilayah maritim mencuat, ketika kedua Capres Indonesia, yakni Prabowo Subianto dan Joko Widodo menyampaikan visi misi dan adu argumen tentang alutsista Indonesia. Joko Widodo memunculkan isu drone untuk memantau dan melindungi wilayah maritim Indonesia.




Sumber : Sindo

Rusia Ajak Indonesia Masuk Ke Pasar Eropa Timur

JAKARTA-(IDB) : Rusia berencana mengajak Indonesia untuk bergabung dalam kerja sama ekonomi di Eropa Timur. Kerja sama kedua negara dinilai akan memberikan manfaat yang besar.

"Ini akan menjadi sebuah kerja sama yang baik bagi Indonesia dan Rusia dalam sebuah komunitas ekonomi yang besar,” tutur Duta Besar Rusia untuk Indonesia Mikhail Y Galuzin dalam konferensi pers di kediaman dinasnya, Jakarta, Selasa (24/6/2014).

Belarusia dan Kazakhstan juga merupakan negara yang sudah bergabung dalam komunitas ekonomi tersebut. Seperti diketahui Indonesia sempat menjauh dari pasar Eropa Timur karena menganggap pasar di kawasan itu sudah menjadi pasar non-tradisional.

Galuzin memang mengakui Rusia tidak memiliki pasar tradisional tetapi dirinya mengatakan bahwa sejumlah negara yang menjadi partner mereka masih memiliki pasar tradisional tersebut. Sehingga dengan begitu Indonesia tetap bisa melakukan kerja sama dengan Rusia dan sejumlah partnernya.

Saat ini Rusia sudah melakukan banyak komunikasi untuk meningkatkan kerja sama tersebut dengan Indonesia. Sekadar informasi hubungan Indonesia dan Rusia memang lebih besar dalam bilateral pertahanan.

Harapan Pada Presiden Baru Indonesia

Duta Besar Rusia, Mikhail Y Galuzin menaruh harapan kepada calon pemimpin baru Indonesia. Hal tersebut dia sampaikan mengingat Indonesia akan menyelenggarakan pemilihan presiden (Pilpres) pada 9 Juli 2014.

“Saya berharap ke depannya akan tetap ada kelanjutan hubungan positif antara Indonesia dan Rusia,” ujar Galuzin dalam konferensi pers di kediaman dinasnya, Selasa (24/6/2014).

Galuzin mengakui, dirinya juga mengikuti debat kandidat yang dilakukan oleh dua calon presiden dan wakil presiden Indonesia selama ini. Namun, ketika dirinya menolak untuk menjelaskan pandangannya terhadap kedua calon tersebut.

Segala harapan dari tiap negara kerap muncul dalam momen pergantian presiden dalam sebuah negara. Mengingat setiap perubahan pemimpin negara pasti berdampak kepada sebuah kebijakannya.

Selama ini hubungan bilateral antara Indonesia dan Rusia lebih difokuskan kepada sektor pertahanan. Untuk meningkatkan hubungan tersebut Rusia pun mengajak Indonesia untuk bergabung ke dalam pasar ekonomi Eropa Timur. Mengingat Indonesia sempat menjauhi pasar kawasan tersebut karena pasar Eropa Timur sudah dianggap non-tradisonal.



Sumber : Sindo

Pengamat : Sengketa LCS, Jangan Masuk Perangkap Tiongkok

JAKARTA-(IDB) : Sikap Prabowo Subianto atas konflik Laut China Selatan dinilai berbahaya. Sebab, dengan mengakui kabupaten Natuna masuk dalam nine dotted line (sembilan garis putus-putus) buatan Tiongkok, Prabowo telah masuk dalam perangkap untuk melakukan negosiasi wilayah Indonesia.

"Posisi prabowo justru bahaya, karena masuk perangkap yang akan membuka celah untuk lakukan negosiasi wilayah," kata pengamat Militer dari Universitas Indonesia, Andi Widjajanto, di Media Center Jokowi-JK, di Jalan Cemara, Jakarta, Selasa (24/6).

Dengan melakukan negosiasi wilayah, berarti Indonesia mengakui adanya wilayah Tiongkok yang masuk dalam wilayah Indonesia. Bisa jadi, Indonesia kehilangan wilayahnya. Padahal, batas-batas wilayah Indonesia sudah pasti dan jelas. "Posisi Indonesia sampai hari ini, tidak punya sengketa wilayah dengan negara manapun," kata Andi.

Dia menegaskan, Prabowo telah masuk dalam jebakan nine dotted line buatan Tiongkok. Sebaliknya, sikap Jokowi dinilai Andi sudah tepat. Sebab Indonesia bukan claimant state, negara yang ikut berseteru, di Laut China Selatan, dan tidak mengakui nine dotted line yang dibuat Tiongkok.

Hal ini, sejalan dengan sikap pemerintah SBY, dimana Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa menyatakan bahwa Indonesia bukan termasuk negara yang berseteru dan mengakui nine dotted line.

Pada Maret 2014 lalu, Marty juga membantah Indonesia bersengketa dengan Tiongkok terkait Natuna. Sebaliknya, Tiongkok dan Indonesia menjalin kerjasama erat, diantaranya kerjasama kelautan melalui Maritime Forum.

Pengamat Ekonomi Pertahanan Universitas Indonesia, Posma Sariguna JK Hutasoit menambahkan, Indonesia tak seharusnya ikut campur dalam konflik yang dimainkan oleh bangsa asing. Apalagi, saat ini terjadi rivalitas baik dalam perekonomian dan pertahanan antara Amerika dan Tiongkok. "Jokowi tidak ingin terperangkap dan terpengaruh dengan hal tersebut dengan tetap mengedepankan penjagaan seluruh wilayah NKRI," kata Posma.




Sumber : Jurnas

TNI Dan USPACOM Gelar Latma Penanggulangan Bencana Alam

JAKARTA-(IDB) : Perwira Sahli Tk-II Kawasan Eropa & AS Sahli Bidang Hubungan Internasional Panglima TNI, Brigjen TNI Endang Sodik, M.B.A. didampingi Brigadir General Wiliam Saymour Deputy J3 (USPACOM) membuka secara resmi Latihan Bersama (Latma) Table Top Exercise Penanggulangan Bencana Alam Gema Bhakti 2014 antara TNI dengan USPACOM (United states Pacific Command) di Hotel Ritz Carlton Mega Kuningan.

Latihan yang mengambil tema “Satuan Tugas TNI Siap Melaksanakan Latihan Penanggulangan Bencana Alam Dalam Rangka Operasi Bantuan Kemanusiaan dan Penanggulangan Bencana Alam Internasional”, diikuti oleh 138 orang terdiri dari 86 orang unsur TNI dan 52 orang USPACOM dilaksanakan selama 5 hari dari mulai tanggal 23 s.d. 27 Juni 2014.


Tujuan latihan ini adalah untuk memberikan pembekalan pengetahuan tentang latihan Table Top Exercise Penanggulangan Bencana Alam Gema Bhakti 2014 dan meningkatkan pemahaman prajurit TNI dalam prosedur dan mekanisme penanggulangan bencana dengan melibatkan batuan internaional.


Brigjen TNI Endang Sodik, M.B.A. dalam sambutannya mengatakan, keberhasilan pelaksanaan kegiatan operasi penanggulangan bencana Gunung Merapi beberapa waktu lalu di Jawa Tengah dan Jogjakarta, pelaku misi bantuan kemanusiaan/penanganan bencana di jajaran TNI dan institusi terkait lainnya semakin baik dari waktu ke waktu.


“Berbagi pengalaman pada berbagai misi bantuan kemanusiaan/penanganan bencana, maupun di berbagai latihan kesiapsiagaan yang diikuti, semakin membuka wawasan kita akan arti pentingnya koordinasi”, ujar Brigjen Endang Sodik.


foto-tengah Sementara itu, kurangnya koordinasi sipil dengan militer, militer dengan militer luar negeri maupun dengan instansi terkait lainnya, adalah hal yang kerap terjadi dalam misi penanganan bencana. Karena itu, diharapkan kegiatan TTX Gema Bhakti 2014 ini dapat menjadi wahana membangun rasa saling percaya, saling berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan tetap menghormati aturan masing-masing yang akan membawa kepada pencapaian tujuan bersama, yaitu semakin solidnya koordinasi diantara pelaku misi bantuan kemanusiaan/penanganan bencana.


“Kita semua berharap bahwa kegiatan ini akan menumbuhkan kepercayaan diantara pelaku, baik sipil maupun TNI dan USPACOM pada pelaksanaan misi bantuan kemanusiaan/penanganan bencana, sehingga koordinasi di lapangan nantinya akan mempermudah dan memperlancar pelaksanaan pada misi penanganan bencana”, kata Brigjen TNI Sodik.

Adapun sasaran dari latihan ini adalah terwujudnya sinergitas kerjasama dari seluruh pemangku kepentingan tingkat internasional, nasional dan daerah dalam kegiatan penanggulangan bencana alam pada skala nasional; terwujudnya mekanisme koordinasi kerjasama unsur militer dalam satu komando tanggap darurat bencana tingkat nasional; dan terwujudnya mekanisme operasional yang melibatkan bantuan militer internasional dalam kegiatan penanggulangan bencana




Sumber : Poskota

DPRD Balikpapan Anggarkan 2 M Untuk Bangun DED TNI AL

BALIKPAPAN-(IDB) : Rencana pembangunan Dermaga Pangkalan TNI Angkatan Laut (AL) di pesisir pantai Balikpapan bukan sebatas wacana. Tahun ini, DPRD bakal mengalokasikan Rp 1,5-2 miliar dalam APBD Perubahan untuk penyusunan Detail Engineering Design (DED) proyek di pantai belakang Banua Patra tersebut.


Demikian disampaikan Ketua Komisi III DPRD Balikpapan Abdulloh di sela-sela diskusi publik tentang kajian kedalaman laut pembangunan dermaga AL di Hotel Grand Tiga Mustika, kemarin (23/6). “DED segera dibuat setelah itu baru kita akan tahu berapa kebutuhan anggaran untuk pekerjaan fisik. Perkiraan sekitar Rp 80 miliar,” terangnya.


Senada, Ketua DPRD Andi Burhanuddin Solong (ABS) menilai pembangunan dermaga AL di Balikpapan merupakan kebutuhan prioritas yang tidak dapat dihambat oleh siapa pun. Menjaga pertahanan dan keamanan laut, katanya, merupakan instrumen yang diatur dalam UUD yang saling terkait antara UU nomor  3 tahun  2002 tentang   Ketahanan Negara, UU TNI nomor 34 tahun 2004, UU yang mengatur fungsi negara termasuk UU Pemanfaatan daerah pesisir dan pantai.


“Bahwa membangun pertahanan dan keamanan negara menjadi prioritas dan siapa pun harus tunduk pada kepentingan nasional karena ini menyangkut pertahanan negara,” tegas ABS setelah membuka diskusi publik tersebut.


Ia tidak mempersoalkan pembangunan lain seperti Pertamina dan Pelindo yang akan mengembangkan pelabuhan di sekitar lokasi yang bersinggung dengan pembangunan dermaga AL.   

“Kita lihat saja, itu kan perlu analisis. Tapi yang jelas poin utama dalam UU 2 tahun 2012 adalah Pertahanan dan Keamanan menjadi prioritas,” tambahnya.


Perwakilan Tim Ahli Geomatika dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya Khomsin menyampaikan Balikpapan memang sangat strategis untuk pembangunan dermaga AL. Kondisinya yang berdekatan dengan Pelabuhan Semayang tidak menjadi masalah. Ia membandingkan dengan dermaga AL di Surabaya yang berdampingan dengan Tanjung Priok sehingga jauh lebih ramai.


Ia menyebut Selat Makassar juga jauh lebih lebar dibanding dengan Selat Madura. Berdasarkan perbandingan itu, sangat layak dibangun dermaga AL di Balikpapan. Hanya, berdasarkan kajian, untuk mendapatkan kedalaman 10 meter dari muka air surut terendah, perlu jarak 350-500 meter menjorok ke arah laut dari bibir pantai.

“ Ini tidak menjadi masalah. Hanya teknologinya nanti apakah mau reklamasi (pengurukan) atau dibangun travel memanjang ke laut. Lima ratus meter itu tidak terlalu jauh,” pungkasnya. Tim dari ITS terdiri dari empat tenaga ahli dan enam petugas lapangan. Mereka melakukan survei lapangan selama tiga bulan di lokasi dengan luasan 1x1 km. 




Sumber : Kaltimpost