Jumat, Februari 08, 2013
33
T-50i pesanan Indonesia
ARC-(IDB) : Perjalanan panjang dalam menentukan pesawat pengganti Hawk Mk-53 yang sudah memasuki masa pensiun bagi TNI AU sendiri merupakan masa yang sangat melelahkan. 

Batapa tidak, apabila untuk urusan pesawat tempur dan pencegat keputusannya relative lebih cepat difinalisasi, tidak demikian halnya bagi kandidat pesawat latih lanjut TNI AU. 

Hal ini juga memberikan suatu tekanan psikologis bagi para penerbang maupun awak teknisi Skadron Udara 15, karena praktis mereka harus menunggu kepastian pengganti Hawk Mk-53 yang secara kesiapan sudah menurun dan kondisinya dibawah standar. 

Dari delapan unit yang ada hanya 2 unit yang laik terbang. Padahal di pundak Skadron Udara 15 terletak beban untuk mencetak para pilot pesawat tempur TNI AU. Dampak dari embargo suku cadang oleh Inggris dan juga utilisasi pesawat yang sangat tinggi merupakan salah satu faktor penyebabnya.


Embargo yang diberlakukan kepada Indonesia dengan alasan kejahatan kemanusiaan di Timor Timur paska referendum pada tahun 1999 oleh Amerika dan sekutunya, tak terkecuali Inggris sebagai sekutu utama Amerika dan sebagai produsen pesawat Hawk Mk-53 dan Hawk 109/200, memiliki andil utama dalam menurunnya kesiapan dan kesiagaan asset udara TNI AU. Bagi TNI AU dampak yang dirasakan langsung adalah embargo terhadap suku cadang seluruh pesawat tempur buatan BAe Inggris ini. 

Sementara disisi lain  pesawat hawk Mk-53 sebagai pesawat advanced jet trainer bagi para calon penerbang tempur TNI AU tetap dituntut agar terus mampu mencetak penerbang-penerbang tempur handal, memiliki skill yang tinggi dan ketrampilan yang terlatih dengan kesiapan terbang yang tinggi bagi para penerbangnya,  meskipun dengan jumlah pesawat yang minim. Selain itu diharapkan regenerasi para penerbang tempur tetap dapat berjalan dengan baik. Tuntutan profesionalisme dengan modal dan sarana pendukung yang serba terbatas pada waktu itu merupakan masa-masa sulit bagi TNI AU.

Akan tetapi dimasa sulit tersebut cobaan demi cobaan terus mendera silih berganti, satu persatu paska embargo terjadi sejumlah incident ataupun accident. Beberapa pesawat yang dioperasikan TNI AU jatuh ketika melaksanakan tugas rutin maupun latihan, seolah-olah menunjukan bahwa sehebat apapun pesawat yang kita miliki tidak akan bisa berbuat apa-apa tanpa adanya perawatan yang memadai dan pasokan suku cadang yang lengkap dari produsen pesawat. 

Meskipun dalam beberapa insiden kecelakaan tidak seluruhnya akibat dari kesalahan atau masalah teknis pesawat itu sendiri, namun demikian secara moril sebagai manusia biasa tentunya ada rasa cemas ketika terbang dengan pesawat yang memiliki keterbatasan baik dalam segi perawatan rutin maupun suku cadang. Pasca embargo tahun 1999 insiden diawali dengan jatuhnya pesawat Hawk Mk-53 pada 28 Maret 2000 di Lanud Iswahyudi Madiun. Menyusul pada Juli 2000 pesawat A-4 Skyhawk jatuh saat melaksanakan patrol rutin di Sulawesi Selatan, kemudian pada tanggal 21 November 2000 kecelakaan kembali terjadi dan menimpa pesawat Hawk yang jatuh di Pontianak.

Pada tanggal 28 Maret 2002 cobaan dan pukulan berat kembali harus dialami oleh TNI AU khusunya Skadron Udara 15 ketika 2 pesawat Hawk Mk-53 yang sedang melakukan sesi latihan Aerobatik Jupiter Blue bersenggolan di udara pada ketinggian sekitar 2000 kaki dan jatuh masih di kawasan Lanud Iswahyudi Madiun. Pada awalnya ketiga pesawat Hawk Mk-53 sedang melakukan manuver Victory Loop yaitu manuver ke delapan dari sebelas manuver yang rencananya akan dipertunjukan pada acara Open Day yang akan digelar pada 30 Maret 2002 di Lanud Iswahyudi. 

Sayangnya belum juga manuver tersebut selesai dilakukan petaka terjadi. Sehebat apapun pesawat dan penerbang tidak ada satupun yang bisa melawan takdir Tuhan. Akibat dari musibah tersebut 4 penerbang gugur, yaitu ; Kapten (Pnb.) Andis “Lavy” Solikhin Machmud (35) dan Kapten (Pnb.) Weko Nartomo Soewarno (33), awak Hawk nomor ekor TT 5310; Mayor (Pnb.) Syahbudin “Wivern” Nur Hutasuhut (35) dan Kapten (Pnb.) Masrial (33), awak Hawk nomor ekor TT 5311. Merupakan kehilangan besar bagi Skadron Udara 15, terlebih kehilangan penerbang-penerbang terbaiknya yang tidak terukur nilainya. Acara Open Day dibatalkan dan demi menghormati para penerbang yang gugur Lanud Iswahyudi mengibarkan bendera setengah tiang.

Peristiwa demi peristiwa getir yang dialami TNI AU khususnya Skadron Udara 15 tidak mematahkan semangat mereka. Perbaikan dan pembenahan terus dilakukan bahkan wacana penggantian pesawat Hawk Mk-53 terus bergulir dengan dilakukannya kajian-kajian terhadap calon pesawat pengganti oleh pihak TNI AU sendiri dalam hal ini selaku user dan Departemen Pertahanan (Dephan).

Angin Segar itu Berhembus

Tekad TNI AU untuk memensiunkan pesawat Hawk Mk-53 dan diganti dengan pesawat baru sudah bulat, hal tersebut tertuang dalam rencana strategis (Renstra) 2005-2009 Mabes TNI AU yang berencana melakukan penggantian sejumlah alutsistanya, seperti OV-10 Bronco, F-5 Tiger, pesawat angkut Fokker-27, Helicopter  Sikorsky dan tentunya Hawk Mk-53. Angin segar pun berhembus ketika KSAU Marsekal Herman Prayitno pada waktu itu, bertemu langsung dengan Dubes Ceko untuk Indonesia Pevel Rezac di Mabes TNI AU Cilangkap Jakarta pada awal November 2007. Hal tersebut terkait dengan pihak TNI AU yang mengajukan pengadaan pesawat tempur latih Aero L-159 ALCA buatan Republik Ceko sebagai pengganti Hawk Mk-53.  Secara umum kunjungan Rezac bertujuan untuk menindaklanjuti kesepakatan kerjasama pertahanan antara RI dan Rep. Ceko yang telah ditandatangani pada tahun 2006, selain itu dibahas pula kemungkinan pembelian Aero L-159 ALCA oleh TNI AU.

Pada waktu itu keinginan TNI AU memilih Aero L-159 ALCA sebagai pengganti Mk-53 bukan suatu pilihan yang tanpa pertimbangan, sebab pesawat tempur latih buatan Aero Ceko ini memadukan tekhnologi barat dan timur dan dianggap cocok sebagai pesawat tempur latih yang diperuntukkan bagi calon penerbang-penerbang tempur TNI AU. Terlebih lagi saat ini TNI AU mengoperasikan pesawat tempur yang menggunakan teknologi barat dan timur, yaitu untuk blok Barat sendiri terdapat pesawat tempur  F-16, Hawk 100/200, Hawk Mk-53 dan F-5, sedangkan untuk blok Timur TNI AU mengoperasikan pesawat tempur Su-27 dan Su-30.

Proses rencana penggantian pesawat Hawk Mk-53 terus bergulir dan sederet jenis pesawat pengganti Hawk Mk-53 pun mulai bermunculan diantaranya Alenia Aermacchi M-346, Yakovlev Yak 130 buatan Rusia, FTC2000 buatan China, Aero L-159 buatan Ceko, T-50 Golden Eagle buatan Korea Selatan dan deretan nama-nama lain yang dijadikan pertimbangan TNI AU sebagai bahan kajian. Namun sampai dengan pergantian KSAU dari Marsekal Herman Prayitno kepada Marsekal Subandrio yang dilantik sebagai KSAU pada 28 Desember 2007 pesawat yang dipilih sebagai pengganti Hawk Mk-53 belum juga diputuskan. Pada masa jabatan KSAU Soebandrio proses kajian pembelian pesawat pengganti Hawk Mk-53 terus berlangsung,  namun sampai dengan jabatan beliau selaku KSAU diserah terimakan kepada pejabat KSAU baru yakni Marsekal Imam Sufaat yang resmi menjabat sebagai KSAU pada 12 November 2009 keputusan pengganti Hawk Mk-53 masih juga belum jelas.

Disela-sela suatu acara di Lanud Halim Perdana Kusuma pada Rabu (7/4/2010), KSAU Marsekal Imam Sufaat mengatakan bahwa TNI AU telah menyeleksi empat jenis pesawat sebagai pengganti Hawk Mk-53 dan keempatnya akan memasuki seleksi akhir sebelum penentuan final.  Keempat tipe pesawat yang lolos ke seleksi tahap akhir adalah Yakovlev Yak 130 buatan Rusia, FTC2000 buatan China, Aero L-159 buatan Ceko dan yang terakhir tentu saja T-50 Golden Eagle buatan Korea Selatan. Masih dikesempatan yang sama, saat itu KSAU juga berharap pada akhir bulan sudah bisa ditentukan mana yang lebih dibutuhkan dari keeempat jenis pesawat tersebut. Angin segar kembali berhembus seolah membawa harapan baru bagi TNI AU khsususnya Skadron 15 untuk segera mendapatkan pengganti bagi Hawk Mk-53.

Mencari yang Terbaik

Yakovlev Yak 130 merupakan pesawat jet latih subsonik buatan Rusia yang mulai terbang perdana pada 26 April 1996, Yak 130 sendiri mempunyai 2 varian yakni advanced trainer dan light attack atau pesawat tempur ringan dimana perbedaan varian tersebut terlihat jelas pada seater atau tempat duduk,  untuk varian Advanced Trainer pesawat dilengkapi dengan double seater/tempat duduk ganda, sedangkan untuk varian Light Attack hanya terdapat single seater/tempat duduk tunggal.

Varian light attack memiliki bentuk hidung lebih pipih untuk menambah bidang pandang bagi pilot saat menukik untuk melepaskan roket atau bom. Namun demikian untuk varian Advanced Trainer apabila suwaktu-waktu dibutuhkan juga dapat berperan sebagai pesawat Light Attack.  Saat ini tercatat Angkatan Udara Rusia sendiri mengoperasikan beberapa pesawat Yak 130, Angkatan Udara Algeria dan Angakatan Udara Belarusia.
Yak-130

Opsi berikutnya adalah pesawat L-159 buatan Rep. Ceko, sama halnya Yak-130 pesawat ini juga dibuat dalam dua versi yaitu versi trainer dengan tempat duduk ganda dan versi LCA (Light Combat Aircraft) dengan tempat duduk tunggal.  

Menengok ke dalam ruang kokpit terdapat dua layar tampilan serta HUD (Head Up Display) yang mendominasi panel kokpit. Pesawat ini juga dilengkapi dengan radar Grifo L keluaran pabrikan FIAR, Italia. Alat pengendus berkemampuan multi misi ini dapat menandai delapan belas sasaran sekaligus yaitu delapan sasaran di udara dan sepuluh sasaran di darat, kemudian kelengkapan lain adalah Radar Warning Receiver (RWR) Sky Guardian-200 buatan GEC-Marconi yaitu perangkat yang berfungsi sebagai penangkap gelombang radar lawan.  Belum lagi Vinten Vicon 78 plus chaff dan flares yaitu sistem anti jamming yang diperuntukkan untuk menghadapi perang elektronik. 

Dan masih banyak lagi perangkat-perangkat unggulan dan canggih yang menempel pada tubuh L-159 yang memang dibuat menyesuaikan tekhnologi dan perkembangan perang modern. Pengguna utama pesawat ini adalah Angkatan Udara Ceko yang digunakan sejak periode 1990-an. 

Sangatlah wajar apabila saat itu TNI AU melalui KSAU Herman Prayitno berkinginan untuk membeli pesawat ini sebagai pengganti Hawk Mk-53 dengan melihat berbagai peralatan dan teknologi canggih yang melengkapi L-159. Harga L-159 pada waktu itu berkisar antara 15 – 17 juta dolar Amerika.

L-159 versi Trainer & LCA

Dari negeri Tirai Bambu, adalah Guizhou JL-9 atau lebih dikenal dengan FTC-2000 Mountain Eagle (Shanying) pesawat tempur dengan tempat duduk ganda/double seater hasil pengembangan dari Guizhou Aircraft industry Corporation, China.  Pesawat ini turut memeriahkan bursa calon pengganti Hawk Mk-53 TNI AU. 

Pada awalnya pengembangan pesawat FTC-2000 dikhususkan bagi kebutuhan People's Liberation Army Air Force (PLAAF) dan People's Liberation Army Naval Air Force (PLANAF) untuk mempersiapkan para pilotnya dalam menyongsongf pesawat generasi baru China, seperti Chengdu J-10, Shenyang J-11, Sukhoi Su-27SK dan Sukhoi Su-30MKK. Konon kabarnya pesawat buatan China ini diproduksi dengan jumlah terbatas.    

FTC-2000

Kontestan berikutnya yang masuk pada tahap seleksi akhir beserta tiga kontestan lain adalah pesawat T-50 Golden Eagle buatan Korea Selatan. 

Pada awalnya pesawat ini lebih dikenal dengan KTX-2 pesawat latih dan tempur ringan yang diproduksi dan diperuntukan bagi Republik of Korea Air Force (RoKAF) yang sekaligus sebagai pengguna utama. 

Penerbangan perdana T-50 dilakukan pada Agustus 2002 . Pesawat latih supersonik dengan harga 21 juta dolar Amerika pada tahun 2008 ini menjanjikan banyak fitur canggih didalamnya. Mungkin atas pertimbangan hal ini pula yang menyebabkan TNI AU mengikut sertakan T-50 dalam deretan empat besar pesawat bakal pengganti Hawk Mk-53 yang memasuki tahap seleksi akhir.
T-50 Golden Eagle

Akhir Sebuah Penantian
Penantian panjang akan sebuah jawaban terkait pembelian pesawat pengganti Hawk Mk-53, sedikit mulai terkuak manakala pemerintah melalui Menhan Purnomo Yusgiantoro mengungkapkan bahwa pemerintah Indonesia akan melakukan pembelian 16 pesawat atau 1 skadron T-50 Golden Eagle dari Korea Selatan, hal tersebut diungkapkan Menhan usai menghadiri Rapat Kekuatan Indonesia di ASEAN di kantor Wakil Presiden pada Rabu 13 April 2011. Praktis dengan demikian terjawab sudah pemenang dari ke empat kandidat tersebut yaitu pesawat T-50 Golden Eagle dari Korea Selatan.

Kontrak pembelian T-50I
Ungkapan Menhan tersebut akhirnya dapat diyakini kebenarannya dengan ditandatanganinya kontrak pembelian 16 pesawat T-50 senilai 400 juta dolar Amerika pada tanggal 25 Mei 2011 antara Indonesia dan Korea Selatan yang masing-masing dilakukan oleh Menhan Purnomo Yusgiantoro selaku wakil dari pemerintah Indonesia dan pihak dari KAI (Korea Aerospace Industries) mewakili pemerintah Korea Selatan dan sekaligus sebagai produsen pesawat. 

Jika tidak ada aral melintang keseluruh pesawat T-50 tersebut keseluruhannya akan tiba di Indonesia secara bertahap di tahun 2013 ini dan diharapkan pada tahun 2014 ke 16 pesawat T-50 sudah dapat dioperasikan oleh TNI AU sebagai pengganti dari pesawat Hawk Mk-53.

Demi memenuhi permintaan Indonesia yaitu target penyelesaian keseluruhan di tahun 2013, setelah penandatanganan resmi kontrak pembelian T-50, pabrik pesawat KAI mulai memproduksi pesawat pesanan Indonesia. Pesawat hasil rancangan bersama antara Korea Aerospace Industries dan Lockheed Martin ini diproduksi langsung di Korea Selatan.

Penantian dan ujung jalan panjang proses pembelian pesawat T-50 Golden Eagle kini sudah didepan mata, terbukti dengan diberangkatkannya 6 penerbang terbaik Skadron Udara 15 Lanud Iswahjudi Madiun ke Korea Selatan pada tanggal 12/1/2013. 

Keenam penerbang tersebut dijadwalkan berada di Korea Selatan selama kurang lebih 8 bulan guna mengikuti pengenalan dan berbagai pelatihan baik teori maupun terbang langsung dengan menggunakan T-50. Selain 6 penerbang, sebanyak 31 teknisi juga diberangkatkan ke Korea Selatan untuk mengikuti pelatihan dan pemeliharaan pesawat T-50, karena merekalah nantinya di Indonesia yang akan melakukan perawatan dan pemeliharaan serta memastikan pesawat dalam kondisi laik terbang. 

Keberangkatan enam penerbang dan tiga puluh satu teknisi ke Korea Selatan dalam rangka transfer tekhnologi T-50, dipimpin langsung oleh Komandan Skadron Udara 15 Mayor Pnb Wastum.

Para penerbang yang diberangkatkan seluruhnya mempunyai kualifikasi Sekolah Instruktur Penerbang dan para merekalah nantinya yang akan menularkan ilmu dan pelajaran yang didapat selama berada di Korea Selatan kepada rekan sesama penerbang di Skadron Udara 15, maupun kepada para junior-juniornya yaitu siswa calon penerbang tempur. Enam penerbang tersebut adalah Komandan Skadron Udara 15, Mayor Pnb Wastum, Mayor Pnb Marda Sarjon, Mayor Pnb Budi Susilo, Mayor Pnb Hendra, Kapten Pnb Darma T  Gultom, dan Kapten Pnb Luluk Teguh Prabowo.

 
Calon penerbang T-50
Gelombang pertama kedatangan pesawat T-50 Golden Eagle rencana dijadwalkan pada bulan September 2013, selanjutnya pada bulan berikutnya berturut-turut hingga keseluruhan sebanyak 16 unit pesawat diharapkan dapat diterima Indonesia sampai dengan akhir tahun 2013. Penasaran ingin melihat kelincahan pesawat ini secara langsung di langit Indonesia ? Kita nantikan saja kedatangannya, semoga tidak ada hambatan apapun sampai dengan keseluruh T-50 Golden Eagle tiba di Tanah Air. Bravo AURI ...!!!!
 
 
 
 
 
Sumber : ARC

33 komentar:

  1. semoga ada wacana untuk menambah 1 squadron lagi versi tempurnya. buat gantiin hawk 100/200 yang juga udah tuir. Bravo Auri..!

    BalasHapus
  2. Saya sih berharap 1 skuadronya,L 159 ceko lebih gahar dibanding kandidat2 yg lain..

    BalasHapus
  3. L159 ceko sprti'a lbh sip ya tp AURI psti'a lbh ada prtmbgan lain shgga memilih yg korsel punya.

    BalasHapus
  4. Anonim 9 Februari 2013 13.14
    L159 ceko sprti'a lbh sip ya tp AURI
    psti'a lbh ada prtmbgan lain shgga
    memilih yg korsel punya.......................


    Kalao dr korsel kt dpat tot nya mas,
    bahkan para teknisi kt d kirim untuk me repair sdri T-50 kt kelak,
    jd ada sdikit tOt nya,,,
    tp kl dr ceko mngkin kt d sruh pasang sayap nya doank,spt sukhoi,,,

    semoga ke depan indonesi bs truc maju,,,

    jayalah nKrI

    BalasHapus
  5. Katanya tni au beli yg T/A-50.
    Buktinya penomeran ekornya TT (tempur taktis) bukan latih lanjut.
    Ya kan...?

    BalasHapus
  6. buang" duit saja..!

    http://www.nature.untungsehat.com/

    BalasHapus
  7. >yth Banas patie, maaf kok kayak nama gol. Gendruwo, tek-tekan, jrangkong, gitu, mbok pake nama yg lain, kok medeni, murub trus guling-guling kayak bola, hi..hi...hi...medeni. Aku tatut.
    L-159 mmg lebih bagus drpd T-50 Golden Eagle, performannya cakep, karena L-159 adalah pemutakhiran produk L-39 Albatross.
    Saya sdh menyaksikan demo terbang L-39 Albatross sbg pswt Ll, yg kmdn ole Aero Vodochody dilanjut dg L-159 yg dpt berfungsi sbg jet tempur, penuh.

    Masalahnya mendasarnya adlh cara belinya saja.
    Kalau L-159 pabrikan tdk menyediakan fasilitas KE, jadi harus lwt pihak ke-3 yg berarti lwt ruwet dan pasti mahal. Kalau-T50 Korsel ada fasilitas KE dg dmk, harga dpt ditekan dg syarat hrs memenuhi syarat minimum order, mis beli minimal 2 Skuad, misalnya, disamping syarat tenis dan komersial yg lain.


    BalasHapus
  8. Dari aspek teknik, avionik T-50 memakai technologi Thales yg kerjasama dg Samsung, dimana pengalaman menunjukan apabila jaminan purna jual lwt, apabila ada kerusakan selalu alasan dan kita dipaksa membeli produk anyar mereka. Lain halnya kalau memakai produk Avionik lain, mereka memberikan opsi perbaikan pd vendor lain yg memang pabrikan untuk membuat material obsolute namun memenuhi ketentuan Audit da Sertifikat International mis. Dar FAA. Sy sdh mencoba perbaikan altimeter pswt tempur di AS hasilnya standard spt semula, harganya lbh ekonomis.
    Dlm hal ini, sy hanya memberikan koment pd pengalaman yg pernah saya lakukan, untuk itu jgn ngajak polemik, kalau nggak ngerti.

    BalasHapus
  9. Bang.roes nih kerjanya apa sih...?
    Kok tntang pespur ngerti, kapal perang ngerti, bahkan tank pun juga ngerti....

    BalasHapus
  10. Tukang lap kapal perang, pesawat udara, dan tank serta meriam artelery, (khusus meriam S-60 57mm, ahli masang bom, torpedo,nyiapin propelant roket, dan yg pasti sekarang di rumah aja karena sudah tuwir, sambil nulis ngledekin anonim-anonim yg komennya lucu-lucu kayak sudah banyak pengalaman, padahal saya yakin pengalaman googling,doang. Tapi saya seneng jadi ada tempat untuk cerita pengalaman sama anonim-anonim, semoga tetap semangat. Salam hangat dari saya untuk anonim-anonim yg jago googling doang!!! He....he....he.............hik waduh watuk aku, huk...huk,.....huk

    BalasHapus
  11. Pak roes ini mungkin pihak ketiga yang dipakai TNI kali ya hehehe..ojo nesu lho pak

    BalasHapus
  12. Jangan" sampean teroris bang...
    Hehehehehe... guyon bang.

    Kok sampai pernah masang avionik ke AS. Gimana tuh ceritanya bang...???

    BalasHapus
  13. Baca yg teliti tulisan saya, saya membetulkan altimeter rusak ke salah satu vendor di AS yg mempunyai workshop kecil, tapi mempunyai kemampuan teknologi repairing altimeter dan instrumen avionik pesawat yg sudah obsulote ( tidak ada yg membuat ) dengan harga lebih murah dan bersertifikat international. Jadi bukan memasang altimeter di AS, bukan!!!
    Kalau ikut mendampingi Technical Representattive (Techrep) perusahaan integrasi systim Avionik pesawat tempur dan Engine Adour Hawk Mk-53 disini saya punya pengalaman sendiri, termasuk observasi mesin turbin "Olympus" di kapal kelas AMY, dan LM -2500 kapal kelas MDU, dan masih banyak lagi, biarlah jadi kenangan saya sendiri.

    BalasHapus
  14. Pa boleroes ini kayanya purnawirawan jendral...saya suka dg ulasan2nya,lanjut pak biar saya tambah wawasan.

    BalasHapus
  15. Iya nihh... ulasannya menarik sekali bang.
    Pengalamannya juga banyak.
    Terus sharing pengalamannya ya...
    Tapi masih penasaran.
    Sebenarnya apa sih kerjanya bang.roes ini....
    Hehehehehe

    BalasHapus
  16. asal gak jadi makelar alutsista saya bang bole....
    hahahaha

    BalasHapus
  17. Jadi apa saja boleh dikerjakan selama halalan man thoyiban, dan bermanfaat untuk semua, soalnya kalau "griddy" biasanya nggak barokah.
    Ha...ha...ha...ha........

    BalasHapus
  18. Pada tgl 03 Maret 2013, akan ada team aerobatic dari Breitling ( merk jam terkenal untuk para penerbang). Mereka akan demo udara selama 25 (duapuluh) menit di Halim PK. Yg ada undangan silakan datang, yg nggak punya melihat dari luar sama saja. Perhatikan dg seksama performance terbang pesawat L-39 Albatross yg pernah saya ceritakan singkat di blog ini, betapa indah dan halus performancenya, nggak jelas apa pesawat tsb memakai Avionik gado-gado yg disebut "Cupido" ( gambar hati ) atau avionik asli dari Slovakia. Kalau pesawat Super Tucano TNI-AU yg baru, pakai "Cupido", coba check info saya bener nggak. biasanya group ACR yang tahu.
    Sila nonton.

    BalasHapus
  19. Jgn gitu kang boler!! Kita yg bodoh ini tak kan sebanding dgn anda yg pengalaman!!! Kami bukan berpolemik kang, tapi sekedar ingin tau lebih jauh!! Kami berpendapat seperti itu karena itulah batas pengalaman kami!! Anda yg hebat kalo memang mau kasih pendapat ya silahkan, toh ini media umum bukan rahasia!!! Kalo gak suka ya jgn dibaca. Komen kami!!!

    BalasHapus
  20. Ck ck.. Ck geleng2 ane hebat bener nih si boleroes, mulai tukang lap kapal dandan pesawat, tank. Pasang torpedo! sampe pasang propelan roket???? Ck.. Ck....!!! Ane kira setiap job tuh masing2 ade yg pegang!! Tau nye di tangan boleroes bisa di tekel semua!!! Ane faham tuh kerjaan bang boleroes pasti tukang kecap!!!

    BalasHapus
  21. Sudahi saja perihal saya, mari kita berkomen di blog ini yg ramai dan hangat, selagi ada blog yg bebas dan aktif, bebas mengemukakan koment, aktief dalam hal mengemukakan pendapat.
    Dalam komen tertentu, saya hanya mengemukakan sekedar pengalaman yg kebetulan tidak semua orang mengalami seperti saya.
    Dan saya bukan profesional di bidang tertentu, namun saya terlibat di dalam kegiatan tertentu tersebut, nah ini merupakan pengalaman yg tidak semua orang mendapat kesempatan seperti saya.
    Saya hanya numpang mujur saja Bro, sebab dasar pendidikan cuma SR lulus tahun 1957.Percaya boleh, nggak juga gpp, yg jelas itu pengalaman saya. Salam hangat buat Bro, Anonim-Anonim yg lucu-lucu komennya. Saya selalu rindu sama komen-komen anda di blog ini.

    BalasHapus
  22. Waduuuhh......
    Bang.roes ini udah sepuh banget ya ternyata.
    Lebih sepuh daripada Hawk'nya TNI AU.
    Hehehehehe.....

    BalasHapus
  23. AURI, GRAND CAKUNG, TAMAN MODEREND...
    NEXT TERMINAL.PULO GEBANG. PALAD, ST.CAKUNG...

    BalasHapus
  24. wah hebat sekali bung boler ini, paling tidak usianya 68 tahun, tapi masih sempat meluangkan waktu coment2 di blog ini...

    BalasHapus
  25. kek boler gaul juga jago internet
    hi hi hi

    BalasHapus
  26. Saya mendpt ksmptan untuk mengetahui perihal beberapa ilmu secara garis besar saja, spt : IT, ( middle ware, realtime,software) dari SDM ex PT DI yg jago di bidang Fly by wire, Automatic Identification System,, Specialis Electronica, Specialis Encryption, Telemetri, dan Simulasi System, sedang ilmu propelant saya dptkan dari seorang Prof yg kebetulan beliau termasuk yg diakui dunia sebagai penemu ilmu ekstraksi dimana bahan baku dr Ind, dimurnikan sampai 99,98% murni, dan dpt dipakai bahan bakar roket, fiber carbon( campuran baja yg rapat molekulnya tapi ringan dan nano carbon) disamping untuk hal lain.
    Saya terlibat penuh di uji coba propelant dan membuktikan telah berhasil dg sukses melesatkan 3(tiga) roket Bantul. Propelan ini sangat istimewa karena kalau di bakar didalam air tetap menyala, hueebaat ya.
    Untuk ilmu Laser, Integrasi sistim, serta ilmu rekayasa genetika dan mekanika fluida saya diajari oleh specialis-2 dari Israel, sedangkan ilmu dasar gas turbin untuk kapal cepat saya dpt dari orang Norway yg suka banget sama pecel lele di Blok M.
    Itu semua saya dapatkan di luar sekolah, karena saya hanya lulusan SR, maka saya sebut ilmu mujur. Sdh ya dongengnya si Mbah mau bubuk.

    BalasHapus
  27. Ck...ck...Ck.... Hebat tenan kakek beler eh boler ni!!! Habibi aja cuma ahli pesawat hsl kuliah di jerman sudah sangat fenomenal di akui dunia!! Lha ini kakek boler belajadi SR bawah phn durian, lalu kuliah d warung pecel lele segitu lengkap ilmunya!!!! Ck..Ck..Ck.. Aku yakin IQ nya 360 pada suhu 60•c!!! Ngopo ra muncul didunia nyata kakek boler!!!

    BalasHapus
  28. Hussss.....
    Dilarang komen gt.
    Hargai komen orang lain

    BalasHapus
  29. Ueediaaaann!!! lengkap tenan elmu sampean boleroes!!! Bangga aku dwe bocah koyo sampean!!! Wew2 pokoke tinggal kei modal karo pemerintah langsung jooos!!! Ibarate areng batok asal sampean olah iso jadi propelan!!! Uediaaaaaan tenan sampean iki!!!

    BalasHapus
  30. tumben lagi bahas pespur ga ada yang teriak2 su-35 Bm!!! typoon!!! bla bla bla lebih bagus... bla bla bla lebih cocok!!!...

    biasa nya suka ada yang komentar aneh2
    huehehehehehehe


    BY THE WAY
    malon gadungan mana???

    BalasHapus
  31. Gak jaman su-35 lg broo....
    Pengen bahas T-50 ajaa
    Hahaha

    BalasHapus
  32. kenapa indonesia tidakmembeli pesawat yang lebih tinggi kualitasnya seperti sukhi su 35 bm/rafale/typhoon/f22

    BalasHapus
  33. Sepertinya pemilihan T-50 ini terkait dengan kerjasama pembuatan KFX. Untuk "berbagi" pengetahuan mengenai pembuatan KFX yang sebelumnya sebenarnya sudah dikuasai Korsel maka salah satu persyaratannya adalah pembelian T-50. Seperti ToT rudal C-705 dengan China yang mensyaratkan RI harus beli kapal dari China sebanyak 2500 biji dan persyaratan lainnya. Sorry, jangan2 Boleroes ini adalah team moderator atau founder blog ini. Founder blog ini Cheppy Hakim (mantan Kasau) kalau tidak salah.

    BalasHapus