BANDUNG-(IDB) : Kinerja dan prestasi positif ditunjukkan PT Dirgantara Indonesia (DI) dengan mengantongi 20 sertifikat yang diberikan beberapa lembaga pemberi lisensi.
"Ini dapat memberikan efek positif bagi kami, khususnya dalam mengembangkan pasar internasional," kata Rakhendi dari Humas PT DI, lembaga BUMN yang bergerak dalam industri pesawat terbang, Sabtu (17/3/2012).
Setelah berhasil mengantongi sertifikat-sertifikat itu, ujar Rakhendi, pihaknya membidik sertifikasi dalam hal perawatan Airbus A-320. "Kami berkeyakinan tahun ini PT DI dapat memperoleh sertifikat Airbus A-320," ujar Rakhendi.
Menurut Rakhendi, apabila sudah memperoleh sertifikat Airbus A-320, PT DI bisa melakukan perawatan pesawat berbadan besar tersebut. Di Indonesia, Airbus A-320 menjadi andalan AirAsia Indonesia.
Rakhendi mengatakan, PT DI mengantongi 20 sertifikat yang didapat setelah menjalani audit. Pelaksanaan audit, kata Rakhendi, ada yang berlangsung setiap semester atau 6 bulan satu kali, tiap tahun, dan setiap 3 tahun.
Dikatakan Rakhendi, ke-20 sertifikat itu menunjukkan bahwa PT DI memenuhi syarat sebagai sebuah industri pesawat terbang yang berskala internasional. Selain itu, ujar Rakhendi, 20 sertifikat itu menjadi sebuah fakta yang menunjukkan lembaga yang dulunya bernama Industri Pesawat Terbang Nasional (IPTN) tersebut punya komitmen kuat untuk melakukan pemeliharaan dan menjaga kualitas produknya.
Menurut Rakhendi, karena bergerak dalam bidang industri pesawat yang tidak hanya memproduksi tetapi juga melakukan perawatan, pihaknya harus memenuhi persyaratan wajib yang ditetapkan Direktorat Keselamatan Udara.
Sertifikat-sertifikat yang sudah dikantongi PT DI, sebutnya, antara lain, pengoperasian pesawat udara (DKUPPU/DGCA-I) untuk tipe pesawat sipil. Selain sertifikat itu, ujar Rakhendi, pihaknya pun memperoleh sertifikat militer yang diterbitkan Indonesian Military Aircraft Authority (IMAA).
Sertifikat militer itu, kata Rakhendi, diperoleh setelah memenuhi sejumlah persyaratan sistem kualitas standar internasional. Untuk proses pengerjaan produk, ujar Rakhendi, sertifikatnya diterbitkan National Aerospace and Defence Contractor Accreditation Program (NADCAP) dan Performance Review Institute (PRI). "Itu menunjukkan bahwa kami memenuhi syarat keselamatan dunia penerbangan," ujarnya.
Delapan Negara Order Pesawat Buatan PT DI
PT Dirgantara Indonesia menerima pesanan pembuatan 37 unit pesawat jenis CN 235 dari delapan negara. Selain itu juga PT DI mendapatkan orderan lima unit pesawat sejenis dari Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut (TNI-AL).
Humas PT DI Rakhendi Triatna belum dapat menyebutkan nilai total pemesanan seluruh pesawat itu. Dia juga tidak memerinci nama negara pemesan tersebut.
Sebagai acuan, PT DI telah memenuhi empat dari 12 unit pesanan terakhir yang diajukan Korea Selatan. Untuk keempat pesawat itu, nilai kontraknya 94,5 juta dolar AS. Sementara nilai kontrak TNI AL dengan PT DI senilai 80 juta dolar AS.
Pengerjaan pesawat CN-235 dimulai pada Januari 1980. Pesawat ini dikembangkan bersama antara CASA di Spanyol dan IPTN (sekarang PT Dirgantara Indonesia).
CN-235 adalah pesawat angkut jarak sedang dengan dua mesin turbo-prop, pesawat terbang regional dan angkut militer. Versi militer CN-235 termasuk patroli maritim, surveillance dan angkut pasukan.
Sertifikasi Spanyol dan Indonesia didapat pada tanggal 20 Juni 1986. Pesawat produksi terbang pertama pada 19 August 1986. FAA type approval didapat pada tanggal 3 Desemebr 1986 sebelum akhirnya terbang pertama untuk pembeli pesawat pada tanggal 1 Maret 1988. Pada tahun 1995, CASA meluncurkan CN-235 yang diperpanjang, yaitu C-295
Sumber : Kompas
0 komentar:
Posting Komentar