JKGR-(IDB) : Sedikit
berkomentar tentang diskusi rekan-rekan sebelumnya mengenai pembelian
alutsista pesawat tempur TNI. Hingga saat ini Kementerian Pertahanan dan
TNI masih memfokuskan kepada pengadaan SU 35 dan pesawat tempur SU 34
Platypus/Fullback, sebagai pilihan pertama pesawat tempur generasi
terbaru RI, terutama untuk menggantikan F-5 Tiger yang sudah uzur.
Memang ada beberapa opsi lain seperti Rafael, Typhoon, & Gripen
sebagai pilihan lainnya, tapi itu menjadi pilihan terakhir jika pilihan
pertama gagal. Kenapa TNI tetap menginginkan SU family? Ada beberapa
kondisi yang tidak bisa diungkapkan disini. Jadi belum ada yang
benar-benar “deal” sampai sekarang terkait pengadaan pesawat tempur,
selain yang sudah datang saat ini.
Sebelumnya
banyak artikel yang ditampilkan di blog ini tentang pembelian berbagai
macam pesawat tempur, dengan menampilkan foto yang “diakui” sebagai
proposal pembelian alutsista? Padahal tidak pernah dalam sejarahnya
ketika TNI membeli alutsista, apalagi alutsista yang masuk kategori
“teknologi tinggi dan mematikan” ditampilkan seperti “list menu pecel
lele” dipinggir jalan. Biasanya untuk menjaga kerahasiaan spesifikasi
alutsista, menggunakan kode-kode tertentu yang hanya dipahami oleh tim
teknis RI & negara pihak penjual. Bahkan di Kemenhan maupun Mabes
TNI sendiri tidak semua orang bisa mengetahuinya.
Biasanya
kalau TNI & Kemenhan berencana mengadakan pembelian suatu
alutsista, baik untuk matra darat, laut & udara, sebelum
mengusulkannya kepada komisi 1 DPR RI, dibentuk tim-tim teknis yang
terdiri dari beberapa lembaga pertahanan RI baik yang bergerak dalam
R&D, maupun yang berfungsi sebagai Think-thank, dengan melibatkan
ketiga matra, dalam kelompok-kelompok kecil untuk meneliti alutsista
manakah yang sesuai dengan kondisi Indonesia serta dibutuhkan Indonesia?
Biasanya
ada jangka waktu tertentu yang diberikan untuk meneliti hal tersebut,
akan lebih lama biasanya kalau pembahasan berkaitan dengan persenjataan
teknologi tingkat tinggi, seperti pesawat tempur atau peluru kendali.
Setelah penelitian diadakan, dan sesuai jangka waktu yang diberikan,
setelahnya akan ada presentasi dari beberapa tim peneliti tersebut di
depan Kemenhan & pembesar TNI. Hasil dari presentasi beberapa tim
itulah yang akan dijadikan pertimbangan bagi Kemenhan & TNI dalam
memberikan laporan pengadaan alutsista kepada Komisi I DPR RI. Bisa jadi
foto-foto yang ditampilkan oleh rekan-rekan dalam beberapa artikel
sebelumnya di blog ini adalah ceceran dokumen penelitian tersebut. Itu
juga kalau benar ya? Tapi sekali lagi semua hasil penelitian tersebut
tidak semuanya akan terealisasi.
Saat
ini teknologi informasi sudah sangat maju, begitupun dalam teknologi
intelijen. Tidak ada satu negara pun yang membeli peralatan militer
tanpa diketahui oleh negara lain. Karena tidak ada satu negara pun yang
ketika memproduksi peralatan militer bisa 100% hasil dari produksi
sendiri. Bahkan negara seperti Rusia sekalipun tetap ada beberapa
komponen alutsistanya berasal dari Jerman, Prancis atau berkongsi dengan
China maupun India. Begitupun dengan Amerika Serikat, berbagi kongsi
dengan Inggris atau NATO. Karena hal inilah maka pengadaan alutsista
negara manapun sebagian besar tetap bisa diketahui. Ditambah lagi dengan
adanya kode etik dari Perserikatan Bangsa-Bangsa yang mengharuskan
transparansi dalam pengadaan alutsista negara anggota maupun peningkatan
anggaran militer negara-negara dunia.
Tetapi
diluar itu, tetap ada yang tidak bisa diketahui oleh negara lain.
Misalnya dalam pengadaan pesawat tempur, kita ilustrasikan seperti
pembuatan sebilah pedang, walaupun bentuknya bisa sama, tetapi komponen
jenis besi baja yang digunakan bisa berbeda, lamanya waktu tempah,
tingkat ketajaman, akan berbeda.
Artinya, saat ini banyak negara-negara
didunia memakai armada pesawat tempur yang sama, seperti China &
India sama-sama memakai pespur Sukhoi Family, tetapi bukan berarti dari
segi kekuatan gempur akan sama. Begitu juga Indonesia & Malaysia,
sama-sama membeli pespur sukhoi Family, tetapi bisa dijamin kekuatan
keduanya tidak akan sama. Pengadaan kapal selam, Ilustrasi lainya,
seperti membeli perangkat tikus, walau sama-sama membeli di toko yang
sama, model/jenis yang sama, tetapi perbedaannya adalah penempatan
perangkat tersebut, hanya si pembeli yang benar-benar bisa
mengetahuinya.
Dari sisi kerahasiaan
inilah Kemenhan & TNI banyak bermain. Hasilnya bisa dilihat,
Indonesia adalah salah satu negara didunia yang paling sulit diukur
kekuatan tempurnya. Meminjam istilah orang Medan, “ngeri-ngeri sedap”
nya terletak pada kecerdasan TNI dalam memainkan sisi kerahasiaan yang
sebenarnya bisa juga dianggap tidak rahasia.
Banyak
negara-negara sekeliling NKRI yang “kecele” dengan langkah TNI,
misalnya Malaysia yang tergopoh-gopoh membeli KS Scorpone, tanpa
penelitian lebih lanjut, ketika secara tak sengaja memergoki KS tipe
“Bajak laut” milik RI yang lagi “nangkring” di perairan atas kepala
pulau Kalimantan. Hasilnya sekarang Scorpone Malaysia tak ubahnya
seperti “gerobak tua” karena bermasalah dengan komponen &
pengoperasian. Atau Australia dengan membeli KS Collin Classnya, ketika
memergoki KS RI dari “Armada Nyi Roro Kidul” yang lagi jalan-jalan
santai & nyerempet dikit di dekat perairan Perth. Australia langsung
ngeborong Collin Clas, karena berasumsi RI memiliki banyak KS tipe
penjelajah tersebut, padahal……???, hasilnya sekarang KS Collin Class
yang dibeli mahal-mahal hanya menjadi pajangan saja, karena tak tahu
akan digunakan untuk apa.
Apakah
benar Negara Kesatuan Republik Indonesia yang maha luas ini hanya
memiliki 2 Kapal selam, KS Cakra & Nanggala? Saran dari wangsit mbah
Marijan, mengatakan “sebaiknya jangan percaya”.
Sekarang
mari kita telaah sedikit apa yang terjadi saat ini terkait pengadaan
alutsista RI terutama dalam upaya pemenuhan program MEF I, II & III,
terutama berhubungan dengan negara sahabat:
R&D
Kemenhan
& Mabes TNI saat ini berada dalam posisi yang dilematis, terkait
pengadaan alutsista versus riset. Kemenhan & TNI bertekad akan tetap
mewujudkan MEF bisa tercapai hingga akhir, tetapi saat ini setelah
melalui penelitian & pertimbangan yang panjang, ada beberapa
alutsista yang wajib untuk diadakan, diluar apa yang telah diprogramkan
sebelumnya.
Disisi lain, Riset yang semakin kencang digalakkan di
Beberapa BUMN pertahanan strategis juga membutuhkan penambahan anggaran.
Saat ini sudah banyak ilmuwan-ilmuwan Indonesia yang tersebar
diberbagai negara di dunia, ditarik kembali pulang untuk diperbantukan
dalam pengembangan riset pertahanan. Saat ini hanya dalam waktu singkat
sudah bisa dilihat hasil dari riset tersebut dalam pengembangan
alutsista, baik yang sudah diketahui umum, maupun yang masih kategori
rahasia.
Tetapi karena keterbatasan anggaran pertahanan & Riset,
jika tidak ada penambahan anggaran pertahanan dari Pemerintah, maka
harus ada yang terpaksa dikorbankan. Yakni, kalau Kemenhan & TNI
tetap memaksakan pembelian alutsista sesuai dengan yang sudah
diprogramkan sebelumnya, terpaksa R&D diperlambat sedikit. Akan
tetapi jika R&D mau dipercepat, konsekuensinya pembelian alutsista
harus ada yang dikurangi. Kemenhan & TNI sudah mengajukan
permasalahan ini ke komisi I DPR RI, tetapi pergantian keanggotaan
komisi I DPR RI nanti, dikhawatirkan akan mendapatkan penolakan kembali.
Rusia
Pinjaman
fasilitas kredit sebesar US$1 miliar kepada Indonesia, sudah
terealisasi dengan datangnya sejumlah alutsista seperti helikopter Mi-35
dan Mi-17, puluhan BMP-3F, BTR-80A, senapan serbu AK-102, dan
lain-lain. Walaupun masih banyak sisanya, Presiden Vladimir Putin sudah
bersedia & menawarkan pinjaman State credit 2 miliar dolar AS lagi,
jika Jakarta berkenan.
Dengan Syarat, pinjaman tersebut harus digunakan
sepenuh untuk membeli Pesawat tempur Sukhoi berbagai varian, kapal Selam
Kilo Class, KS tipe Oxxxx, sistem pertahanan S300, Sejumlah destroyer,
Fregat, & beberapa alutsista lainnya. Nahh, disinilah masalah
terjadi, Indonesia juga mengajukan syarat kepada Rusia, bahwa RI
bersedia memenuhi persyaratan Rusia, jika ada pembagian ToT minimal 60%
dalam setiap kategori alutsista, selain itu Rusia juga tidak boleh
menjual peralatan perang yang sama kepada negara-negara yang berpotensi
menjadi musuh NKRI.
Persyaratan pertama bersedia dipenuhi oleh Rusia,
tetapi persyaratan kedua langsung ditolak, karena dianggap
mengintervensi kebijakan luar negeri Rusia. Tarik ulur terjadi, sudah
bolak-balik kedua belah pihak saling mengunjungi untuk menyelesaikan
masalah ini. RI & Rusia sampai saat ini benar-benar terlibat
diplomasi “yoyo”, karena tidak ada yang mau mengalah.
Belakangan
Rusia mulai sedikit melunak, dengan menawarkan kepada RI, bahwa jika
berkenan, RI boleh memakai alutsista yang sama dengan yang dipakai oleh
Rusia saat ini disemua matra, untuk menepis kekhawatiran Indonesia.
Artinya RI mendapatkan akses langsung ke sistem pertahanan tingkat
tinggi seperti S400, S500, maupun teknologi ICBM. Tapi Indonesia tetap
“keukeuh” dengan pendiriannya.
Hasilnya, beberapa pembelian “molor”
hingga saat ini. Kemarin waktu dikirim kembali tim peninjau dari
Kemenhan & TNI ke pabrik galangan kapal selam Rusia, hasilnya tetap
debat kusir, karena kedua belah pihak “keras kepala” (walau diberitakan
kepada umum, bahwa batalnya disebabkan karena KS yang ditawarkan tidak
sesuai spesifikasi, dll). Rusia juga malah meminta jaminan politik
kepada RI terkait hubungan kedua belah pihak. Rusia merasa was-was
kepada kebijakan luar negeri RI setiap pergantian kepemimpinan. Rusia
mengambil satu contoh, yakni rencana pembangunan stasiun Antariksa di
Biak-Papua, yang hingga kini “mandek”, karena pergantian kepemimpinan.
Garis
besarnya Rusia khawatir RI akan “berselingkuh” dengan yang lain ketika
sudah diberikan semua kepercayaan, bukan tanpa sebab, karena menurut
beberapa tim peninjau, ditengah perdebatan diplomasi, sejumlah petinggi
militer Rusia sempat menyinggung tragedi “Habrink Operation”, kejadian
yang paling menyakitkan dirasa oleh Rusia (Walaupun saat itu masih Uni
Soviet) dalam hubungan Jakarta-Moskow. Karena keras kepala Indonesia ini
juga, Rusia sempat mengancam untuk menutup kerjasama pengoperasian
& perbaikan sejumlah KS penjelajah samudera tipe Sxxxxx yang dipakai
Indonesia saat ini. Karena KS tersebut dalam waktu dekat secara
bergantian akan kembali “masuk bengkel” untuk berbaikan lanjutan.
Tapi
Indonesia juga tidak kalah gertak & mengancam, berani Rusia
meninggalkan Indonesia, maka Indonesia akan benar-benar “selingkuh”
dengan musuh bebuyutan* Rusia. Di tengah diskusi kami, ada seorang
Komandan TNI yang nyeletuk, “Vladimir Putin dilihat dari kebijakannya ke
Indonesia seperti titisan Presiden Nikita Khuzchev, tapi sayangnya kita
belum punya titisan Presiden Soekarno”.
Saat
ini dibawah kepemimpinan panglima TNI Moeldoko, Indonesia bertekad
untuk semakin berpartisipasi di kancah internasional, dengan mengirimkan
pasukan perdamaian ke berbagai negara yang terlibat konflik, seperti
Afrika & Timur Tengah. Dibuktikan juga dengan semakin
berseliwerannya kapal-kapal perang RI di lautan internasional, apakah
itu dalam misi perdamaian, latihan antar negara, ataupun misi lainnya.
Tentu saja setiap misi apapun kapal perang RI yang beroperasi di lautan
internasional selalu mendapat kawalan dari Armada bawah laut RI, seperti
yang selama ini sudah dilakukan. Masalahnya dengan semakin canggihnya
teknologi kapal selam negara lainnya, untuk mengoptimalkan operasi,
memaksa Indonesia kembali “membedah” KS penjelajah samudera miliknya.
Seminggu
sebelum PM Vanuatu Moana Carcasses Kalosil “mengoceh” tentang
pelanggaran HAM di Papua, di Sidang Tahunan Dewan HAM PBB di Jenewa
Swiss pada 4 Maret 2014 lalu, Armada bawah laut RI berangkat dari teluk
Palu melewati Arafuru-PNG hingga perairan Vanuatu, untuk mengetahui
kenapa negeri liliput tersebut begitu berani mengusik ketenangan NKRI?
Pasti ada yang “membekenginya”. Setelah berputar-putar sekitar perairan
Oceania, & negara-negara seperti Fiji, Samoa & Tuvalu selama
lebih dari satu minggu dikedalaman laut tertentu, pada hari ke sembilan
diketahui ada pergerakan 2 kapal selam asing dari arah New Zealand
berpatroli mendekati, kemudian dari arah Australia terdeteksi kapal
selam lainnya.
Dilihat dari
kemampuannya, diyakini bahwa kedua Armada KS sebelumnya adalah kapal
selam milik Amerika Serikat, sedangkan satu KS lainnya milik Australia.
Untuk menghindari terdeteksi, KS tipe Sxxxxx RI terpaksa menyelam lebih
dalam dengan bersembunyi diantara palung-palung laut. Jalur balik pun di
ubah dengan melewati Kep. Solomon-Nauru-berputar ke Manus Island-Palau-
dan masuk kembali ke perairan Indonesia. Perjalanan ini membutuhkan
waktu hampir 2 minggu. Tidak diketahui apakah tindakan KS RI ini
diketahui saat itu, tetapi ke 3 KS sebelumnya sempat mengekor mengikuti
Armada RI sampai masuk ke perairan Solomon, sebelum benar-benar terlepas
ketika sudah mencapai Manus Island.
Tidak
pernah sebelumnya operasi Armada RI disinyalir diketahui sejauh itu,
dengan resiko dihancur totalkan & RI maupun dunia tidak akan bisa
mengakui atau menyalahkan siapapun kalau itu benar-benar terjadi. Karena
hal tersebut, RI meminta Rusia untuk meninjau kembali teknologi AIP KS,
& komponen teknologi lainnya di KS yang digunakan dengan kembali
memasukkanya ke bengkel dixxxxxxxxx sana. Operasi ini sendiri memakan
waktu hingga 39 hari sampai Armada KS kembali masuk markas. (Silahkan
ditebak KS Made in Rusia tipe apa yang bisa nyelam lebih dari satu bulan
dibawah laut).
Uni Eropa
Uni
Eropa disini maksudnya “minus” Jerman. Kemenhan & TNI tetap
memprioritaskan pemenuhan alutsista dari blok Eropa barat. Sebagai
sebuah antisipasi perimbangan kekuatan menghadapi negara-negara sekitar
kawasan, seperti China & India. Walaupun saat ini titik beratnya
pengadaan alutsista dari blok barat lebih didasarkan pada pergesekan di
kawasan Laut China Selatan. Sejumlah negara Uni Eropa seperti Inggris,
Perancis, Swedia, sangat antusias menawarkan produk alutsista mereka,
selain karena memang didorong oleh krisis keuangan Eropa yang hingga
saat ini masih “melempem”. Sudah terjadi beberapa kali kunjungan atase
pertahanan dari beberapa negara Uni Eropa ke Indonesia, maupun
sebaliknya untuk menegosiasikan renstra ini.
Oleh
karena itu dalam rencana jangka panjang MEF, tetap dimasukkan beberapa
komponen sistem pertahanan dari negara-negara Uni Eropa sebagai pilihan
lainnya, seperti pesawat tempur Rafale, Typhoon, atau Saab-Gripen, serta
sejumlah alutsista lainnya untuk ketiga matra. Tapi yang menjadi
kendala adalah blok Uni Eropa dirasa sangat pelit dalam pembagian ToT.
Walaupun dalam beberapa proposal yang diajukan oleh Perancis &
Inggris sudah dicantumkan persyaratan pembagian ToT, tetapi dilihat dari
besarnya persentase, Indonesia masih menganggap hanya sekadar “ToT
basa-basi”.
Ditambah lagi dengan alotnya kasus pengadaan kapal perang
PKR Sigma 10514 dari Belanda, walaupun saat ini terealisasi, tetap ada
“poin-poin pengkhianatan” dari Belanda dalam pengadaannya, karena tidak
sesuai dengan perjanjian awal. Selain itu ditubuh TNI sendiri secara
tidak langsung terbentuk dua kubu antara yang mendukung pembelian
alutsista dari blok barat dengan yang menolak.
Pihak
yang menolak menganggap sudah cukup dengan kejadian memalukan saat
embargo suku cadang alutsista dijatuhkan oleh blok barat kepada
Indonesia kemarin, yang mengakibatkan sebagian peralatan tempur TNI
menjadi “onggokan besi tua” di gudang, bukan tidak mungkin blok barat
dimasa depan akan melakukan hal yang sama kembali. Saat ini Kemenhan
& TNI lebih bersikap menunggu dalam menghadapi blok barat.
Istilahnya “kalo loe jual, gue siap beli, dengan persyaratan bla bla
bla, tapi kalau tidak mau, ya monggo, pintu ada disebelah sono”.
Korea
Kita
patut ucapkan tahniah, dalam hubungan Indonesia – Korea Selatan. Saat
ini pembangunan KS Changbogo lancar, proyek KFX/IFX juga sedang dikebut,
dan rencananya akan ada beberapa kerjasama lainnya dalam pengembangan
riset alutsista antara kedua belah pihak. Tetapi proyek ini juga banyak
gangguan & godaan yang bisa membuyarkan semua rencana.
Misalnya,
Korsel sangat rentan sekali diintervensi oleh Amerika Serikat dalam
pembangunan alutsista mereka maupun dalam pengembangan R&D. Bukan
tidak mungkin AS akan kembali berusaha membuyarkan kerjasama strategis
ini jika dianggap mengancam mereka, atau setidaknya diarahkan agar
sesuai dengan keinginan mereka. Selain itu Korsel juga sering terganggu
oleh “saudara nakalnya” Korea Utara setiap ada provokasi. Ditambah lagi
dengan masalah perbatasan dengan Jepang maupun China.
Melihat
dari beberapa kejadian sebelumnya, terlihat Korea Selatan suka membuat
kebijakan dadakan, seperti penundaan proyek KFX/IFX yang tiba-tiba,
pembelian F35, dll. Indonesia bisa mengambil peran sebenarnya disini
sebagai pihak pendamai & menenangkan Korsel, karena Indonesia juga
bersahabat erat dengan Korea Utara, Jepang & China, demi
keberlangsungan kerjasama kedua belah pihak. Saat ini Indonesia
benar-benar memberikan perhatian penuh dalam kerjasama pengembangan
alutsista antara Korea Selatan-Indonesia. Semoga selalu berjalan lancar.
Jerman
Negara
Uni Eropa satu-satunya yang paling susah diatur, & selalu dicurigai
oleh negara-negara anggota NATO sendiri. Tapi kebijakan Jerman ini
disisi lain memberikan berkah bagi Indonesia. Selain pembelian MBT
Leopard & tank medium Marder, Indonesia memiliki kerjasama strategis
pertahanan lainnya dengan Jerman yang tak bisa diungkapkan ke publik.
Terkait pengadaan Leopard, RI tetap “ngotot” agar sisa MBT Leopard yang
akan terkirim ke Indonesia nanti, sudah memenuhi spesifikasi yang
diminta Indonesia, yakni harus bisa berfungsi dengan baik diiklim tropis
maupun ditanah gembur & tanah rawa.
Awalnya
pihak Jerman merasa keberatan, karena kalau itu dilakukan akan merubah
50% lebih spesifikasi MBT Leopard dari kemampuan aslinya, tetapi entah
kenapa akhirnya Jerman menyetujui. Saat ini diketahui ternyata Jerman
menjadikan perombakan Leopard Indonesia sebagai bahan rujukan untuk
pembangunan MBT baru dimasa depan yang mungkin dikhususkan untuk
negara-negara tropis. Selain itu Jerman juga menantang Indonesia, jika
hasil yang diminta Indonesia sesuai dengan yang diharapkan, Jerman
menawarkan 250 MBT Leopard lainnya, melalui pinjaman lunak, nah lhoo,
sanggup gak? Mengenai tank Marder, ahh, anggap saja itu hadiah dari
Jerman untuk Indonesia, karena blue print alutsista ini sudah dicopy.
Yang
lucunya Jerman terkadang “sembunyi-sembunyi” dalam membuat kesepakatan
dengan Indonesia, untuk menghindari “usilan” gerombolan negara Uni Eropa
lainnya, selain itu yang memberikan dukungan penuh terhadap kerjasama
ini bukan datang dari PM Angela Merkel, tetapi justru datang dari
petinggi militer Jerman sendiri yang mendesak pemerintahnya?
China
Indonesia
– China sedang hangat-hangatnya menjalin hubungan saat ini, terlepas
dari kepentingan kedua belah pihak. Pengembangan teknologi
peroketan-peluru kendali ataupun antariksa menjadi poin utama dalam
kerjasama RI-RRC. Hasilnya sudah banyak yang terealisasi, walau sebagian
besar masih masuk kategori “sangat dirahasiakan”, selain itu China juga
menghibahkan beberapa radar militer untuk Indonesia yang ditempatkan di
Sumatera & Nusa tenggara, yah tentunya pasti ada apa-apanya kan??
Yang
menjadi kendala tentunya tetap masalah sengketa laut China Selatan,
walau China mengatakan tidak akan menyentuh Kepulauan Natuna, tapi
“sembilan titik” yang menyentuh ZEE Kep.Natuna di Peta terbaru RRC tetap
dianggap serius oleh Indonesia. Dan pada saat kunjungan Panglima TNI
Moeldoko ke China kemarin, walau berhasil menyepakati beberapa poin
kerjasama strategis, tapi pada saat menyentuh LCS, China memberikan
jawaban “ambigu” yang dianggap oleh panglima sebagai sebuah ancaman
dimasa depan. Setelah kunjungan tersebut dalam sebuah wawancara dengan
Reuters, panglima Moeldoko mengkhawatirkan adanya perlombaan senjata di
Asia Tenggara. Tentunya pihak internasional menyadari kalau statemen itu
sebenarnya ditujukan untuk Indonesia sendiri, yang artinya Indonesia
bersiap untuk memperkuat persenjataannya.
Tapi
ketegasan Panglima TNI didepan petinggi militer China di “kandang”nya
sendiri, yang mengatakan siap perang & siap damai terkait kedaulatan
NKRI di Kep. Natuna sudah cukup menjawab semua itu. Dimasa Kerajaan
Sriwijaya & Kerajaan Majapahit nenek moyang kita sudah sering
“bacok-bacokan” dengan kekaisaran China, mungkinkah dimasa depan sejarah
akan kembali terulang?
Amerika Serikat
Tentu
saja AS tetap menjadi pihak yang selalu “jantungan” melihat tingkah
laku Indonesia, & akan tetap mencampuri urusan dalam negeri RI. Pada
saat renstra MEF dibentuk, AS terkaget-kaget begitu mengetahui bahwa
sebagian besar perencanaan pembelian alutsista RI bukan dibeli dari
mereka. Yah, usaha pembujukan pun dilakukan, tentu saja berhasil, dengan
sogokan hibah puluhan pesawat tempur F-16 “karatan”, kurang yakin juga,
dibujuk lagi dengan penjualan helikopter Apache, yang seumur-umur
berdirinya Republik ini, tidak pernah sekalipun “dihalalkan” dimiliki
oleh Indonesia.
Masih kurang yakin
juga, AS baru-baru ini kembali menawarkan beberapa pesawat tempur kelas
berat & alutsista lainnya kepada RI, walaupun belum dijawab,
yakinlah AS akan tetap melanjutkan usaha mereka. Terkait hibah F-16
bekas tersebut, sebagian petinggi TNI yang pernah merasakan pahitnya
embargo yang dijatuhkan oleh AS kepada RI, dengan geraham bergemeretuk
nyeletuk “Kagak ada kapok-kapoknya!!” Ditengah rasa was-was tersebut,
tiba-tiba RI menerapkan Undang-Undang Minerba, yang memaksa PT. Freeport
di Papua harus merogoh kocek mereka dalam-dalam untuk membangun
smelter.
Saat ini upaya “ngeyel” AS
untuk menolak mentaati UU Minerba terus dilakukan. Mereka mengancam akan
mem-PHK ribuan karyawan, juga kemarin sempat menghentikan operasional
PT. Freeport beberapa saat. Tapi RI kembali “menjitak” AS dengan memaksa
pembagian keuntungan PT. Freeport 51% untuk RI & sisanya untuk AS.
Sudah tentu langsung ditolak oleh meraka yang hanya mau membagi 30%
saja, udah cukup yahh.
Luar biasa memang dengan keberanian ini, tetapi
kenapa baru pada detik-detik terakhir pemerintahannya, Presiden SBY
langsung bisa bersikap seberani Wrekudara? Nahh, pemilu 2014 ini tentu
saja akan menjadi hidup & mati bagi kepentingan AS di Indonesia.
Karena belum tahu apakah yang akan terpilih nanti adalah Presiden
berwatak ayam kate & bersedia menjadi boneka mereka, atau
benar-benar berwatak burung Garuda, yang bisa mencakar wajah manis
mereka?
Sekian saja dulu, besok
pemilihan Umum, pertaruhan bagi kita semua. Tak peduli dari partai
apapun, suku apapun, tolong bantu negara ini dengan memilih pemimpin
yang benar-benar mencintai negerinya melebihi dirinya sendiri. Seperti
yang sudah dicontohkan oleh para pendahulu kita. Maaf kalau ada salah
disini, karena ini hanya bocoran dari wangsit mbah Marijan tadi malam.