JKGR-(IDB) : Perdebatan kiblat dari
pembelian alutsista militer selama ini, menarik untuk dicermati. Kalau
ditelaah semenjak kejadian embargo oleh USA dan konco-konconya tahun
1999 sampai 2004, sepertinya sudah menjadi pengalaman pahit dan berharga
bagi TNI.
Seperti kita semua thau selama 30 tahun berkuasa Pak Harto
selalu berkiblat ke blok barat dalam hal pengadaan alutsista. Yang
berdatangan pun boleh dibilang alakadarnya mulai pemaksaan pemakaian
F.86 Sabre dan T.33 ex RAAF medio tahun 1970-an sampai penjatahan jenis,
spesifikasi dan jumlah unit yang bisa dibeli dalam medio 1980-an.
Pada akhirnya pewaris tahta alias presiden-presiden kita selanjutnya
mengalami betul yang namanya pelecehan yang diakibatkan rendahnya daya
gedor alutsista kita. Puncaknya adalah pelecehan paling parah di ambalat
yang dilakukan oleh sonora.
Kita Marah ?
Ya, kita rakyat Indonesia tentu marah dan Pak SBY geram betul tapi
beliau sadar, kalau kekuatan alutsista TNI kita saat itu masih
tertinggal jauh dari negara-negara tetangga yang sok jaguh. Sejumlah
langkah beliau lakukan dalam langkah penguatan alutsista TNI.
Selain
kontrak-kontrak warisan penguasa sebelumnya yaitu pengadaan 4 buah
korvet SIGMA, pengadaan 4 unit LPD kelas Banjarmasin, pembelian beberapa
unit pesawat latih KT-1 B Wong bee yang di dalamnya ada skema hibah
beberapa unit LVT 7 (landing Vehicle Tank) dari Korea Selatan untuk
Marinir TNI AL, Pembelian beberapa unit baterai peluncur roket RM 70
Grad dari Ceko, pembelian beberapa Helicopter Colibri untuk TNI AU dan
TNI AL, Rudal QW 3 dari China dan beberapa kontrak pembelian lain, maka
diperlukan juga pembelian alutsista strategis yang lebih gahar dari blok
timur yaitu blok sahabat lama yang kemungkinan mengembargo kita
kedepannya kecil sekali, antara lain :
1. Kontrak pengadaan Alutsista berupa fasilitas
kredit senilai 1 miliar dolar tahun 2007 (seperti yang diumbar kemedia
massa) dari RUSIA, yang digunakan untuk membeli 3 Sukhoi 27 SKM dan 3
Sukhoi 30 MK2 senilai $ 300 juta (untuk melengkapi 4 unit Sukhoi kita
yang dipesan tahun 2003) dan $ 700 juta lainnya digunakan untuk membeli 2
unit kapal selam kelas Kilo.
Apakah Indonesia hanya mengajukan fasilitas kredit senilai 1 miliar
dolar kepada Rusia ? Menurut saya jawabannya tidak, alias Indonesia
mengajukan fasilitas kredit dengan nilai lebih dari 1 miliar dolar.
Kenapa ? Karena pada tahun setelahnya mulai berdatangan alutsista
dari RUSIA selain dua yang disebut di atas. Mulai dari beberapa unit
Helicopter Mi 35 Hind E dan Hind P dan beberapa unit Helicopter Mi 17
buat TNI AD. Beberapa unit Panser BTR 80 buat Marinir TNI AL, 17 unit
Tank BMP 3F buat marinir TNI AL, pembelian beberapa rudal termasuk rudal
yakhont (ini yang dipublish dan diperlihatkan barangnya ke publik
walaupun tidak dirilis berapa unit sebenarnya yang dibeli).
Kalau begitu ada kemungkinan dong saat itu kita pesan Sukhoi lebih
dari enam unit ? Atau berarti dua Kapal Selam Kilo yang dulu kita pesan
itu, sekarang sudah menyelam jalan-jalan dong di perairan kita ?.
Benar, bisa jadi seperti itu. jumlah Sukhoi kita sesungguhnya adalah
lebih dari 16 unit. (tidak seperti yang dipublish) kenapa, karena sukhoi
kita ini termasuk alutsista yang sangat strategis sampai-sampai
rudal-rudalnya saja, baru dimunculkan secara resmi saat latihan Angkasa
Yudha 2013.
Begitupun dengan KS Kilo dua unit, pastinya sudah berkeliaran di perairan nusantara kita.
Sebagai bahan analisa saja, kenapa Sukhoi datangnya masih dibungkus
dan diangkut pakai pesawat Antonov Rusia dan dirakit di sini ?
Kenapa tidak terbang ferry saja dari negara pembuat ke Indonesia
macam T. 50 I atau F. 16 zaman tahun 1989-1990 dulu. Kalau jaraknya jauh
ya memang tidak masuk dilogika juga, secara Super Tucano saja yang
jarak Brazil ke Indonesia lebih jauh tetap terbang ferry.
Seperti berita yang saya kutip. “karena sesuai amanat UU
Kebebasan Informasi Publik, Mengenai tudingan Indonesian Corruption
Watch (ICW) soal pemerintah yang tidak transparan soal pengadaan
alutsista, Andi mengatakan berdasarkan UU proses pembelian senjata
termasuk hal yang dikecualikan”.
Andi menambahkan, “Dalam UU Kebebasan Informasi Publik proses pengadaan senjata memang termasuk dalam hal-hal yang dikecualikan. Kementerian Pertahanan tidak wajib mempublikasikan, bahkan harus menerapkan prinsip kehati-hatian.”
Apalagi Sukhoi dan KS Kilo merupakan produk buatan blok timur, yang
notabene gampang banget dijaga kerahasiaannya karena kita sudah
mempunyai perjanjian kerjasama militer dengan Rusia. Berbeda dengan
produk buatan blok barat yang walaupun sudah kita jaga kerahasiaannya,
tetap saja ketahuan (malahan kita ditertawai) karena negara calon musuh
kita seperti Sonotan tinggal tanya doang ke negara pembuatnya.
Makanya tahun 2012, sebelum latihan “Pitch Black” Kepala Staf RAAF
sampai datang langsung ke sarang Thunder di Hasanuddin, untuk memeriksa
dan menghitung satu-satu sukhoi kita. Ada berapa sih ?. Dan alhamdulilah
yang dipajang di apron dan hanggar tetap 10 unit dan yang dikirim buat
latihan cuma 4 (empat) unit.
Soalnya menurut data intelejen mereka, sukhoi TNI AU termasuk 6 biji
yang dipesan tahun 2011 dan diterima 2013, jumlahnya total ada 24 biji.
Makanya meraka mati-matian menyadap kita karena ingin memperoleh
informasi akurat tentang alutsista apa saja yang sudah dibeli dan
jumlahnya dari Rusia.
Begitupun dengan Kapal Selam Kilo sudah berapa banyak pemberitaan
media luar dari tetangga-tetangga kita yang mengkonfirmasikan keberadaan
“mahluk halus” Hiu Kencana itu. Makanya atas dasar inilah mereka
mati-matian, melakukan penyadapan lebih intensif kepada indonesia.
2. Pembantukan dan pelaksanaan program Minimum Essential Force (MEF) mulai dari tahap I sampai III.
Di sini jelas sekali dalam memenuhi kekuatan minimum tersebut
Indonesia memainkan peran cantiknya sebagai negara non blok dengan baik.
Berbagai macam alutsista dari Blok Barat dan Blok Timur dibeli dan
dipublikasikan kepada masyarakat umum. Antara lain :
Blok Barat :
- Pembelian 6 unit F. 16 Block 60 / berubah menjadi hibah 24 unit F. 16
Block 25 (upgrade Block 32++) + 4 unit F.16 Block 25 sebagai cadangan
sparepart dan 2 unit F. 16 Block 15 OCU cadangan sparepart (sepertinya
ini diupgrade juga).
- Pembelian 16 unit T. 50 I dari korsel, disertai skema hibah
beberapa unit LVT 7 (landing Vehicle Tank) buat marinir dan beberapa
unit F.5 tiger II untuk TNI AU (belum jelas diambil atau tidak walaupun
ada berita TNI AU menolak karena tidak sesuai).
- Pembelian 16 unit Super Tucano dari EMBRAER Brazil.
- Pembelian 18 unit Pesawat Latih G 120tp Grob dari Jerman.
- Pembelian beberapa unit UAV Searcher II dan Heron dari Israel (dibeli melalui perusahaan yang berdomisili di Filipina)
- Pembelian 9 unit pesawat angkut ringan CN. 295.
- Pembelian 9 unit pesawat angkut C. 130 Hercules ex RAAF (4 biji hibah/retrofit + 5 biji beli dengan harga murah).
- Pembelian 6 unit Helicopter EC 725 Cougar.
- Pembelian 2 unit Fregat Sigma 10514.
- Pembelian 3 unit Fregat kelas Nakhoda Ragam.
- Pembelian 3 unit KS Changbogo
- Pembelian MBT Leopard
- Pembelian Medium Tank Marder
- Pembelian beberapa baterai RM 70 Grad
- Pembelian 36 unit Astros II
- Pembelian 8 AH-64 E Apache
- Pembelian beberapa rudal seperti Helfire II, AIM-120, AIM-9, starstreak II, Exocet dan lain-lain.
Blok Timur :
- Pembelian 6 unit Sukhoi 30 MK2
- Pembelian 37 Tank BMP 3F
- Pembelian beberapa unit panser amphibi BTR 80A
- Pembelian 55 unit BTR 4 dari Ukraina
- Pembelian rudal C. 802 dan C.705 dari China
|
BTR 4 |
Selain pembelian berbagai jenis alutsista tersebut, dalam MEF I
Indonesia juga memperkuat militernya dengan berbagai macam jenis
alutsista buatan dalam negeri, antara lain :
- Pembelian Panser Anoa
- Pembelian Panser Komodo
- Pembelian 35 unit heli Bell 412 EP
- Pembelian 3 unit CN. 235 Patmar
- Pengadaan beberapa unit KCR 40
- Pengadaan beberapa unit KCR 60
- Pengadaan beberapa unit perusak Trimaran kelas Klewang
- Pengadaan 2 unit kapal bantu cair minyak
- Pengadaan kapal LST untuk Leopard
- Pengadaan beberapa unit kapal Patroli buatan fasharkan TNI AL
Daftar belanja diatas adalah daftar belanja MEF I yang
dipublish oleh Kementerian Pertahanan untuk konsumsi masyarakat
Indonesia, sedang daftar belanja yang tidak dipublish tentunya ada
(terutama dari Blok Timur), dan biarlah tetap menjadi rahasia sampai
nanti pada saatnya akan terbongkar dengan sendirinya. (contoh kasus
operasi Alpha pengadaan A.4 Skyhawk dari Israel).
Sebelum berakhirnya MEF pertama, dengan dana pengadaan alutsista yang
masih tersisa, Indonesia kembali mendapat tawaran hibah alutsista
strategis berupa beberapa kapal selam, fregat sampai destroyer dari
Rusia. Dan atas tawaran itu pihak Kementerian Pertahanan dan TNI telah
memberangkatkan tim untuk mengevaluasi tawaran menarik ini.
Selain itu tidak lupa pembelian Sukhoi 35 dan tentu saja
sistem pertahanan jarak menengah jauh yang saat ini sedang digodok oleh
kemenhan.
Mengenai ToT percayalah selain dengan Korea Selatan, sesungguhnya
Indonesia juga menjajaki ToT dengan beberapa negara lain terutama dengan
Rusia. Kemenhan pun telah mempunyai rencana Plan B apabila pengerjaan
rencana Plan A itu gatot, demi kemandirian bangsa ini berswasembada
alutsista sendiri.
Pada akhirnya kita berharap bahwa apa yang telah dilakukan oleh
pemimpin kita saat ini, dapat dilanjutkan kembali oleh pemimpin kita
yang terpilih selanjutnya nanti. Mudah-mudahan saja pemimpin kita nanti
itu tetap sekuat tenaga melanjutkan program penguatan alutsista TNI ini
sampai pada renstra III jikalau perlu sampai selamanya.