SURABAYA-(IDB) : Kapal cepat bertenaga solar (sinar surya) yang dinamai
"Jalapatih" buatan mahasiswa Sistem Perkapalan ITS Surabaya siap berlaga
dalam ajang "Dong Energy Challenge 2014" di Belanda, 27 Juni hingga 5
Juli mendatang.
"Tim ITS merupakan satu-satunya peserta dari ASEAN dan peserta kedua dari Asia bersama China. Tim ITS berangkat ke Belanda pada 20 Juni mendatang, tapi kapalnya dikirim pada minggu depan," kata Ketua Marine Solar Boat Team ITS, Candra Prasetyo Endro, Jumat.
Di sela-sela peluncuran kapal cepat bertenaga surya yang dilakukan Gubernur Jatim Soekarwo bersama Pembantu Rektor I ITS Prof Herman Sasongko itu, salah seorang "driver" Jalapatih itu menjelaskan kapal "Jalapatih" itu sebenarnya sudah dirintis sejak tahun 2012.
"Pembuatan kapal sebenarnya hanya setahun, tapi kami cari sponsor untuk bisa ke Belanda, termasuk solar cell yang kami pakai latihan pun merupakan bantuan dari LEN (BUMN). Kami tidak merancang solar cell, karena nanti akan diberi panitia, tapi desain kapal dan motor penggerak merupakan buatan sendiri," katanya.
Ia menjelaskan lomba yang pertama kali diikuti ITS itu merupakan adu kecepatan kapal bertenaga surya dengan jarak tempuh sejauh 200 kilometer melintasi tujuh provinsi di Belanda. "Kami akan menjajah bekas penjajah," katanya, disambut tawa Gubernur Jatim dan hadirin.
Sementara itu, driver lainnya, Viky Suryanto, menjelaskan kapal yang panjang 5 meter dan lebar 1,5 meter itu memiliki kecepatan 6,5 hingga 8 knot (setara 12 km/jam) dengan daya 1 kwh, namun kapal itu memiliki batere litium berdaya 1,5 kwh.
"Jadi, kapal Jalapatih memiliki daya maksimal 2 kwh dari solar cell dan batere yang ada. Ada 119 batere litium ion (batere khusus solar) yang kami miliki, tapi keunggulan Jalapatih bukan pada solar cell atau batere yang ada, melainkan sistem yang kami rancang," kata mahasiswa semester 4 Jurusan Sistem Perkapalan ITS.
Oleh karena itu, katanya, kemenangan tidak hanya ditentukan kecepatan kapal, melainkan kecerdasan dari "driver" dalam mengatur kecepatan kapal, karena kalau terlalu kencang juga akan membuat batere cepat habis, tapi kalau lambat juga tidak baik.
"Cara kerja kapal bertenaga surya adalah sinar matahari diubah menjadi energi listrik, lalu energi itu disimpan dalam batere khusus dan akhirnya digunakan menggerakkan propeller pada kapal," katanya, didampingi driver lainnya, Ginanjar Basuki.
"Tim ITS merupakan satu-satunya peserta dari ASEAN dan peserta kedua dari Asia bersama China. Tim ITS berangkat ke Belanda pada 20 Juni mendatang, tapi kapalnya dikirim pada minggu depan," kata Ketua Marine Solar Boat Team ITS, Candra Prasetyo Endro, Jumat.
Di sela-sela peluncuran kapal cepat bertenaga surya yang dilakukan Gubernur Jatim Soekarwo bersama Pembantu Rektor I ITS Prof Herman Sasongko itu, salah seorang "driver" Jalapatih itu menjelaskan kapal "Jalapatih" itu sebenarnya sudah dirintis sejak tahun 2012.
"Pembuatan kapal sebenarnya hanya setahun, tapi kami cari sponsor untuk bisa ke Belanda, termasuk solar cell yang kami pakai latihan pun merupakan bantuan dari LEN (BUMN). Kami tidak merancang solar cell, karena nanti akan diberi panitia, tapi desain kapal dan motor penggerak merupakan buatan sendiri," katanya.
Ia menjelaskan lomba yang pertama kali diikuti ITS itu merupakan adu kecepatan kapal bertenaga surya dengan jarak tempuh sejauh 200 kilometer melintasi tujuh provinsi di Belanda. "Kami akan menjajah bekas penjajah," katanya, disambut tawa Gubernur Jatim dan hadirin.
Sementara itu, driver lainnya, Viky Suryanto, menjelaskan kapal yang panjang 5 meter dan lebar 1,5 meter itu memiliki kecepatan 6,5 hingga 8 knot (setara 12 km/jam) dengan daya 1 kwh, namun kapal itu memiliki batere litium berdaya 1,5 kwh.
"Jadi, kapal Jalapatih memiliki daya maksimal 2 kwh dari solar cell dan batere yang ada. Ada 119 batere litium ion (batere khusus solar) yang kami miliki, tapi keunggulan Jalapatih bukan pada solar cell atau batere yang ada, melainkan sistem yang kami rancang," kata mahasiswa semester 4 Jurusan Sistem Perkapalan ITS.
Oleh karena itu, katanya, kemenangan tidak hanya ditentukan kecepatan kapal, melainkan kecerdasan dari "driver" dalam mengatur kecepatan kapal, karena kalau terlalu kencang juga akan membuat batere cepat habis, tapi kalau lambat juga tidak baik.
"Cara kerja kapal bertenaga surya adalah sinar matahari diubah menjadi energi listrik, lalu energi itu disimpan dalam batere khusus dan akhirnya digunakan menggerakkan propeller pada kapal," katanya, didampingi driver lainnya, Ginanjar Basuki.
Sumber : Republika
Tidak ada komentar:
Posting Komentar