Pages

Senin, Maret 17, 2014

PT. Dahana Bersaing Ketat Dengan Produsen Terbesar Dunia

SUBANG-(IDB) : PT Dahana (Persero) merupakan BUMN yang bergerak di industri strategis. BUMN yang bermarkas di Subang, Jawa Barat ini, mampu memproduksi berbagai jenis bahan peledak untuk keperluan industri dan militer.

Pada tahun 2013, perseroan mampu memproduksi 56.000 ton bahan peledak berbagai jenis untuk keperluan industri. Padahal kebutuhan bahan peledak untuk industri tambang di dalam negeri saja mencapai 300.000 ton per tahun.

Untuk memasok bahan peledak di dalam negeri, Dahana harus bersaing ketat dengan produsen bahan peledak nomor 1 dan 2 di dunia, asal Amerika Serikat (AS) dan Australia yakni Orica dan Dyno. Para produsen bahan peledak kelas dunia ini merupakan pesaing terberat PT Dahana.

"Kita kuasai pasar 1/6 di Indonesia. Kita hadapi raksasa dunia. Pemain di sini perusahaan bahan peledak nomor 1 dan 2 di dunia. Orica nomor 1 dunia yakni dari Australia dan AS. Gedenya 100 kali Dahana. Nomor 2 itu, Dyno dari AS. Mereka kuasai tambang besar di Indonesia," kata Direktur Utama Dahana Harry Sampurno pada acara diskusi di Kementerian BUMN, Jakarta, Jumat (14/3/2014).

Dahana berhasil menjadi pemasok bahan peledak untuk PT Adaro Energy Tbk. Sedangkan perusahaan tambang raksasa asing di Indonesia masih dikuasai produsen bahan peledak dunia.

Lini bisnis Dahana antara lain explosive manufacturing dan drilling and blasting. Untuk produksi bahan peledak (explosive manufacturing), produk yang dijual dan dihasilkan antara lain dayagel sesmic, dayagel series, dayadet electric, daya prime, bomb P-10, shaped charged hingga blast effect bomb. Produk terlaris Dahana adalah dayadet electric dan dayaprime.

Pada tahun 2013, perseroan meraup pendapatan Rp 1 triliun dan laba bersih senilai Rp 60 miliar. Sedangkan pada tahun 2014, Dahana menargetkan meraup laba bersih sebesar Rp 70 miliar dan pendapatan senilai Rp 1,1 triliun.

Perseroan pada tahun 2014 berencana membidik 6 proyek pertambangan besar. Dahana berencana menjadi pemasok utama untuk bahan peledak dari 6 lokasi pertambangan. Tambang yang dibidik adalah batu bara dan emas. Untuk ekspansi bisnis tersebut, Dahana harus bersaing ketat dengan Orica dan Dyno.

"Misal Kasongan Bumini Kencana. Dia perusahaan tambang emas. Terus ABN groupnya Toba untuk tambang batu bara. Ke-3 dia Kapuse dia Malinau Kalimantan Utara, ke-4 MBO di Malino. Malino punya batu bara kalori tinggi. Ke-5 konstruksi di Pulau Seram. Tambang emas bukit bitu Banyuwangi," sebutnya.

Minimal setiap 1 tender memiliki nilai proyek US$ 15 juta hingga US$ 20 juta. Untuk mendukung proses peledakan pertambangan, Dahana biasanya mendirikan On Site Plant di dekat lokasi tambang.

"Produksi 63.000 ton-65.000 ton bahan peledak. Dengan syarat 6 proyek menang. Tahun lalu kita produksi 56.000 ton," jelasnya.

Perseroan pada tahun 2014 mengalokasikan belanja modal sebesar Rp 140 miliar. Angka ini untuk mendukung tender-tender pertambangan yang dimenangkan Dahana.

"Investasi Rp 140 miliar. Itu tergantung proyek yang dimenangkan. Kita bangun on side plant, ada alat berat. Itu disesuaikan dengan penjualan kita," katanya.
 

Ekspor Ke ASEAN Dan Australia 

Produk bahan peledak PT Dahana (Persero) tak hanya dipakai di dalam negeri. BUMN pemasok dan penjual produk bahan peledak ini juga mengekspor produknya ke Australia, Asia Tenggara, hingga ke Timur Tengah.

"Ekspor kita masuk ke Australia. Terus kita ekspor ke negara ASEAN seperti Filipina, Malaysia, Thailand dan Myanmar," kata Direktur Operasi Dahana dalam diskusi di Kementerian BUMN, Jakarta, Jumat (14/3/2014).

Produk bahan peledak yang dijual untuk pasar ekspor antara lain cartridged emulsion, detonator dan booster. Untuk pasar luar negeri, Dahana mampu menjual bahan peledak hingga 80.000 pieces per tahun.

"Kita ekspor rata-rata 3 bulan sekali sebanyak 20.000-80.000 pieces. Meliputi, cartridged emulsion, detonator dan booster. Kita kirim rata-rata 2 kontainer per 3 bulan. Setahun ada 4 kali pengiriman. Jadi totalnya senilai US$ 480.000 per tahun.

Pada tahun 2014, BUMN bahan peledak yang bermarkas di Subang Jawa Barat ini berencana membidik pasar Kamboja dan memperluas pasar di Australia.

Agung menuturkan, Australia merupakan negara yang memiliki banyak pusat pertambangan. Untuk rencana di Australia ini, Dahana tidak bersaing dengan produsen bahan peledak kelas dunia. Alasannya, Dahana membidik tender bahan peledak di bawah 1.500 ton, yang nilai tender ini jarang dibidik oleh produsen bahan peledak dunia.

"Kita sedang masuk ke Australia. Tambang di Australia besar. Dia punya perusahaan handak (bahan peledak) dunia tapi untuk pasar kecil nggak diambil. Maka kita gerilya di sana," sebutnya.

Jika tender berhasil dimenangkan, Dahana akan mendirikan on site plant di lokasi tambang Australia. On site plant merupakan pabrik bahan peledak kecil milik Dahana yang dibangun di dekat lokasi pertambangan.




Sumber : Detik

4 komentar:

  1. Ngapain ekspor, kebutuhan dalam negeri aja belum terpasok semua

    BalasHapus
  2. kuasai dulu dalam negri, malam mimpi jauh jauh... di dlm negri aja masih ngorok..

    BalasHapus
  3. biasalah orang indonesia mah kalo udah biasa pake barang import ya bakal pesen terus...susah kalo udah kebiasaan mah walaupun indonesia sendiri udah mampu buat juga belum tentu mau di beli..

    BalasHapus
  4. ga gtu juga kali, dgn di expor otomatis memberi pendapatan pada negara juga sbagai devisa negara , emang dalam negeri jg butuh, tp butuh dana juga buat beli nya, lah dana nya itu sendiri dari pajak hasil expor,

    jgn terlalu negatif thingking lah, pemerintah juga tau mana yg terbaik, dgn batasan dana.
    klo bisa di expor knp tidak? anoa aja di expor ke banyak negara, padahal dlm negeri jg butuh banyak, CN 235 jg di export ke korea, SS2 jg di expor ke timor leste.. padahal TNI jg butuh banyak, tp semua kepentok pd anggaran, klo ga di expor, perusahaan bisa bangkrut, udah syukur banyak yg pesan,, coba klo ga laku, gmn perusahaan bisa berkembang klo cuma mengandalkan pesanan dalam negeri saja.

    BalasHapus