Pages

Kamis, September 12, 2013

Rusia Siap Kirim S-300 Untuk Iran

Destroyes USS Mahan, Arleigh Burke-class dengan rudal jelajah Tomahawk (photo:Mate 2nd Class Greg Roberts)

MOSCOW-(IDB) : Sikap AS yang seringkali melangkahi lembaga Dewan Keamanan PBB, dianggap Vladimir Putin telah keterlaluan. Presiden Rusia ini, habis-habisan mempertahankan agar Suriah tidak diserang secara sepiahk oleh AS, tanpa persetujuan PBB. 

Rusia terus mengirim kapal perangnya ke perairan Mediterania, bahkan melebihi armada kapal perang AS yang berjumlah 5 destroyer. Putin pun mengancam Obama, bahwa Rusia akan terlibat langsung dalam peperangan jika Suriah diserang oleh AS.


Ancaman Putin ternyata cukup manjur. AS berpikir ulang karena khawatir perang tidak terkendali dan berakhir dengan nuklir. Rakyat AS juga semakin khawatir. Mereka takut dengan kemungkinan serangan nuklir. Hasil polling menunjukkan warga AS semakin banyak yang menentang serangan militer ke Suriah, mencapai sekitar 60 persen. Suara Senat AS akhirnya terpecah. 

Bahkan suara-suara untuk melakukan impeachment terhadap Obama, mulai disuarakan rakyat. Barack Obama akhirnya menunda voting di senat yang hendak memutuskan apakah Suriah jadi diserang atau dibatalkan. Obama menyetujui pembatalan serangn militer ke Suriah, dengan syarat pemusnahan senjata kimianya Suriah oleh PBB. Inisiatif pemusnahan ini disampaikan oleh Rusia. Ketegangan di Suriah sedikit mereda.


Kasus Suriah ini, membuat Putin mengevaluasi kembali kebijakan Rusia tentang ekspor alutsista. Rusia yang selama ini menuruti permintaan AS untuk tidak menjual alutsista strategis, ternyata kena getah sendiri.


Dalam perhitungan geopolitik dan ekonomi, jika pemerintahan Suriah jatuh dan menjadi pro-barat, maka jalur perdagangan Rusia- Suriah – Timur Tengah akan berantakan. Negara-negara Timur Tengah tidak akan ada lagi yang mau bersekutu dengan Rusia, karena tidak berguna. Begitu pula dengan negara-negara di belahan dunia lainnya. Seperti halnya AS, Rusia baru sadar, bahwa dia akan berguna, jika bisa melindungi sekutunya. Dengan melindungi sekutu, maka Rusia dengan sendirinya memperluas “lebensraum” alias ruang hidup.

S-300 air defense system (RIA Novosti / Valeriy Melnikov)
S-300 air defense system.

Jika AS menempatkan dan membangun sistem pertahanan udara yang canggih untuk negara Nato dan Sekutu, mengapa Rusia tidak ?. Apalagi AS terlihat suka bertindak di luar ketentuan PBB.


Untuk itu, Vladimir Putin mengatakan, Rusia akan menyuplai Iran dengan senjata anti-serangan udara S-300 yang akan ditempatkan di reaktor nuklir Bushehr. Demikian laporan koran bisnis Kommersant, Rabu, 11 September 2013. Putin akan memperbarui perjanjian pengiriman lima misil anti-serangan udara canggih. “Hal itu akan disampaikan Putin dalam sebuah pertemuan dengan Presiden Iran Hassan Rowhani pada Jumat, 13 September 2013,” tulis Kommersant mengutip sumber yang dekat dengan Kremlin.

Integrasi sitem pertahanan anti-udara S-300
Integrasi sitem pertahanan anti-udara S-300

Putin dijadwalkan berjumpa dengan Rowhani dalam sebuah pertemuan Organisasi Kerjasama Shanghai yang digelar di Kyrgystan, Jumat, 13 September 2013.


Pada tahun 2007, Rusia meneken kontrak dengan Iran untuk pengiriman senjata darat ke udara (misil anti-serangan udara) yang dapat digunakan menembak jet tempur musuh atau sebagai penuntun misil senilai US$ 800 juta (sekitar Rp 9,2 triliun). Namun kontrak tersebut dibatalkan oleh Presiden Dmitry Medvedev pada 2010 lantaran mendapatkan tekanan kuat dari ASt dan Israel agar tak melanjutkan penjualan senjata anti-serangan udara ke Iran. Pembatalan ini menuai protes Iran.


Vladimir Putin menyatakan bersedia mengirim senjata pesanan tersebut, jika Iran menarik gugatannya senilai US$ 4 milyar (Rp 46 triliun) yang diajukan ke pengadilan internasional di Jenewa terhadap eksportir senjata Rusia. Kommersent menulis, Putin siap menyuplai Teheran dengan modifikasi versi ekspor S-300 dengan model S-300VM Antey-2500.


Rusia juga mendesak Barat agar memperlunak sanksi terhadap Iran setelah terpilihynya Rowhani, seorang ulama moderat, menjadi Presiden Iran pada Juni 2013. Selain pengiriman senjata, Putin siap menandatangani kesepakatan dengan Iran untuk membangun reaktor nuklir kedua di Bushehr.

“Kesepakatan ini sesungguhnya secara ekonomi tidak menguntungkan, namun harus dipandang dari sudut politik,” kata sumber itu. Rusia mulai menghitung , untung rugi jika membiarkan negara Sekutunya jatuh satu persatu.





Sumber : JKGR

Analisis : MEF Resntra 2015-2019 TNI

S-60 57mm,  Meriam Perisai Angkasa 'Sepuh' Arhanud TNI AD (photo:Arhanud)

JKGR-(IDB) : Jika Australia hendak menyerang Indonesia, mungkin RAAF bisa menembus wilayah udara Indonesia untuk membom Jakarta. Namun bombardir itu tidak banyak mempengaruhi kekuatan militer Indonesia. 

Begitu pula dengan Angkatan Laut Australia dapat menembus perairan Indonesia dan mendarat di garis pantai. Namun setelah tiba di garis pantai, apa yang bisa mereka lakukan ?. Tidak banyak, karena jumlah pasukan Indonesia yang besar menjadi keunggulan Indonesia. Jika skenarionya dibalik Indonesia yang menyerang ke Australia, maka Indonesia belum memiliki kekuatan untuk itu. Konsep realistis Indonesia di renstra 1 dengan keterbatasan ini adalah, membentuk militer yang bersifat self defence. Berperang di wilayah sendiri, untuk mengusir agresor atau mengawasi flash point.


Saat ini belum semua alutsista TNI AD mengalami modernisasi. Dengan kondisi tersebut, dapat kita lihat Angkatan Darat memperkuat pasukan yang bersifat mobile, yang bisa digerakkan ke wilayah manapun dalam waktu cepat. Target ini dimasukkan dalam Rencana Strategis 1 (Renstra 1 :2010-2014) dengan munculnya pembelian MBT Leopard 2, IFV Marder, MLRS Astros II, Meriam Caesar 155 mm, ATGM NLAW, kendaraan taktis, hingga helikopter serang Apache AH-64 E. Semua yang dibeli bersifat mobile, dalam artian dapat digerakkan dengan cepat diangkut melalui kapal permukaan maupun pesawat angkut Hercules.


Untuk meningkatkan mobilitas pasukan mobile, Indonesia menambah pesawat angkut dengan membeli Hercules eks RAAF Australia. Begitu pula dengan persenjataan dan kemampuan prajurit Kostrad, terus ditingkatkan. Jangan heran, alutsista baru TNI AD, biasanya diserahkan kepada Kostrad. Hal ini karena pasukan Kostrad yang bisa digerakkan kemanapun di wilayah tanah air. Mereka tidak punya wilayah. Wilayah yang mereka tempati berada di bawah kendali Panglima Kodam.


Konsep renstra 1 Angkatan Darat, menyerupai target yang dikejar oleh TNI AU. Mereka menyiapkan fighter dan pesawat tempur yang bisa bergerak cepat, bertarung secara sengit di wilayah manapun di Indonesia. Angkatan Udara harus tampil prima, di tengah minimnya kemampuan arhanud dan pertahanan wilayah Indonesia. Untuk itu, Skuadron Sukhoi telah dilengkapi rudal berbagai jenis, dari air-to-air, air-to-ground, hingga rudal penghancur radar.

Pada renstra 1, pesawat tempur sukhoi TNI AU telah genap satu skuadron (16 pesawat ). 

Mereka juga mendapatkan tambahan satu skuadron (16 pesawat) pesawat super tucano untuk tempur taktis “close air support”, intai serta serangan anti-gerilya. Ada lagi 30 pesawat F-16 block 25/32 retrofit eks AS, serta pesawat latih T-50 i dari Korea Selatan yang bisa digungsikan sebagai air support, serta  UAV Heron komposit untuk pengawasan.


Di renstra 1, kekuatan Angkatan Laut ditujukan untuk bisa menghadapi ancaman aktual di beberapa flash point. Fokus utama untuk renstra 1 adalah ancaman di wilayah Ambalat.


TNI AL telah memperkuat armada kapal selam mereka. Angkatan Laut juga membangun kekuatan strategis untuk kapal permukaan dengan memasang rudal yakhont 300 km di kapal Van Speijk Class. Menggabungkan sistem rudal Rusia dengan Kapal Nato patut dibanggakan. Jika pada uji pertama rudal yakhont overshoot terhadap sasaran, maka pada uji kedua telah mengenai sasaran. 

Betapa kuatnya daya hancur rudal yakhont, dalam hitungan detik kapal sasaran tembak langsung tenggelam. Ujicoba ketiga nanti seharusnya ditujukan terhadap sasaran bergerak dengan jangkauan 250-300km, untuk mengatahui apakah rudal yakhot frigate van speijk mampu men-tracking terus menerus sasaran yang bergerak. Ujicoba penembakan jarak jauh ini memerlukan helikopter OTHT yang sedang disipakan TNI AL.


Kemampuan TNI AL memasang rudal yakhont di kapal sistem Nato, merupakan modal besar bagi TNI AL dan harus terus mengembangkannya secara maksimal. Bayangkan saja, kapal-kapal tua Indonesia menjadi disegani jika proyek rudal yakhont bisa sukses menghantam sasaran yang bergerak.

Marinir mendapatkan tambahan 17 Tank BMP-3F. Marinir membutuhkan masih  95 tank sejenis BMP, yakni 81 unit tipe BMP-3F, 10 unit tipe BMP-3FK, dan 4 unit tipe BREM-L (photo:Dispenal)
Marinir mendapatkan tambahan 17 Tank BMP-3F. Marinir masih membutuhkan 95 tank sejenis BMP, yakni 81 unit tipe BMP-3F, 10 unit tipe BMP-3FK, dan 4 unit tipe BREM-L


Untuk modernisasi, TNI AL juga memesan 2 PKR Sigma ke Belanda serta membeli 3 light frigate Nakhoda Ragam Class dari Inggris. Sementara untuk urusan kuantitas, TNI AL membangun kapal-kapal kecil dengan kemampuan serang rudal. Diharapkan pada tahun 2013 ini KCR-60 pertama pesanan TNI AL sudah bisa diluncurkan plus dengan kemampuan serang rudal. Adapun untuk Marinir, pasukan ini mendapatkan tambahan 17 Tank BMP-3F. Marinir membutuhkan 95 tank sejenis BMP, yakni 81 unit tipe BMP-3F, 10 unit tipe BMP-3FK, dan 4 unit tipe BREM-L dan akan penuhi secara bertahap.


Budget Renstra 2010-2014 untuk modernisasi Alutsista TNI, dianggarkan Rp 156 triliun, dengan Base Line Rp. 99 triliun dan On–Top Rp 57 triliun. Alhasil alutsista yang datang pada renstra 1 cukup membanggakan. 50 % dari budget tersebut, untuk pengembanagn dan modernisasi alutsista Angkatan Darat.


Bagaimana dengan Renstra II tahun 2015-2019 ?.
 
Pemerintah Indonesia membagi tiga tahapan Rencana Strategis (Renstra) dalam pembangunan Minimum Essential Force (MEF) untuk membentuk kekuatan pertahanan yang memadai. Fokus dari MEF ini adalah menitikberatkan pembangunan dan modernisasi alutsista beserta teknologinya, untuk menghadapi ancaman aktual di beberapa flash point. Diantaranya, permasalahan perbatasan wilayah negara, terorisme, separatisme, konflik horisontal/komunal, pengelolaan pulau kecil terluar, serta turut serta dalam bantuan bencana.


Renstra II merupakan titik krusial yang bila dilalui dengan benar, akan membuat postur pertahanan Indonesia mandiri dan semakin berwibawa. Namun tantangan di renstra II ini sangat berat.


Untuk urusan Angkatan laut, saat ini Kementerian Pertahanan sedang menggarap proyek kapal selam Changbogo dengan Korea Selatan. Ditargetkan pada tahun 2015, kapal selam ketiga akan dibangun di PT PAL Surabaya, Jawa Timur. Begitu pula dengan kapal perang Perusak Kawal Rudal Sigma Belanda yang diharapkan bisa dibangun di Indonesia, menjadi program Korvet nasional atau Frigate Nasional.


Untuk Angkatan Udara, Kemenhan juga mempunyai proyek pembuatan fighter IFX/KFX dengan Korea Selatan, yang diharapkan prototype-nya selesai tahun 2015. Sementara Angkatan Darat sedang mengembangkan Tank Medium Pindad bekerjasama dengan Turki. Sementara di bidang peroketan, Indonesia sedang mengembangkan Roket Lapan, Rhan serta C-705.


Kalau proyek itu terealisasi, maka Indonesia bolehlah berbangga hati karena telah move-on. Tapi jika tidak berhasil, berarti kemampuan negeri ini baru sebatas membeli alutsista, dan akan semakin tertinggal dari negara-negara “satu lechting”, seperti; India, Pakistan, Iran, Turki, China, Korea Selatan, bahkan Korea Utara.


Pekerjaan rumah lainnya bagi pertahanan Indonesia adalah mengintegrasikan berbagai alutsista, di tengah kebijakan pengadaan alutsista yang menganut azas, perimbangan sumber dari negara barat dan Rusia. Perimbangan pengadaan alutssita dari dari negara barat dan Rusia ini, sebenarnya bisa dikatakan membuat pusing kepala. Bayangkan saja, anda membeli dua alat berteknologi canggih dari luar negeri yang mana anda tidak bisa membuatnya. Setelah anda beli, kedua alat itu harus anda integrasikan. Tentu ini tantangan yang berat dan perlu dikaji kembali. TNI harus memiliki platform yang jelas bagi sistem pertahanan laut, darat dan udara, untuk bisa diintegrasikan.


Pada renstra 2 akan ada pembentukan dan penempatan pasukan di beberapa wilayah strategis, seperti Divisi III Marinir di Sorong Papua. Sebanyak 15.000 pasukan marinir akan ditempatkan secara bertahap, untuk mendukung keamanan dan pertahanan di komando wilayah laut timur. Angkatan Laut juga membangun Pangkalan Kapal Selam baru di Palu, Sulawesi Tengah.


Sementara Angkatan Darat terus mengembangkan pasukan di bawah Kodam XII Tanjungpura yang berbatasan dengan Malaysia. Antara lain, Denzipur-6/SD di Anjungan menjadi Yonzipur di Mempawah, kemudian validasi Yonarmed 16/105 menjadi Yonarmed 16/Komposit di Ngabang, Kabupaten Landak serta pengembangan Denkav-2 Pontianak menjadi Yonkav. Kodam XII TPR bermarkas di Kabupaten Kubu Raya membawahi provinsi Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah.

Latihan gabungan TNI 2013
Latihan gabungan TNI 2013

Pertahanan Udara jarak Menengah
 
Tensi konflik di Laut China Selatan terus meningkat. Kabar terakhir, Pemerintah Filipina melaporkan China telah menyimpan balok-balok beton di Karang Scarborough. Filipina tidak bisa berbuat banyak. Konflik antara China dengan Filipina di Scarborough serta China dengan Jepang di Pulau Senkaku, diperkirakan akan terus meningkat.


Jika India dan China telah membangun kapal induk, tentu sangat wajar jika Indonesia memiliki destroyer atau the real frigate yang memiliki kemampuan pertahanan dan persenjataan yang baik. Indonesia harus berpikir out of the box dan jangan menyamakan alutsistanya dengan negara-negara kecil. Negara besar harus memiliki pertahanan yang kuat tapi teduh. Sekali -kali Indonesia-lah yang mengambil inisiatif dan angkatan bersenjata lain yang mengikuti. Keberadaan Destroyer akan menjadi lompatan bagi TNI AL sekaligus pelindung bagi armada laut Indonesia. Moto “di Laut Kita Jaya”, akan kembali dengan keberadaan destroyer ini. Operasi destroyer ini akan dijaga oleh kapal selam kilo class/ amur class yang sudah ditawarkan oleh Rusia untuk Indonesia.


Malaysia berencana membeli rudal anti kapal permukaan Brahmos, untuk melengkapi arsenal fighter Sukhoi mereka. Katakanlah jika pecah konflik di Ambalat, elemen mana yang akan melindungi armada laut Indonesia ?. Rudal itu bisa ditembakkan dari jarak jauh dan pesawat penyerang pun langsung menghilang. Serangan ini sulit diantisipasi oleh Fighter Indonesia, karena akan terlambat untuk mengantisipasinya.


Kehadiran distroyer di Angkatan Laut sekaligus penggentar bagi pihak asing yang mencoba-coba merebut wilayah Indonesia. Sudah waktunya pula bagi Australia untuk mengubah cara pikir mereka, bahwa Indonesia adalah negara lemah yang kekuatan militernya di bawah mereka. Dari proyeksi pertahanan Amerika Serikat atas kekuatan China, maka Indonesia yang lebih membutuhkan destroyer dibanding Australia, untuk menstabilkan Laut China Selatan.


Pengadaan destroyer ini dapat disertakan dengan pembelian Helikopter Serang Apache AH-64E. Kalau AS mengijinkan Indonesia menggunakan Apache AH-64E, maka sangat wajar jika Indonesia meminta pembelian Destroyer. Indonesia harus ikut berperan aktif dalam pengamanan Laut China Selatan. Keberadaan Destroyer harus dikaitkan dengan pengamanan Laut China Selatan.
Diagram of the first and second island chains of China
Diagram first and second island chains of China tembus hingga ke Indonesia

Pihak TNI pernah meninjau destroyer milik AS. Chuck hagel juga kabarnya sempat menawarkan kapal perang kepada Indonesia, saat kontrak pengadaan Helikopter Serang Apache AH-64E.


Hal lain yang menjadi sorotan dari pertahanan Indonesia adalah tidak adanya pertahanan anti-udara jarak menengah. Kasus rencana serangan AS ke Suriah, menunjukkan betapa pentingnya sistem pertahanan jarak menengah sepeti S-300. Vladimir Putin saja mengakui sistem pertahanan S-300 menjadi faktor yang strategis bagi posisi pertahanan Suriah. Tidak heran, Iran pun mati-matian ingin mendapatkan sistem pertahanan anti-udara S-300 family.


Di jaman modern sekarang ini, peperangan dilakukan dari jarak jauh. Jika sebuah negara tidak memiliki pertahahan udara yang memadai, maka harus bersiap-siap untuk di-bully oleh lawan.

Kondisi SAM Indonesia saat ini memang memrihatinkan, karena mengandalkan S-60 retrofit, Bofors, Grom dan RBS-70 yang sudah tua. Ada pembelian startreak serta oerlikon skyshield, namun itu pun untuk pertahanan jarak pendek.


Usulan pengadaan pertahanan udara jarak menegah, sebenarnya sempat dilontarkan oleh Arhanud, karena situasi modern, sangat membutuhkan pertahanan menengah. Namun siapakah nantinya memegang sistem pertahanan udara jarak menengah-jauh  ini masih dilematis. Apakah di tangan Arhanud TNI AD atau di tangan TNI AU yang memang memiliki tugas pertahaan wilayah.


Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin sempat menyinggung tentang perlunya rudal jarak menengah. Semoga yang dimaksud Wamenhan bukan Astros II yang dipasang amunisi peluru kendali. Sistem anti-udara S-300 family buatan Rusia patut dijadikan kandidat. Konflik di Suriah menunjukkan S-300 merupakan senjata deteren bagi pihak lawan.


Untuk sistem rudal sejak dulu Indonesia telah dekat dengan Uni-Soviet/Rusia. Jika pada tahun 1960-an TNI memiliki rudal antikapal permukaan KS-1 Komet dan rudal anti-udara jarak pendek, kini TNI memiliki Yakhont dan seharusnya rudal anti-udara jarak menengah. Tujuan dari sistem senjata anti-udara jarak menengah-jauh ini, tidak lain untuk objek vital nasional yang bersifat strategis.


Untuk unsur pasukan, Kualitas dan jumlah personel pertahanan: Kostrad, Marinir, Paskhas terus ditingkatkan diselaraskan dengan keberadaan komponen Cadangan Pertahanan.

Tidak kalah penting adalah meningkatan kemampuan industri militer dalam negeri seperti: LAPAN, Pindad, PT PAL, PT DI, BPPT, PT Dahana dan sebagainya. Diharapkan pada renstra 2, tank medium Pindad telah menemukan bentuknya. Begitu pula dengan kapal selam Changbogo yang sudah diproduksi di dalam negeri, Roket Rhan, C-705 anti-kapal serta prototype IFX. Bagaimana menurut Anda ?





Sumber : JKGR

Pesawat T-50i Golden Eagle Akan Gantikan HAWK Mk-53

Sebelum menyentuh Landasan pacu Lanud Iswahjudi, kedua pesawat Tempur T-50i Golden Eagle, di-escort di East Area Iswahjudi Aerodrome oleh dua pesawat Hawk MK-53 yang diterbangkan oleh Komandan Skadron Udara 15 Letkol Pnb Wastum, Mayor Pnb Hendra, Kapten Pnb Gultom dan Lettu Pnb Yudistira. Setelah Joint Up, Hawk Flight akan mengambil alih kepemimpinan (taking the lead), membentuk Box Formation melaksanakan Fly Pass diatas hanggar Skadron Udara 15, sebanyak dua kali dari arah yang berbeda.

MAGETAN-(IDB) : Panglima Komando Operasi Angkatan Udara II, Marsekal Muda TNI Agus Supriatna mengatakan pesawat T-50i Golden Eagle yang dipesan Kementerian Pertahanan Republik Indonesia dari Korean Aersospace Industries (KAI) sudah mulai diterima, Rabu 11 September 2013. "Dua unit dari 16 yang dipesan sudah datang,’’ kata Agus di Landasan Udara Iswahjudi, Maospati, Kabupaten Magetan.

Adapun 14 pesawat yang dikhususkan untuk latihan tempur akan tiba secara berkala dalam dua pekan sekali. Dia berharap hingga akhir 2013 nanti seluruh pesawat tersebut sudah masuk di skadron udara 15 Lanud Iswahjudi. "Pesawat ini akan menggantikan pesawat HAWK Mk-53,’’ ujarnya.

Menurut Agus, belasan pesawat HAWK MK-53 yang dibeli pemerintah di era 1980-an mayoritas sudah uzur. Hingga saat ini hanya dua unit yang masih diopersikan lantaran kualitasnya dinilai layak. Namun dalam waktu dekat pesawat itu tidak akan digunakan lagi. Sebab pihaknya mulai kesulitan mencari suku cadang. Kalaupun masih ada umumnya harganya mahal.

Karena itu, pesawat HAWK MK-53 secara keseluruhan akan diganti dengan 16 pesawat T-50i Golden Eagle. Belasan pesawat itu diperuntukkan melatih para penerbang tempur muda lulusan sekolah penerbang sebelum mereka mengoperasionalkan pesawat Sukhoi, F-16, F-5 maupun Hawk 100/200. "Juga akan dibentuk tim aerobatic,’’ kata Agus.

Kelebihan T-50i Golden Eagle, kata dia, dilengkapi dengan persenjataan yang dapat digunakan dalam berbagai misi, seperti AIM-9 Sidewinder, bom MK-82, BDU-33, AGM-65 Maverick, MK-20 Cluster Bomb Unit, dan bom pintar JDAM. "Kami istilahkan pesawat (T-50i Golden Eagle) ini adiknya F-16,’’ tutur dia.

Sementara itu Vice Prisident KAI Mr. Kim Kyuhak mengatakan, pihaknya dengan TNI AU memiliki hubungan baik. Karena itu KAI bersedia membuatkan pesawat T-50i Golden Eagle dengan kualitas baik. "Kami dapat membuat TNI merasa puas,’’ kata dia.

Kedatangan pesawat T-50i Golden Eagle kali pertama menjadi perhatian para TNI AU dan tamu undangan yang datang ke Skuadron 15 Lanud Iswahjudi. Ini ketika dua unit pesawat T-50i Golden Eagle dan dua pesawat HAWK MK-53 melintas di udara.





Sumber : Tempo

Tempur Golden Eagle Tiba Di Indonesia

MAGETAN-(IDB) : Dikawal Hawk M 53, dua pesawat tempur latih T-50i Golden Eagle buatan Korea Selatan tiba di Lapangan Udara  Iswahyudi, Madiun, Jawa Timur, Rabu siang kemarin. Pesawat ini akan menggantikan Jet Tempur A-4 Sky Hawk M-K 53 yang sudah uzur.

Dua pesawat yang tiba kemarin siang itu merupakan bagian dari 1 skuadron atau unit pesanan TNI Angkatan Udara. Sisanya, 14 pesawat, akan tiba di Indonesia secara bertahap.

Jika tak ada aral, skuadron T-50i Golden Eagle akan lengkap berada di Indonesia, akhir 2013 nanti. "Pesawat T50 i ini sangat canggih. Bisa dikatakan adiknya Pesawat F 16," kata Pangkoops II TNI AU Marsekal Muda Agus Supriatna.

Dia menambahkan, belasan pesawat Hawk M-53 yang beroperasi sejak 1980-an sudah uzur dan harus diganti. Saat ini hanya dua unit yang masih bisa digunakan.

Namun, kedua pesawat itu pun akan di-grounded dalam waktu dekat, sebab suku cadangnya sudah beberapa kali diganti dengan biaya yang mahal.

Kelebihan pesawat Eagle ini dilengkapi sistem persenjataan yang dapat digunakan dalam berbagai misi.





Sumber : Vivanews

Radar Scanter 4100 Untuk KRI Fatahillah

KRI Fatahillah-361

LONDON-(IDB) : Perusahaan Ultra Electronics Command and Control Systems Inggris telah dikontrak oleh Kementerian Pertahanan RI untuk memodernisasi (upgrade) kapal fregat kelas Fatahillah milik TNI AL dengan Radar Scanter 4100 Terma, situs resmi Terma mengatakan.
Radar Scanter 4100 Terma ini sengaja dipilih oleh perusahaan Ultra karena dinilai sudah memenuhi persyaratan sistem tempur baru untuk kapal-kapal perang. Pihak Ultra dan Terma sendiri berharap negosiasi dengan Pemerintah Indonesia bisa selesai pada musim gugur ini.

Sistem Scanter 4100 dianggap sebagai teknologi mutakhir dan dilengkapi dengan perangkat lunak dan elektronik terbaru. Radar ini mendukung untuk pengoperasian UAV dan helikopter dan memberikan gambaran rinci deteksi target-target kecil dalam jarak dekat hingga cakrawala radar (radar horizon) di semua kondisi cuaca.

Target udara akan terdeteksi pada jarak 96 nm (sekitar 178 km) dan rudal "skimming" laut ketika memasuki cakrawala radar. Gambar resolusi tinggi dari SCANTER 4100 memberikan kesadaran situasional dalam semua misi, mulai dari misi pencarian dan penyelamatan, dan mendeteksi rudal. Untuk melihat karakteristik dan kemampuan Scanter 4100, dapat Anda lihat video di bawah .

Perusahaan Terma selama ini mengembangkan produk dan sistem untuk pertahanan, non-pertahanan, dan aplikasi keamanan, termasuk sistem komando dan kontrol, sistem radar, sistem perlindungan diri untuk kapal dan pesawat, teknologi ruang angkasa, dan aerostruktur canggih untuk industri pesawat terbang internasional.

Perusahaan yang memiliki staf sebanyak 1.050 orang ini berkantor pusat di Aarhus, Denmark, dan memiliki anak perusahaan internasional dan kantor operasi di Belanda, Jerman, Singapura, India dan Amerika Serikat.




Sumber : Artileri

Rusia Siap Uji Coba Tank Armata November Nanti

MOSCOW-(IDB) : Prototipe tank tempur utama generasi baru "Armata" Rusia siap untuk di uji coba pada bulan November nanti, komandan Pasukan Tank Rusia, Letnan Jenderal Alexander Shevchenko mengatakan pada hari Sabtu, 7 September 2013.




 "Prototipe (tank Armata) akan diresmikan saat pameran (persenjataan) di Nizhny Tagil, dan uji coba akan dimulai dalam waktu satu atau dua bulan (kedepan), saya yakin akan hal ini," kata Shevchenko kepada radio Echo Moskvy.

Pameran persenjataan ini akan dilaksanakan pada 25 hingga 28 September nanti. Ini menurut pernyataan dari Wakil Perdana Menteri Rusia Dmitry Rogozin yang mengatakan pada bulan Juli lalu bahwa negara Rusia akan menampilkan tank baru saat pameran tersebut.




Tank tempur utama Armata versi turret (kubah) tak berawak juga akan diluncurkan, kata Shevchenko.

Armata adalah platform kendaraan tempur universal yang akan digunakan sebagai basis untuk memproduksi berbagai kendaraan lapis baja. Shevchenko mengatakan pada Jumat lalu bahwa prototipe Armata yang berjenis tank tempur utama, kendaraan tempur infanteri berat, dan kendaraan lapis baja recovery saat ini sudah dibuat,.


Armata dinamai dari nama meriam Rusia pada abad-14, dirancang sendiri oleh Rusia sejak tahun 2009 melalui perusahaan pertahanan Uralvagonzavod yang berkantor pusat di Nizhny Tagil, Rusia.


Kendaraan-kendaraan tempur yang berflatform Armata akan menjadi tandingan bagi saingan-saingan mereka yang ada di NATO dan bahkan diklaim lebih unggul untuk dioperasikan di daerah-daerah tertentu, Shevchenko mengatakan Jumat tanpa menjelaskan lebih lanjut daerah seperti apa yang dimaksud.


Belum banyak yang diketahui tentang tank tempur Armata yang dijadwalkan akan digunakan militer Rusia pada tahun 2015. Laporan-laporan media dan pernyataan-pernyataan pejabat Rusia sebelumnya mengatakan bahwa kubah Armata tidak berawak, dengan tiga orang awak tetap di dalam yang terlindung dengan chassis yang baik.


Shevchenko juga mengatakan bahwa semua unit siaga dari Angkatan Darat Rusia yang menggunakan tank tempur utama T-72 dan T-90 akan diganti dengan tank Armata pada awal 2015. Langkah ini akan menyelesaikan program unifikasi tank bagi militer Rusia, yang menggunakan 40 model dari 10 tank berbeda sejak tahun 2008, katanya.



Tank Tempur Utama Armata
BuatanRusia
Kru
3
Senjata utama
Kanon 125 mm Smoothbore versi baru dengan kemampuan ATGM
Senjata Sekunder1 atau 2 senjata 30 mm anti pesawat
Mesin
Diesel 1.500 hp
Transmisi
8 Speed Automatic Gearbox
Kecepatan
?





Sumber : Artileri

Pemerintah Baru Australia Berusaha Mendekati Indonesia


DARWIN-(IDB) : Australia akan dekati Indonesia untuk bernegosiasi soal kebijakannya mencegah pencari suaka masuk ke perairannya. Kebijakan yang digagas oleh Koalisi pimpinan PM terpilih Tony Abbott sebelumnya ditolak oleh pemerintah Indonesia.



Calon Menteri Luar Negeri Australia, Julie Bishop mengatakan Koalisi di bawah pimpinan Perdana Menteri Tony Abbott akan bernegosiasi dengan Indonesia soal masalah pencari suaka.

Negosiasi akan dilakukan, setelah sebelumnya Indonesia menolak usulan Koalisi soal kebijakan pencari suaka yang dilontarkan saat kampanye pemilu.

Di hadapan Komisi Hubungan Luar Negeri di DPR, Menteri Luar Negeri, Marty Natalegawa mengatakan bahwa kebijakan soal pencari suaka Australia yang digagas PM terpilih Tony Abbott seolah menjadikan masalah tersebut harus diselesaikan dari Indonesia.

Tidak hanya itu, Marty juga telah menegaskan kepada parlemen bahwa pemerintah akan menolak usulan Abbott untuk membeli perahu dari para nelayan di Indonesia. "Tentu saja kita akan menolak jika mereka mencoba mencegah kapal dari Indonesia dengan cara membeli kapal-kapal milik nelayan Indonesia," tegas Marty.

Menurut Marty, pemerintah Indonesia perlu membedakan antara kampanye politik Abbott sebelum ia menjadi Perdan Menteri dengan kenyataannya di lapangan.

Saat kampanye pemilu, pihak koalisi berjanji untuk membeli perahu-perahu milik nelayan Indonesia sebagai bagian dari rencana untuk menghentikan perdagangan manusia.

Kebijakan ini ditentang oleh Menteri Imigrasi Australia, Tony Burke, juga pengamat hubungan luar negeri dari Universitas Indonesia, Profesor Hikmahanto Juwana

"Kebijakan itu hanyalah akan membuat hubungan Indonesia dan Australia menjadi buruk, Indonesia tidak akan menerima gagasan Abbott," kata Profesor Hikmahanto.

Abbott sendiri dalam kampanyenya pernah mengusulkan anggaran jutaan dolar untuk membayar para nelayan atau warga Indonesia yang memiliki informasi soal perdagangan manusia berdalih pencari suaka. Informasi ini nantinya akan digunakan pihak keamanan Australia untuk ditindaklanjuti.

"Pastinya, kita akan menolak kebijakan-kebijakan yang tidak sejalan dengan semangat kerjasama dan integritas serta kedaulatan nasional," tegas Marty. "Saya harap setelah kita mulai berkomunikasi, kita dapat tahu apa kebijakan Australia sesungguhnya."

Poin Utama

  • Indonesia menolak rencana koalisi untuk membeli perahu milik nelayan Indonesia yang berpotensi mengangkut pencari suaka
  • Indonesia juga menolak usul Australia untuk mengembalikan perahu-perahu yang masuk ke Australia ke Indonesian
  • Indonesia menilai membayar warga Indonesia agar mau memberikan informasi soal pencari suaka tidaklah tepat
  • PM terpilih Tony Abbott akan bertemu Presiden Yudhoyono bulan depan di pertemuan APEC

Operasi Kedaulatan Perbatasan

Abbott mengumumkan Operasi Kedaulatan Perbatasan pada bulan Juli lalu, yang melibatkan militer untuk memerangi perdagangan manusia ke Australia.

Operasi ini akan dipimpin oleh komandan bintang tiga. Termasuk dalam operasi ini adalah meminta kapal pencari suaka yang masuk Australia untuk kembali ke Indonesia. Usulan ini pun tidak didukung oleh Indonesia.

Julie menjelaskan bahwa Operasi Kedaulatan Perbatasan pun akan menjadi pembahasan dalam pertemuan bilateral dengan pemerintah Indonesia. Rencananya pertemuan ini akan dilakukan segera.

"Diskusi akan dilakukan dengan pertemuan tatap muka, tanpa perantara media," tegas Julie. "Sangatlah penting bagi Australia untuk bekerja sama dengan Indonesia untuk bisa menghentikan perdagangan manusia yang melewati Indonesia."

Namun, Abbott tetap percaya kalau bisa bekerja sama dengan Indonesia.





Sumber : RadioAustralia