Pages

Sabtu, Juli 06, 2013

Danjen Kopassus Membuka Latihan Tribuana Cakti-XIX TA.2013

BATUJAJAR-(IDB) : Danjen Kopassus Mayjen TNI Agus Sutomo membuka secara resmi  latihan Tribuana Cakti-XIX TA.2013 di Lapangan Parkir Makopassus Cijantung-JakartaTimur, Senin (1/7).
Latihan Tribuana Cakti-XIX akan berlangsung hingga Oktober ini, dengan melibatkan sekitar 600 prajurit pelaku dan pendukung, yang mengambil lokasi latihan puncaknya di Bali. Kegiatan latihan ini diawali dengan latihan Gladi Posko yang berlansung hingga 4 Juli di Grup-3 Kopassus dan dilanjutkan Latihan Lapangan  
Dalam amanatnya Danjen Kopassus mengatakan bahwa dalam dinamika perubahan lingkungan strategis pada lingkup global, regional dan nasional, senantiasa bergerak cepat, dengan diikuti  rencana dilaksanakan APEC ke 25 tahun 2013 di Bali sehingga salah satu event penting dunia yang melibatkan 21 negara dapat mempengaruhi seluruh aspek kehidupan berbangsa dan bernegara. Kondisi tersebut, bila tidak diantisipasi secara dini, dapat menjadi suatu ancaman serius terhadap kedaulatan negara, keutuhan wilayah dan keselamatan segenap bangsa.
Mencermati hal tersebut, perlu disiapkan langkah antisipatif dan responsif dalam menghadapi segala kemungkinan yang akan menjadi ancaman potensial dan faktual ke depan.  Oleh karena itu, Kopassus sebagai Kotama Operasi Mabes TNI, senantiasa siap mengantisipasi segala bentuk ancaman yang dapat mempengaruhi kedaulatan negara, keutuhan wilayah dan keselamatan segenap bangsa. Disisi lain, Kopassus sebagai Kotama Pembinaan TNI Angkatan Darat, terus memelihara dan meningkatkan kesiapsiagaan operasional satuan jajarannya, melalui pembinaan latihan secara bertahap, bertingkat dan berlanjut. Oleh karena itu, Kopassus menyelenggarakan latihan dengan metode Latihan Posko-1 dan Latihan Lapangan dengan sandi “Latihan Tribuana Cakti-XIX”. 
Pada akhir amanat Danjen memberikan  beberapa penekanan sebagai berikut : 
Pertama : Laksanakan latihan ini dengan semangat, kesungguhan, disiplin serta rasa tanggung jawab yang tinggi, guna mencapai tujuan dan sasaran latihan secara efektif dan efisien. Perhatikan faktor keamanan, baik personel, materiil, dokumen maupun kegiatan latihan.  
Kedua : Jadikan latihan ini sebagai momentum untuk meningkatkan kemampuan, keterampilan, dan pengalaman bagi para peserta latihan, dalam menghadapi tantangan tugas di masa depan.  
Ketiga : Jadikan latihan ini sebagai peluang untuk merevisi dan menyempurnakan kembali Doktrin Operasi Khusus yang disesuaikan dengan perkembangan lingkungan strategis, ilmu pengetahuan dan teknologi.       
Keempat : Tetap jaga dan pelihara realisme latihan sesuai dengan dinamika aktual lingkungan strategis, sehingga diperoleh suatu konsep strategi penangkalan dan penindakan yang dapat dioperasionalkan dalam menghadapi setiap kemungkinan kontinjensi.


 Sumber : Kopassus

Ekspedisi Khatulistiwa Koridor Sulawesi Resmi Ditutup

BATUJAJAR-(IDB) : Setelah berada di Minahasa, Dedi Purwanto segera menghubungi dosennya untuk mengubah tema skripsi. Ia mengubah objek penelitian dari monyet tak berekor di Pangandaran, Jawa Barat, menjadi tarsius spektrum di Tangkoko, Bitung, Sulawesi Utara.

"Kalau biaya sendiri nggak sanggup saya kalau harus meneliti tarsius di Tangkoko," ujar Dedi.

Mahasiswa Pendidikan Biologi Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka (Uhamka) Jakarta ini bisa meneliti tarsius karena ikut Ekspedisi NKRI. Ekspedisi yang digagas TNI ini mengambil sasaran Pulau Sulawesi. Dedi tergabung di Tim Flora Fauna Subkorwil Minahasa, Sulawesi Utara.

"Daripada harus penelitian lagi di Pangandaran, sekalian saja penelitian di sini," ujar Dedi. Dosen Dedi menyetujui perubahan tema yang diajukan Dedi. Usai ekspedisi Dedi harus berkutat dengan skripsinya yang membahas sarang dan habitat tarsius.

Ekspedisi yang berlangsung sejak 7 Maret itu, ditutup Pangkostrad Letjen TNI Gatot Nurmantyo di Pusdikpassus Batujajar, Sabtu (6/7). Gatot mengapresiasi kerja peserta ekspedisi yang mendapatkan hasil penelitian lebih banyak dari ekspedisi-ekspedisi sebelumnya. "Saya bangga dan cinta kalian, tim ekspedisi," ujar Gatot.

Menurut Kepala Bagian Operasional Ekspedisi NKRI Letkol Inf Rafael G Baay, ada sekitar 1.300 peserta yang disebar di sembilan subkoordinatorat wilayah (subkorwil) ekspedisi. Mereka terdiri dari tentara, dan mahasiswa serta beberapa aktivis LSM, organisasi kepemudaan, Menwa, dan PMI. Mereka tergabung di tim penelitian sosial budaya, penelitian flora fauna, penelitian geologi dan potensi bencana, penelitian kehutanan, tim jelajah hutan, tim jelajah rawa, laut, sungai, dan pantai, serta tim komunikasi sosial.

Banyak mahasiswa yang sekaligus melakukan penelitian skripsi selama mengikuti ekspedisi ini. Dian Ayu dari Antropologi UGM juga meneliti untuk materi skripsi, dengan objek penelitian musik bambu.

Yang belum menempuh skripsi pun, ada yang mendapatkan nilai dari kegiatan ekspedisi ini. "Dari Komando Ekpedisi kami mendapat nilai yang langsung diserahkan ke kampus," ujar Marini Walangitan, mahasiswi Konsentrasi Geotermal Jurusan Fisika Universitas Negeri Manado (Unima).

Oleh kampus, nilai itu akan dipakai untuk nilai mata kuliah KKN. "Kalau KKN sebenarnya cuma dua bulan, tapi kami tak masalah meski ekspedisi ini berlangsung empat bulan, karena kami tak perlu mengambil cuti seperti teman-teman mahasiswa lainnya," ujar Andika Mandagi, rekan Marini.

Selain Andika dan Marini, ada Cindy Wuisang, Angel Putong, dan Ryan Rori dari Jurusan Fisika Unima yang ikut ekspedisi ini. Meski tak ada persiapan fisik sebelumnya seperti mahasiswa lain yang sudah bergabung di Jakarta, mereka mengaku siap saja harus naik turun gunung melakukan penelitian geologi.

"Jatuh-bangun sering kami alami, tapi lama-lama kami bisa menyesuaikan," ujar Angel Putong. Cindy Wuisang mencatat pengalaman paling berkesan ketika tim geologi harus membuka jalur baru untuk mendaki Bukit Rindengan di Kanonang, Minahasa.

"Dengan ikut ekpedisi ini, kami tahu potensi alam dan tahu lokasi-lokasi geotermal di Minahasa," ujar Ryan Rori. "Kami juga kenal mahasiswa dari daerah lain dan kenal tentara," ujar Marini.

Perkenalan ini diharap tak hanya bermanfaat untuk saat ini saja, tapi juga untuk di masa depan. Menurut Pangkostrad Letjen TNI Gatot Nurmantyo mereka nanti dimungkinkan akan bertemu lagi ketika masing-masing sudah menjadi pemimpin bangsa.

Peran aktif dari seluruh anggota ekspedisi dinilai Pangkostrad sebagai salah satu sifat patriotik yang perlu terus ditularkan kepada generasi muda lainnya. "Sehingga dapat menciptakan pemimpin yang nasionalis ke depannya," ujar Gatot saat berkunjung ke Subkorwil Minahasa Juni lalu.

Komandan Ekspedisi NKRI, yang juga Komandan Jenderal Kopassus, Mayjen TNI Agus Sutomo, mengatakan mahasiswa dan pemuda dilibatkan dengan tujuan untuk menebalkan rasa cinta Tanah Air. Mereka bisa mengenal Indonesia lebih dalam dan mengetahui banyaknya kearifan lokal.

Mereka juga dikenalkan pengorbanan yang ikhlas mem­bantu rakyat mengatasi kesuli­tan, baik permukiman, kese­hatan, dan pendidikan. Selama empat bulan pelaksanaan ekspedisi, mereka terlibat pula pembangunan jembatan, bedah rumah, penghijauan, dan sebagainya.

Untuk mengikuti ekspedisi ini, Muhammad Nur Al-Afif mengakui harus saling menyesuaikan diri agar bisa bekerja sama dalam tim. "Mahasiswa biasanya suka protes dan menuntut alasan logis jika dilarang, sementara prajurit harus loyal pada perintah," ujar mahasiswa Pertanian Universitas Jenderal Sudirman yang ditunjuk sebagai komandan kelompok tim sosoal budaya Subkorwil Minahasa itu.

Keikutsertaan mahasiswa yang tergabung sejak di Jakarta, dijalani dengan mengikuti seleksi yang dilakukan oleh tenaga ahli. Motivasi keikutsertaan ditanyakan selain program yang akan dilakukan selama ekspedisi sehingga cocok dengan program ekspedisi. Dian bisa melakukan penelitian skripsi karena dia harus menyesuaikan jadwal penelitian yang ditetapkan oleh Komando Ekspedisi.

Sedangkan keikutsertaan Marini dan kawan-kawan dimulai ketika Tim Ekspedisi NKRI Subkorwil Minahasa datang di Unima. Dosen-dosen mereka diminta menjadi tenaga ahli. Mahasiswa pun kemudian ditawari ikut kegiatan ini dengan imbalan akan dihitung sebagai telah mengikuti mata kuliah KKN.

Dari jurusan lain di Unima ada beberapa mahasiswa lagi, seperti Witney yang tergabung di tim sosial budaya, Veronica dan Desy yang tergabung di tim kehutanan, dan Zeth Pandi yang tergabung di tim flora fauna. "Pada awalnya ada lebih dari 60 mahasiswa yang ingin gabung di tim flora fauna. Karena berbagai alasan, seperti izin orang tua, akhirnya hanya satu yang ikut di flora fauna," ujar Dedi Purwanto yang ditunjuk sebagai komandan kelompok Tim Flora Fauna Subkorwil Minahasa.

Pengalaman lain yang didapat mereka? Bisa merasakan naik pesawat hercules yang berisik itu. Marini dan kawan-kawan serta peserta daerah dari subkorwil lainnya berkesempatan menaikinya karena mereka ikut berangkat ke Batujajar Bandung untuk mengikuti acara penutupan.

Mereka juga ikut merasakan makan dengan menu seadanya selama empat bulan ekspedisi. "Pengalaman makan nasi kaleng ala tentara ya di ekspedisi ini. Sekali-sekalinya, dan tak akan mau lagi mencobanya," ujar Cindy yang mengaku kurang sreg dengan rasa nasi kaleng itu.

Kenal tentara juga ada untungnya. Mereka bisa tukar tas carrier. Tentara yang ikut tim jelajah mendapat jatah tas carrier 65 liter yang harganya di atas Rp 1 juta. Sedangkan mahasiswa dapat jatah tas carrier 45 liter yang harganya Rp 500an ribu. "Saya sudah punya carier yang 45 liter, makanya saya tukar dengan yang 65 liter," ujar Ratna, mahasiswa Psikologi Unpad. 







Sumber : Republika

Koarmatim Laksanakan Operasi Tameng Hiu

SURABAYA-(IDB) : Mengawali pelaksanaan Operasi Tameng Hiu-13 KRI Malahayati-362 melaksanakan loading chaff sebanyak 5 roket di dermaga Arsenal Batuporon Madura, Kamis (4/7). Selanjutnya KRI Malahayati-362 akan melaksanakan penembakan chaff  di laut Jawa selama pelaksanaan lintas laut menuju daerah operasi di perairan Karang Unarang.  
 
Komandan KRI Malahayati, Letkol laut (P) Moch. Irchamni  dalam pesannya menyampaikan bahwa penembakan chaff yang dilaksanakan oleh KRI Malahayati-362 merupakan bentuk profesionalisme prajurit Koarmatim, khususnya satuan kapal Eskorta. Hal ini, merupakan bukti bahwa para prajurit selain berhasil menjaga kesiapan material juga selalu siap dalam menghadapi tugas operasi.

Sesuai rencana, KRI Malahayati akan melaksanakan Operasi bersandi Tameng Hiu-13 dan dijadikan sebagai kapal markas di bawah kendali Komandan Gugus Tempur Laut Armatim selama 2 (dua) bulan. Puasa dan Lebaran bukan menjadi penghalang bagi seluruh prajurit KRI Malahayati-362 untuk melaksanakan tugas mulia, menjadi garda bangsa di daerah perbatasan.







Sumber : Koarmatim

Produsen Swasta Nasional Ini Kembangkan Baterai Untuk Tank, Pesawat Dan Kapal Selam

BOGOR-(IDB) : PT Nipress Tbk, produsen merek aki NS juga sedang mengembangkan baterai untuk kendaraan militer. "Visi kami berubah sejak 2008. 

Kami tak ingin hanya disebut pemroduksi aki mobil dan sepeda motor, tetapi all about batteries. Selain baterai lithium untuk mobil listrik, kami juga sedang mengembangkan baterai untuk kendaraan militer,” Richard Tandiono, Direktur Operasional, beberapa hari lalu.

Tank dan Kapal Selam

Saat ini, Nipress sudah menjadi penyedia baterai motive battery (baterai yang menggerakkan alat) selain untuk kendaraan sehari-hari. Di samping golf car, Richard menyebut pihaknya sudah berkolaborasi dengan TNI AL untuk mengembangkan baterai kapal selam. Produksinya sudah berjalan dan rencananya pada 2025 sudah selesai memroduksi 18 baterai masing-masing seberat 240 ton untuk 18 kapal selam.

Kerjasama juga dijalin dengan TNI AD dan AU dengan penyediaan baterai khusus untuk tank, kendaraan amfibi, dan pesawat terbang. "Kami juga dipercaya memroduksi baterai untuk menggerakkan torpedo yang akan kami realisasikan di 2016. Sedangkan baterai untuk helikopter dan pesawat di 2015,” tegas Richard.
 
Selain itu, perusahaan juga mengembangkan stationary battery (baterai untuk penyimpanan energi), misalnya cadangan energi untuk emergency lighting gedung, BTS berbagai provider, atau untuk mem-back up energi di data centre yang tak boleh sekali pun berkedip. Nipress juga sudah siap dengan penyediaan baterai untuk energi terbarukan seperti peranti penyimpan energi matahari atau pun angin.
Di industri otomotif sendiri (mobil dan sepeda motor), aki NS sudah berhasil meraih pangsa pasar 20 persen.






Sumber : Kompas

Senegal Berminat Beli Lagi CN-235

DAKAR-(IDB) : Menteri Pertahanan Senegal Augustine Tine memuji kinerja pesawat CN 235 buatan Indonesia dan berminat untuk menambah pesawat angkut militer buatan PT Dirgantara Indonesia tersebut.

"Kami menggunakan pesawat itu untuk berbagai keperluan dan saya puas dengan kemampuannya," kata Augustine seusai pertemuan dengan Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin di Dakar, Senegal, Kamis.

Angkatan Bersenjata Senegal memiliki satu unit pesawat angkut militer CN 235 yang dibeli secara kredit dari penjamin di Belgia. Tingkat penggunaan pesawat tersebut sangat tinggi.

"Besok saya akan naik pesawat itu ke daerah. Kadang digunakan untuk ke negara tetangga seperti Mali atau Benin," kata Augustine.

Sjafrie yang didampingi Dirjen Strategi Pertahanan Sonny Prasetyo dan Direktur Pemasaran PT DI Budiman Saleh menawarkan tambahan pesawat CN 235 dan generasi terbarunya CN 295 yang lebih canggih.

"Saya berharap bisa tambah satu yang generasi baru, adakah diberikan fasilitas kreditnya?" tanya Augustine.

Sjafrie menjawab bahwa kemungkinan fasilitas kredit itu bisa diberikan, namun akan tanya dulu kepada Menteri Keuangan.

"Soal kredit bukan wewenang saya, tapi Menteri Keuangan," katanya.

Wamenhan mengundang Augustine datang ke Indonesia untuk melihat sendiri produk industri pertahanan Indonesia.

"Saya ingin datang namun saya harus minta izin dulu ke Perdana Menteri," katanya seraya mengatakan Senegal juga membutuhkan peralatan militer seperti senapan dan amunisinya.

Sebelumnya, Sjafrie mengatakan kunjungan ke Afrika untuk meningkatkan kerja sama militer dan menjajaki peluang kerja sama produk industri pertahanan.

Indonesia, katanya, ikut ambil bagian dalam pasukan penjaga perdamaian di Afrika.

"Terimakasih Senegal sudah menggunakan CN 235, kami tawarkan produk lain seperti senjata dan nonsenjata," kata Sjafrie yang memberikan contoh produk dari mulai helm, rompi, dan makanan prajurit.

Menhan Senegal setuju memperkuat kerja sama dengan Indonesia. Senegal juga ikut pasukan penjaga perdamaian PBB.

Senegal juga sepakat untuk kerja sama melawan terorisme.

Sjafrie menyatakan setuju dengan kerja sama membasmi terorisme yang menjadi kejahatan internasional. 








Sumber : Antara

Kandidat Baru Helikopter Anti Kapal Selam TNI AL

ARC-(IDB) : Impian TNI-AL, Puspenerbal khususnya memiliki helikopter khusus anti kapal selam masih terus bergulir. Kabar baiknya, Kementrian Pertahanan telah mendengar dan meluluskan permintaan tersebut. Lebih jauh, ARC mendapat info, Kemhan sudah memberikan spesifikasi helikopter yang dibutuhkan kepada 2 pabrikan besar produsen heli anti kapal selam. 

Namun dari pihak pabrikan sendiri belum mengajukan penawaran. Kemhan sendiri berharap, kontrak bisa dilaksanakan tahun ini juga, sehingga di tahun 2014 diharapkan sudah ada barangnya.
 


Berbeda dengan kabar sebelumnya, dipastikan kali ini heli Kaman Super Sea Sprite sudah masuk kotak. Kementrian pertahanan kini melirik heli AKS yang memang terkenal dan mumpuni. 

Mereka masing-masing adalah AW-159 Wildcat serta AS-565 Panther. Entah kebetulan atau tidak, kedua heli ini memiliki nickname berbau kucing.

Helikopter AW-159 Wildcat sendiri merupakan pengembangan paling mutakhir dari heli Lynx. Heli ini digunakan oleh angkatan bersenjata di berbagai negara, dan sudah battle proven sejak perang Malvinas tahun 1982. 

Secara umum, Heli ini mampu dipersenjatai torpedo, rudal Sea Skua, hingga senapan mesin berat. Bahkan dalam berbagai foto terlihat heli ini menggotong rudal Hellfire. Lynx sendiri sudah menjadi idaman pilot Penerbal sejak tahun 90an. 

Namun minimnya anggaran serta harganya yang konon sangat mahal, membuat Penerbal terpaksa menunda mimpinya dan harus cukup puas dengan Bo-105 serta Nbell-412.

Sementara heli AS-565 Panther merupakan pengembangan dari seri Dauphin yang sangat laris. Di Indonesia sendiri seri Dauphin sudah digunakan oleh polisi udara. Selain itu eratnya hubungan Eurocopter dengan PT. DI bisa menjadi nilai tambah. Heli Panther sendiri juga sudah battle proven saat perang teluk pertama di tahun 1991. Heli ini biasa terlihat membopong rudal AS-15TT, Torpedo atau roket dan senapan mesin.

Secara umum, spesifikasi kedua heli sebenarnya tidak terpaut jauh. Yang mana akan dipilih, kita tentu berharap, juga turut dipasang mission suite yang cocok dan mumpuni. Sehingga, kemampuan TNI-AL dalam peperangan anti kapal selam semakin meningkat. Oya, ssttt.. kabarnya salah satu peserta mulai bergerak mundur lantaran spesifikasi yang diberikan terlalu menjurus.







Sumber : ARC

Submarine Traning Center Simulator Terintegrasi Korps Hiu Kencana

Kapal Selam TNI AL KRI Cakra 401 (photo:Koarmatim)
Kapal Selam TNI AL KRI Cakra 401.
SURABAYA-(IDB) : Kepala Staf Angkatan Laut, Laksamana TNI Marsetio menyatakan Indonesia telah melaksanakan kontrak pembuatan tiga kapal selam dengan Korea Selatan dan direncanakan pada akhir tahun 2016 atau awal 2017 kapal selam tersebut sudah datang di Indonesia.


Pembuatan dua kapal selam dilaksanakan di Korea Selatan, sedangkan pembuatan kapal selam ketiga, dibangun di PT PAL Surabaya, seperti halnya pembangunan kapal perang jenis Landing Platform Dock (LPD) tahun lalu. Untuk pembuatan kapal selam di Surabaya, TNI AL mengirim para teknisi dari PT PAL dalam rangka Transfer of Technology (TOT) di Korea Selatan.


Diharapkan pada tahun 2017/ 2018 Indonesia telah memiliki lima kapal selam termasuk dua kapal selam yang sudah ada yaitu KRI Cakra-401 dan KRI Nanggala-402.


TNI AL mengharapkan pada tahun 2024 Indonesia minimal telah memiliki 6 kapal selam, sesuai dengan pembangunan Minimum Essential Force (MEF) TNI AL untuk mengamankan wilayah NKRI. Pembangungan MEF ini akan terus di up date setiap tahun, sesuai dengan anggaran yang dialokasikan ke TNI. Hal ini disampaikan Kasal Laksamana TNI Marsetio, saat meresmikan pembangunan gedung Submarine Training Center (STC) di Kompleks Komando dan Latihan Koarmatim, Ujung, Surabaya – Jawa Timur.


Submarine Traning Center (STC) TNI AL dibangun sebagai fasilitas simulator untuk meningkatkan profesionalisme awak kapal selam guna mewujudkan TNI AL yang handal dan disegani. STC ini untuk berlatih ABK kapal selam maupun calon ABK kapal selam tanpa menggunakan jam operasional kapal selam, sehingga kapal selam dapat digunakan secara maksimal dan efisien.

Maket submarine training center TNI AL di Surabaya Jawa Timur (photo: jurnas.com)
Maket submarine training center TNI AL di Surabaya Jawa Timur.

Negara-negara di kawasan regional seperti Malaysia, India dan Australia telah membangun sistem pelatihan awak kapal selam seiring dengan tahap awal pengadaan kapal selam mereka. Pembangunan STC ini dinilai sangat tepat karena dalam waktu dekat Indonesia akan melaksanakan pengadaan tiga kapal selam baru.


TNI AL akan membangun enam fasilitas simulator yang terintegrasi dalam satu lokasi sehingga proses pelatihan menjadi lebih efektif.

“Dengan demikian apabila TNI AL sewaktu-waktu menghadirkan kekuatan kapal selamnya di manapun di wilayah NKRI, para personel sudah benar-benar siap dan terlatih”, ujar Kasal.


Fasilitas Submarine Training Center TNI AL :
  1. Submarine control simulator (SCS) yaitu simulator pelatihan awak kapal selam yang bertugas di ruang kontrol teknis dan digunakan untuk melatih personel dalam olah gerak teknis dan taktis kapal selam.
  2. Submarine command and team trainer (SCTT), yakni platform yang digunakan sebagai sarana pelatihan tim Pusat Informasi Tempur (PIT) kapal selam dan merupakan sebuah mock-up situasi PIT yang sesungguhnya.
  3. Sonar laboratory (SL), ruang laboratorium yang memiliki fasilitas simulator sonar yang ditujukan untuk meningkatkan kemampuan operator dalam melaksanakan analisa gelombang akustik.
  4. Machinery and propulsion control simulator (MPCS), fasilitas latihan pengoperasian peralatan utama bagian permesinan dan sistem pendorong bagi awak kapal selam.
  5. Fire and damage control simulator (FDCS), sarana latihan penanggulangan kedaruratan pada kapal selam yaitu bahaya kebakaran dan kebocoran.
  6. Submarine escape training tank (SETT) yaitu fasilitas yang digunakan sebagai sarana latihan bagi awak kapal selam untuk melaksanakan penyelamatan diri dalam kondisi darurat.
Personel kapal selam TNI AL KRI 402 Nanggala (photo: koarmabar)
Personel kapal selam TNI AL KRI 402 Nanggala.
TNI AL merupakan operator yang telah malang melintang selama 50 tahun dalam menggunakan kapal selam, sejak adanya 12 kapal selam kelas Whiskey untuk operasi pembebasan Papua tahun 1962. Pengalaman yang panjang inilah yang membuat Korps Hiu Kencana disegani, walau kapal selam mereka saat ini tergolong gaek.







Sumber : JKGR

Pangarmatim Pimpin Upacara Alih Bina KRI Hiu–804 Dan KRI Layang–805

SURABAYA-(IDB) : Panglima Komando Armada RI Kawasan Timur (Pangarmatim) Laksamana Muda TNI Agung Pramono, S.H., M.Hum memimpin upacara peresmian alih bina KRI Hiu – 804 dan KRI Layang – 805 di dermaga Madura Koarmatim Ujung Surabaya, Kamis (04/7).

Berdasarkan keputusan Kasal nomor Kep/513/IV/2013 tanggal 24 April 2013 tentang pengalihan fungsi pembinaan dan pengalihan nomor lambung KRI Hiu – 804 dan KRI Layang – 805 dari satuan kapal patroli Koarmatim ke satuan kapal cepat Koarmatim, maka dilaksanakan upacara peresmian alih bina yang menandai bahwa mulai saat ini secara resmi KRI Hiu – 804 dan KRI Layang – 805 telah masuk ke dalam jajaran Satkat Koarmatim dengan nomor lambung KRI Hiu – 634 dan KRI Layang – 635.

Dalam amanatnya Pangarmatim mengatakan adanya proses alih bina beberapa unsur ini, diharapkan akan memperkuat jajaran Koarmatim sebagai Kotama pembinaan dalam rangka penegakkan kedaulatan dan pengendalian perairan yurisdiksi nasional di kawasan timur Indonesia.

Pelaksanaan alih bina ini, juga telah menandai terwujudnya kegiatan peningkatan kemampuan sistem senjata sesuai dengan perencanaan menuju MEF, dengan meningkatkan kualitas maupun kuantitas materiil. Dalam hal ini persenjataan yang dimiliki, maka kemampuan suatu unsur menjadi satu tingkat di atasnya. Hal ini tentu saja disesuaikan dengan perkembangan tantangan maupun ancaman yang akan terjadi, kata pangarmatim.

Upacara yang berlangsung dengan suasana hikmat tersebut dihadiri oleh Danguspurlatim Laksamana Pertama TNI Ari Soedewo, S.E.,  Danguskamlatim Laksamana pertama TNI Wuspo Lukito,S.E., para Asisten Pangarmatim, Kasatker serta para Komandan Unsur KRI.







Sumber : Koarmatim