Pages

Rabu, Februari 13, 2013

Tingkatkan Kerjasama Militer, Menhan Spanyol Berkunjung Ke Indonesia

JAKARTA-(IDB) : Guna meningkatkan hubungan kerjasama di Bidang Pertahanan antara Spanyol dan Indonesia, Menteri Pertahanan Spanyol, Pedro Morenes Eulate, Selasa (12/2), tiba di Lanud Halim Perdanakusuma untuk melakukan serangkaian kunjungan kenegaraan di Indonesia. Mengawali kunjungan kenegaraan di Indonesia Menhan Spanyol Pedro Morenes Eulate beserta Delegasi Spanyol lainnya, Rabu (13/2) akan melaksanakan kunjungan kehormatan kepada Menhan RI Purnomo Yusgiantoro. Kedatangan Menhan Pedro Morenes Eulate di Kantor Kementerian Pertahanan RI disambut dengan upacara militer Jajar Kehormatan.

Dalam pertemuan kedua Menhan tersebut rencananya akan dibahas seputar peningkatan hubungan dan kerjasama di bidang pertahanan antara kedua negara, antara lain kerja sama pendidikan,  bidang perencanaan, inovasi, dukungan logistik dan akuisisi produk pertahanan. Selain itu, kerja sama bidang sains dan teknologi berkaitan dengan akuisisi penggunaan sistem dan perangkat militer dalam rangka transfer teknologi Bumnis di Indonesia. 
 
Pada kesempatan tersebut Menteri Pertahanan kedua negara akan melaksanakan penanda tanganan MoU kerjasama bidang pertahanan. Adapun MoU tersebut mencakup atensi kedua negara untuk memfasilitasi peningkatan hubungan pertahanan melalui kerja sama teknologi dan pengetahuan, promosi dan melakukan kegiatan pendekatan.

Memorandum of Understanding (MoU) peningkatan kerja sama militer Spanyol-Indonesia telah digagas kedua negara sejak tahun 2007 atas kebijakan Pemerintah Spanyol untuk mengembangkan dan meningkatkan hubungan dengan kawasan Asia Pasifik yang diterapkan bukan saja oleh Kemlu tapi juga Kemhan.

Masih dalam rangkaian kunjungan kerjanya di Indonesia, Menhan Spanyol juga dijadwalkan akan bertemu dengan Gubernur Lemhannas, Budi Susilo Soepandji untuk membicarakan bidang pendidikan militer.

Turut serta dalam delegasi Spanyol mendampingi Menhan Spanyol, diantaranya Duta Besar Spanyol untuk Indonesia, Rafael Conde de Saro, Kepala Staf Angkatan Laut Spanyol, Laksamana D. Jaime Munoz-Delgado, kepala Kabinet Laksamana D. Javier Pery Parades dan para pajabat dijajaran Kementerian Pertahanan Spanyol.

Pada dasarnya pemerintah RI dan Spanyol memiliki kerjasama industri strategis yang telah terjalin cukup lama di bidang pesawat terbang. Hal ini ditandai dengan produksi pesawat terbang jenis Cassa Sipil dan militer sejak tahun 70an. Oleh karena itu pihak Spanyol berharap kedepannya dapat mengintensifkan berbagai bidang industri lainnya, seperti industri perkapalan Spanyol, Navantia yang bersedia untuk melakukan kerja sama dengan perusahaan kapal Indonesia.





Sumber : DMC

Modernisasi Alutsista Adalah Hal Mutlak Bagi Suatu Negara

JAKARTA-(IDB) : Modernisasi peralatan militer adalah satu hal yang mutlak bagi suatu negara yang mempunyai tanggung jawab kepada rakyatnya, dimana negara harus memiliki kemampuan angkatan perang yang cukup handal.
 
Demikian dikatakan Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin saat menjadi nara sumber dalam Acara Talk Show Kantor Berita Radio Nasional RRI PRO 2 FM dengan tema “Urgensi Penguatan Sistem Pertahanan Keamanan Nasional dan Bela Negara”, Senin (11/2) di Hotel Sultan, Jakarta. 

Lebih lanjut Wamenhan mengatakan, saat ini di tahun 2010 sampai dengan 2014 pemerintah bersama dengan DPR sedang berupaya memodernisasi peralatan militer atau Alat Utama Sistem Senjata (Alutsista) TNI.

“Ini adalah satu hal yang dikerjakan oleh negara, kalau kita berbicara dengan negara berarti pemerintah dan rakyat yang direpresentasikan oleh wakil - wakilnya di DPR”, ujar Wamenhan.

Dengan program modernisasi ini, maka diharapkan TNI akan mempunyai mobilitas tinggi, daya pukul yang dahsyat dan mempunyai jangkauan terhadap 7 Juta Km2 wilayah territorial Indonesia.

Apabila modernisasi Alutsista TNI dapat tercapai sesuai target yang telah ditetapkan, menurut Wamenhan maka sudah dapat dipastikan di tahun 2014 Indonesia akan masuk di dalam kekuatan regional dari kekuatan militer di kawasan Asia Pasifik.

Sementara itu terkait dengan Bela Negara, Wamenhan menegaskan bahwa Bela Negara merupakan hak dan kewajiban setiap warga negara, sesuai dengan amanat dari UUD 1945. “Jadi masalah bela negara adalah hak dan kewajiban, apakah dia militer atau bukan militer itu adalah hak dan kewajiban”, ungkap Wamenhan.

Talk Show yang disiarkan secara live ini diselenggarakan RRI PRO 2 FM bekerjasama dengan Yellow Forum For Young Leader (YFYL). Selain Wamenhan, Talk Show juga menghadirkan Anggota Komisi I DPR RI Tantowi Yahya dengan moderatori Andi Sinulingga dari YFYL.Talk Show dihadiri kurang lebih 70 orang dari kalangan Mahasiswa, Angkatan Muda Partai Golkar (AMPG) dan sejumlah wartawan media massa.




Sumber : DMC

Wamenhan Terima Kunjungan Dubes Korea Selatan

JAKARTA-(IDB) : Wakil Menteri Pertahanan RI Sjafrie Sjamsoeddin, Selasa (12/2) menerima kunjungan  Duta Besar (Dubes) Korea Selatan untuk Indonesia, Kim Young Sun, di Kantor Kemhan, Jakarta.
 
Dalam pertemuan tersebut dibahas beberapa hal yang berhubungan dengan peningkatan hubungan  dan kerjasama bidang pertahanan kedua negara. Diantaranya di ungkapkan Dubes Korsel, seiring dengan perayaan 40 tahun jalinan hubungan diplomasi antara Korea Selatan dengan Indonesia, pemerintahnya akan berencana membuat suatu kegiatan baru untuk menjalin potensi kerjasama di bidang pertahanan.

Salah satunya melalui kegiatan seminar bagi para ahli untuk merefleksikan kembali kerjasama pertahanan dan industri pertahanan kedua negara pada saat ini dan dimasa datang. Dengan mengangkat tema “ Dinamika Asia dan kerjasama Industri pertahanan Korea Selatan dengan Indonesia dalam rangka Mutual Benefit” diharapkan seminar ini akan semakin berkualitas.

Adapun kegiatan lainnya adalah kunjungan Armada Laut Korea Selatan di Pelabuhan Jakarta pada Bulan September dalam rangka mempererat hubungan kerjasama militer Angkatan Laut.
Khusus di bidang industri pertahanan pemerintah Dubes Kim Young Sun menjelaskan pihaknya sangat memberikan perhatian terhadap monitoring proyek pengadaan alutsista Pesawat T 50 dan Kapal Selam. Sehubungan dengan hal itu, saat ini Kedutaan Besar Korea Selatan memiliki Atase khusus industri pertahanan yang bertugas untuk memperlancar hubungan kerjasama industri pertahanan kedua negara.

Pada kesempatan pertemuan tersebut, Wamenhan menyampaikan pendapatnya bahwa evaluasi kerjasama kedua negara selama ini terdapat eskalasi hubungan kerjasama di tahun 2012 yang semakin meningkat di tahun-tahun sebelumnya. Hal ini ditandai dengan adanya kunjungan-kunjungan yang dilakukan pejabat tinggi Kemhan dan TNI ke Korea Selatan dan diberikan respon positif dan bermanfaat didalam meningkatkan kerjasama kedua negara.

Selain itu Wamenhan, menanggapi dengan adanya Atase Industri Pertahanan Korea Selatan, nantinya akan dapat mengatasi masalah-masalah komunikasi secara subtansial dan menemukan solusi dalam peningkatan kerjasama industri pertahanan. Saat menerima Dubes Korsel, Wamenhan RI didampingi oleh Dirjen Strahan, Mayjen TNI Puguh Santoso, Kabaranahan Kemhan, Mayjen TNI Ediwan Prabowo dan Dirjen Pothan Kemhan, Pos. M Hutabarat.


 Di Tempat Berbeda Menhan Terima Delegasi Parlemen Pakistan

Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro menerima kunjungan kehormatan delegasi parlemen Pakistan yang dipimpin senator Musahid Hussain Sayed, Senin (11/2), di kantor Kemhan Jakarta. 

Dalam kesempatan tersebut Menhan didampingi Staf Khusus Menhan Bid. Kersin Soemadi D.M. Brotodiningrat, Dirjen Strahan Kemhan Mayjen TNI Puguh Santoso, S.T., Dirjen Pothan Kemhan Dr. Ir. Pos M. Hutabarat, M.A, Ph.D, Kapuskom Publik Brigjen TNI Bambang Hartawan, M.Sc dan Karo TU Brigjen TNI Herry Noorwanto. 

Maksud kinjungan delegasi parlemen Pakistan kepada Menhan kali ini dalam rangka untuk mempelajari dan melihat lebih dekat lagi bagaimana Kemhan dapat membangun perekonomian dan membangun TNI.



Sumber : DMC

Asia Tenggara Mulai Agresif Lomba Beli Senjata

Pesawat Gripen AU Thailand
JAKARTA-(IDB) : Tidak hanya Indonesia yang tengah giat memperkuat alat utama sistem persenjataan. Tetangga-tetangganya di Asia Tenggara pun belakangan ini mempercanggih persenjataan mereka.

Menurut kantor berita Reuters, dengan bersumber dari sejumlah lembaga pengamat, setidaknya ada tiga negara ASEAN yang tengah memperkuat Alutsista. Indonesia sedang membeli sejumlah unit kapal selam dari Korea Selatan dan sistem radar maritim dari China dan AS. Vietnam pun menambah kapal selam dan jet tempur Rusia.

Singapura tak ketinggalan. Negeri mungil itu berstatus importir senjata terbesar kelima di dunia dan terus menambah persenjataan yang canggih. Mengantisipasi pengembangan kekuatan militer China dan juga didukung pertumbuhan ekonomi yang sedang pesat, negara-negara Asia Tenggara lagi jor-joran membelanjakan anggaran militer demi memperkuat jalur pelayaran, pelabuhan, dan batas-batas maritim yang vital bagi aliran ekspor dan energi.

Menurut kalangan pengamat, sengketa wilayah di Laut China Selatan - yang mengandung sumber minyak dan gas alam melimpah - membuat Vietnam, Malaysia, Filipina, dan Brunei harus antisipasi atas pengembangan kapabilitas militer China, yang turut berkepentingan atas perairan itu.

Bahkan negara-negara yang jauh dari pertikaian itu, seperti Indonesia, Thailand, dan Singapura, turut merasa perlu memperkuat keamanan maritim masing-masing dengan menambah kemampuan alutsista.

"Pembangunan ekonomi telah mendorong mereka menyisihkan sebagian anggaran untuk pertahanan demi melindungi investasi, jalur laut, dan zona ekonomi eksklusif," kata James Hardy, editor IHS Jane's Defence Weekly untuk kawasan Asia Pasifik. "Tren terbesar adalah penguatan di kawasan pantai dan pemantauan serta patroli maritim," lanjut Hardy.

Data dari lembaga Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI) menunjukkan bahwa, saat ekonomi mereka meningkat pesat, belanja pertahanan negara-negara Asia Tenggara rata-rata naik 42 persen dari 2002 hingga 2011.

Singapura Terkaya
 

Sebagian besar alutsista yang mereka beli adalah kapal perang, kapal patroli, sistem radar, dan pesawat tempur. Mereka juga membeli kapal selam dan rudal anti kapal, yang efektif dalam melindungi jalur laut.

Selama berpuluh-puluh tahun, terutama selama Perang Dingin, banyak negara di Asia Tenggara sedikit yang berbelanja alutsista, dan rata-rata hanya membeli meriam dan tank kecil. Sebagian besar ancaman mereka saat itu bersifat internal, lagipula AS bertindak sebagai payung keamanan dari ancaman pihak luar.

Namun, seiring perkembangan situasi, orientasi belanja militer di kawasan ini pun berubah. Mereka kini membeli persenjataan canggih. Mengingat mereka adalah negara pesisir, pembelian lebih ditekankan pada pertahanan laut dan udara.

Itulah sebabnya Malaysia belakangan ini punya dua kapal selam canggih Scorpene dan Vietnam membeli enam kapal selam kelas Kilo dari Rusia. Thailand pun berencana membeli sejumlah kapal selam dan pesawat militer Gripen dari perusahaan Swedia, Saab AB. Pesawat tempur ini akan dipersenjatai rudal anti kapal RBS-15F buatan Saab, ungkap lembaga International Institute for Strategic Studies (IISS).

Singapura telah memesan jet tempur F-15SG dari Boeing Co. di AS dan dua kapal selam kelas Archer dari Swedia untuk menambah armada mereka. Sebelumnya, negara-kota itu sudah punya empat unit kapal selam Challenger.

Walau negerinya kecil, Singapura punya kocek melimpah untuk membeli alutsista canggih. Menurut IISS, Singapura pada 2011 memiliki anggaran pertahanan sebesar US$9,66 miliar. Jumlahnya hampir dua kali lipat dari tetangga-tetangganya, yaitu Thailand (US$5,52 miliar), Indonesia (US$5,42 miliar), Malaysia (US$4,54 miliar), dan Vietnam (US$2,66 miliar), ungkap IISS.

Sebagai negara kepulauan yang bergaris pantai sepanjang 54.700 km, Indonesia baru punya dua kapal selam. Kini Indonesia sudah pesan tiga unit baru dari Korea Selatan. Negara ini juga bekerjasama dengan China untuk memproduksi rudal anti kapal C-705 dan C-802 setelah menggelar ujicoba penembakan rudal Yakhont buatan Rusia pada 2011. 





Sumber : Vivanews

TNI AD Dapat Anggaran Belanja Alutsista Rp14 Triliun

JAKARTA-(IDB) : TNI Angkatan Darat mendapatkan anggaran Rp14 triliun untuk membeli dan menyempurnakan alat utama sistem senjata (alutsista) setelah mendapatkan persetujuan dari Dewan Perwakilan Rakyat.

"Total yang sudah diketok DPR Rp14 triliun," kata Kepala Staf TNI AD (KSAD) Jenderal TNI Pramono Edhie Wibowo usai meninjau alutsista Kodam I Bukit Barisan di Medan, Rabu.

Edhie mengungkapkan anggaran Rp14 triliun tersebut disetujui dan dialokasikan DPR RI untuk kepentingan pengadaan alutsista untuk saat ini. Namun ia enggan menanggapi mengenai tingkat kecukupan anggaran Rp14 triliun tersebut untuk membeli dan menyempurnakan alutsista.

"Kalau negara menyiapkan Rp14 triliun, saya harus mengamankan pada saat pengadaan Rp14 triliun," kata mantan Pangkostrad itu.

KSAD mengakui jika terdapat sejumlah alutsista di lingkungan TNI-AD yang perlu mendapatkan penggantian secara simultan dan bertahap.

Alutsista yang akan dibeli tersebut dikaitkan dengan fungsi organisasi dalam sistem pertahanan dan keamanan yang dijalankan guna menjaga keutuhan NKRI.

Ia mencontohkan pembelian tank leopard, meriam, dan roket yang memiliki jarak tembak mencapai 100 km.

"Bukan beratnya tetapi jarak tembaknya bisa mencapai 100 km," katanya didampingi Pangdam I Bukit Barisan Mayjen TNI Lodewijk F Paulus.

Pihaknya juga akan melengkapi alutsista bagian penerbangan TNI-AD dengan membeli 24 helikopter jenis 412 dan sedang menegosiasikan 20 helikopter jenis blakc hawk.

Jika pembelian alutsista tersebut telah direalisasikan, pihaknya akan mendistribusikannya ke berbagai satuan atau cadangan dari pusat yang siap untuk digerakkan sewaktu-waktu.

Namun pendistribusian tersebut akan dilakukan secara bertahap disebabkan adanya daerah lain yang juga membutuhkan penyempurnaan alutsista.





Sumber : Antara

Kasal Terima Kunjungan Panglima AL Amerika

JAKARTA-(IDB) : Kepala Staf TNI Angkatan Laut (Kasal) Laksamana Madya TNI Marsetio menerima kunjungan kehormatan Panglima Armada ke-7 Angkatan Laut Amerika Serikat Laksamana Madya (Vice Admiral) Scott H Swift di Markas Besar Angkatan Laut (Mabesal), Cilangkap, Jakarta Timur, Selasa.

Pada pertemuan tersebut, Kasal Laksamana Madya TNI Marsetio mengharapkan adanya rencana peningkatan kerja sama antara TNI Angkatan Laut dan Angkatan Laut Amerika Serikat, khususnya dalam kegiatan latihan bersama antara Angkatan Laut kedua negara.

"Ke depan, latihan yang sudah dilaksanakan dapat ditingkatkan lagi levelnya," katanya.

Sementara itu, Laksamana Madya Scott H. Swift mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas sambutan hangat di Mabesal dan menyambut baik peningkatan level kerja sama yang sudah berjalan baik selama ini antara Angkatan Laut kedua negara.

Scott juga sangat mendukung berbagai latihan antara TNI AL dan US Navy, antara lain, Flash Iron, JCET, Carat, dan Salvex.

Ia juga berharap ke depan TNI AL dapat mengambil peran lebih besar di kawasan regional.

Dalam kunjungan tersebut, Kasal didampingi Wakil Kepala Staf Angkatan Laut (Wakasal) Laksamana Madya TNI Hari Bowo, Asrena Kasal Laksamana Muda TNI Ade Supandi, Aspam Kasal Laksamana Muda TNI I Putu Yuli Adnyana, Asops Kasal Laksamana Muda TNI Didit Herdiawan, Panglima Armada RI Kawasan Barat Laksamana Muda TNI Arief Rudianto, dan Paban IV Hublu Spamal Kolonel Laut (S) Benny Rijanto.

Setelah melakukan kunjungan ke Armada RI Kawasan Barat, rencananya Panglima Armada ke-7 US Navy Laksamana Madya (Vice Admiral) Scott H. Swift melaksanakan kunjungan kerja ke Komando Armada RI Kawasan Timur (Koarmatim) di Surabaya.




Sumber : Antara

KCR Nasional Laksanakan Glagaspur Dengan Hasil Memuaskan

JAKARTA-(IDB) : Kapal Cepat Rudal (KCR) produksi dalam negeri yang berada di bawah jajaran Komando Armada RI Kawasan Barat (Koarmabar) berhasil mengikuti Latihan Geladi Tugas Tempur (Glagaspur) Tingkat III/L-3 dengan mencapai nilai kualitatif cukup memuaskan.
KCR tersebut yakni KRI Clurit (CLT-641), KRI Kujang (KJG-642), dan KRI Beladau (BLD-643). Ketiga KCR tersebut merupakan kapal pemukul reaksi cepat yang dalam pelaksanaan tugasnya mengutamakan unsur pendadakan, mengemban misi menyerang secara cepat, menghancurkan target sekali pukul dan menghindar dari serangan lawan dalam waktu singkat.

Ketiga kapal perang yang dilengkapi dengan Sensor Weapon Control (Sewaco) dan Close in Weapon System (CIWS) ini sehari-harinya berada di bawah pembinaan Satuan Kapal Cepat (Satkat) Koarmabar dengan Komandan Kolonel Laut (P) Dafit Santoso.

Glagaspur Tingkat III/L3 yang Kendali Operasional dibawah Komandan Satkat Koarmabar selaku Perwira Pelaksanan Latihan mulai dari tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap pengakhiran dapat terlaksana dengan baik, tertib dan lancar. Materi-materi yang dilaksanakan dalam serial latihan dapat dilaksanakan dengan lancar diantaranya manuver lapangan di Selat Riau dan Laut Natuna, AAROFEX serta GUNNEX di Laut Natuna.

Semua materi yang dilaksanakan telah dapat mencapai nilai kualitatif cukup memuaskan. Hasil lain yang tidak kalah pentingnya ialah tidak ada kerugian personel dan material yang berarti.

Dengan nilai kualitati cukup memuaskan hasil pencapaian KRI Clurit (CLT-641), KRI Kujang (KJG-642), dan KRI Beladau (BLD-643) sebagai kapal perang yang baru bergabung dengan TNI Angkatan Laut pada bulan Januari ini, Glagaspur Tingkat III/L3 unsur-unsur KRI di jajaran Koarmabar dinyatakan berhasil.





Sumber : Koarmabar

Perkembangan Terbaru KFX/IFX Project

ANGKASA-(IDB) : Ajakan Pemerintah Korea Selatan yang disampaikan pertengahan 2010 di Jakarta diterima dengan senang hati oleh Kementerian Pertahanan Indonesia. Karena memang punya keinginan memenuhi kebutuhan alut sista secara mandiri, ajakan membuat pesawat tempur generasi 4,5 tersebut disambut bak peluang emas. Kedua pihak menyadari kemandirian di bidang pertahanan bisa memperkokoh industri dalam negeri, memangkas ketergantungan pada sistem senjata strategis dari luar dan mendongkrak deterrent sistem pertahanan nasional. Meski gayung sudah bersambut, namun merealisasikan jet tempur berkode KFX/IFX ini tak semudah membalik telapak tangan. Berikut laporan A. Roni Sontani dan A. Darmawan tentang status terkini dari program yang amat prestisius ini, langsung dari “dapurnya”.
Singkat cerita, proyek bilateral ini sudah berjalan dan berlangsung lebih kurang satu setengah tahun. Selama kurun waktu tersebut konsep jet tempur masa datang generasi 4,5 ini telah diurai dan disusun menurut kebutuhan operasional sistem pertahanan Korea dan Indonesia. Program dikatakan menelan anggaran 8 miliar dolar AS, dimana Indonesia akan menanggung 20 persen sementara sisanya akan dipikul Korea. Dalam perjanjian juga disepakati, Indonesia berhak membeli 50 unit pesawat, sementara Korea Selatan 150 unit. Dan, jika pesawat ini dibeli negara lain, kedua pihak akan berbagi royalti.
Perancangan front-liner fighter yang bakal beroperasi setelah 2020 ini dipusatkan di KFX/IFX Research Center, Daejeon, 160 km sebelah selatan ibukota Seoul. Di sini telah berkutat dan saling bertukar-pikiran 140 enjinir dari kedua negara, di mana 30 persennya berasal dari Indonesia. KFX/IFX tak lain adalah singkatan dari Korea Fighter Experiment/Indonesia Fighter Experiment. Korea Selatan sendiri ingin Turki ikut bergabung, namun negeri ini mengundurkan diri setelah sebelumnya sempat menyatakan tertarik.
Menurut pihak Defence Acquisition Program Administration (DAPA) Korea Selatan, jet-jet tempur baru ini akan menggantikan jajaran F-4 Phantom dan F-5 yang sudah menua. Korea tertarik mengajak Indonesia, karena Indonesia merupakan sahabat yang tak memiliki problem politik dan batas wilayah. Telah mampunya Indonesia membuat sendiri pesawat terbang dan adanya hubungan dagang di antara kedua negara, juga menjadi faktor penentu. (Lebih jauh, baca Angkasa, edisi Oktober 2010) 

Dalam Lokakarya Dewan Penerbangan dan Antariksa Nasional RI (Depanri) 20 Desember 2012 di BPPT, Jakarta, perjalanan dan pencapaian sementara program ini untuk pertama kalinya dipaparkan secara terbuka. Di hadapan pejabat Dewan Penerbangan dan Antariksa Nasional RI (Depanri), Kemenristek, BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi), Lapan, PT Dirgantara Indonesia dan TNI AU, Kapuslitbang Kementerian Pertahanan, Prof. Dr. Eddy S. Siradj, menjelaskannya cukup gamblang.
“Hingga Desember 2012, program sudah sampai tahap Technology Development. Tahapan ini sudah selesai. Setelah ini kami berharap bisa lanjut ke tahapan berikutnya, yakni Engineering Manufacturing Development,” ungkapnya kepada Angkasa usai lokakarya.
Sudah Dikuasai, Hampir Seluruh Teknologi KFX/IFX
Bukan rahasia lagi, pertanyaan terbesar di seputar pembuatan KXF/IFX adalah: Apakah Korea Selatan atau Indonesia sudah menguasai teknologi jet tempur generasi ke-4,5? Menanggapi keraguan ini, Prof. Dr . Mulyo Widodo menjawab mantap, jangan khawatir, Korea Selatan sudah menguasai hampir seluruh teknologinya. Mereka gigih mengembangkan sendiri pesawat tempur, dan semua ini tak lepas dari kesiapan industri kedirgantaraan (Korea Aerospace Industries) serta lembaga penelitian yang berdiri di belakangnya.
“Meski sebagian lagi (teknologi) masih dicari, kami percaya Korea bisa meraihnya. Mereka punya road-map yang jelas dalam proyek pengembangan jet tempur. Mereka sudah memulainya dengan KT-1, lalu T-50, TA-50 dan setelah itu: FA-50. Lebih dari itu mereka juga punya belasan veteran NASA dan USAF yang jadi tempat bertanya. Mereka kini dosen di sejumlah perguruan tinggi,” tuturnya dalam Lokakarya Dewan Penerbangan dan Antariksa Nasional RI, 20 Desember lalu di BPPT, Jakarta.
Menurut salah seorang pakar kedirgantaraan dari Institut Teknologi Bandung yang juga ditunjuk membidani front liner fighter itu lagi, inti dari teknologi jet tempur generasi 4, 4,5 maupun 5 adalah elektronik dan material penyerap gelombang radar. Elektronik dalam arti avionik untuk mengendalikan penerbangan dan misi serangan, sementara material penyerap gelombang radar bisa digambarkan sebagai “kulit pesawat” yang bisa menyerap gelombang elektromagnet radar penjejak pesawat.
Angkasa mencatat, kedua teknologi inti itulah yang sejatinya diandalkan pesawat stealth (siluman) macam F-117A Nighthawk, F-22A Raptor dan F-35. RAM atau Radar Absorbent Material bisa menekan angka Radar Cross Section hingga kecil sekali sehingga radar seolah tak sanggup “melihatnya”. Di lain pihak, tubuh pesawat dan rumah mesin juga perlu dibentuk sedemikian rupa agar gelombang radar terpantul menjauh. Kalau pun bentuk pesawat menjadi tidak aerodinamis dan tidak stabil seperti yang “dialami” F-117A, hal ini bisa diatasi dengan avionik khusus yang bisa mengendalikan penerbangan.
“Kami memang belum menguasai soal material penyerap gelombang radar. Tetapi, untungnya Korea sudah punya kemampuan yang sangat tinggi di bidang elektronik. Chip paling rumit bahkan sudah dibuat di Samsung Industrie. Itu sebab KFX/IFX hanya diputuskan sampai sebatas generasi 4,5,” ungkap Prof. Widodo seraya menjelaskan bahwa material penyerap gelombang radar ini lah yang seyogyanya akan mendongkrak teknologi pesawat ke generasi 5.
Begitu pun Tim KFX/IFX akan membekalinya dengan perangkat elektronik yang bisa menuntun pesawat mengelak dari radar. Sayap vertikalnya juga dibuat miring (canted vertical tail) untuk gelombang radar tak mampu menjejak bagian yang paling rawan ini. Angkasa mendapat konfirmasi, desain pasti KFX/IFX sudah ada, namun baik pihak Korea maupun Indonesia belum mau mempublikasikannya. Kalau pun selama ini ada beberapa desain yang dimuat di situs-situs internet, gambar-gambar itu dikatakan baru sebatas rekaan yang mendekati. Hampir semua gambar rekaan ini merujuk ke F-35 dan F-22.
Ketika program ini digelindingkan, sempat ada pemikiran untuk membuat F-16 dari versi yang lebih canggih. Mereka menyebutnya dengan F-16 Plus. Dibanding F-16 versi reguler, F-16 Plus memiliki keunggulan performa, kecepatan jelajah (super cruise) dan agak stealth. Tetapi, dalam perjalanan, konsep ini ditinggalkan lalu dialihkan ke jet tempur generasi ke-4,5 yang benar-benar baru. Pesawat ini jauh lebih unggul dari F-16 Plus.
Pernyataan Sekjen Kemhan Marsdya TNI Eris Herryanto: “Program KFX/IFX Tetap Berjalan”
Di tengah berbagai pemberitaan mengenai dilanjutkan atau tidaknya program pembuatan pesawat tempur generasi 4,5 antara Korea dan Indonesia (KFX/IFX), bulan lalu Angkasa menemui Sekretaris Jenderal Kementerian Pertahanan Marsdya TNI Eris Herryanto di ruang kerjanya. Perwira tinggi TNI AU yang ikut membidani kerjasama ini menyatakan keyakinannya bahwa Program KFX/IFX tidak akan berhenti di tengah jalan.
Eris menilai, Korea punya komitmen dan kepentingan yang besar terhadap Indonesia. Sehingga, pemerintahan negeri ginseng itu tidak akan begitu saja membatalkan kesepakatan yang telah dibuat. Tidak hanya terbatas pada kerjasama KFX/IFX dan pembelian pesawat lainnya dari Korea, kerjasama Indonesia dengan Korea juga terjalin baik dalam hal perdagangan maupun kerjasama teknologi lainnya. Pembelian tiga kapal selam dari Korea untuk memperkuat armada TNI AL adalah salah satunya, di mana ratusan teknisi PT PAL telah dikirim ke Korea untuk menyerap teknologi pembuatan kapal selam yang nantinya akan membuat satu dari tiga kapal selam yang dibeli dari Korea itu di Indonesia.
“Korea berkepentingan dengan Indonesia. Contoh kecil saja, rakyat Korea yang ada di Indonesia itu sekitar 45.000 orang tersebar di berbagai industri. Masa, mereka akan begitu saja membatalkan kerjasama KFX/IFX,” ujarnya. Berikut kutipan wawancaranya.
Sudah sejauh mana Program KFX/IFX ini berjalan?
Program KFX/IFX dimulai dengan tahapan Feasibility Studies Phase, Technical Development Phase, Engineering Manufacturing Development (EMD) Phase, Production, serta Upgrade. Sekarang ini kita masuk ke tahap kedua, EMD. Harusnya dimulai Januari 2013, tapi diundur sekitar satu setengah tahun. Mengapa diundur, ini yang sedang kami teliti juga. Tapi pihak Korea sudah melakukan pemberitahuan resmi kepada kami. Penjelasannya, bahwa Korea sekarang sedang melakukan penjajakan untuk membeli pesawat tempur generasi kelima. Kompetitornya saya dengar adalah F-35 dan F-15. Tapi sumber lain mengatakan ada Eurofighter Typhoon juga. Yang dimaksud generasi kelima di sini adalah pesawat-pesawat dengan avionic suite tercanggih, tidak semata-mata karena faktor stealth saja.
Mengapa hal ini “menghambat” Program KFX/IFX?
Begini, Korea itu sama dengan negara kita. Kalau mau beli pesawat, mereka mensyaratkan juga harus ada Transfer of Technology (ToT). Harus ada offset. Nah, salah satu offset yang ingin mereka dapatkan dari pembelian pesawat generasi kelima itu salah satunya adalah teknologi yang bisa diterapkan di KFX/IFX. Contohnya radar. Korea sedang berusaha agar dapat offset untuk diberi teknologi radar AESA. Radar ini nantinya akan digunakan pada KFX/IFX. Itu bargain mereka. Kita tahu, Korea itu negara yang dalam posisi siaga perang, selalu dalam ancaman. Sementara beberapa pesawat tempurnya sudah mau habis masa pakainya. Contohnya F-5. Kalau mereka harus menunggu KFX terlalu lama waktunya. Itu penjelasan mereka kepada kita.
Kalau mereka tidak dapat offset, berarti KFX/IFX terbengkalai?
Kalau tidak dapat, konsekuensinya mungkin mereka akan beli radar itu. Saya tidak tahu persis. Selain radar, juga ada teknologi-teknologi lain yang mereka butuhkan. Mereka sebut ada delapan item yang akan mereka ambil ToT-nya. Mungkin juga soal mesinnya, dan rudalnya. Itu tidak disampaikan kepada kita. Yang jelas mereka bilang bahwa mereka akan konsentrasi dulu ke pembelian pesawat generasi kelima. Targetnya 1,5 tahun selesai. Dimulai awal tahun 2013 ini.
 
 
 
 
 
 
 
Sumber : Angkasa

Kasau Terima Kunjungan Dubes Korsel

JAKARTA-(IDB) : Kepala Staf Angkatan Udara (Kasau),  Marsekal Madya TNI Ida Bagus Putu Dunia menerima kunjungan Dubes Korea Selatan H.E Kim Young Son di Mabesau  Jakarta, Selasa (12/2). 

Dalam kunjungan tersebut dibahas berbagai permasalahan strategis terkait dengan kerjasama industri pertahanan khususnya dalam rangka mempererat hubungan kerjasama antar Angkatan Udara dan kedua negara.
 
Menurut Kasau, dalam kerjasama antara TNI AU dengan ROKAF (Royal of Korea Air Force) selama ini sudah berlangsung dengan baik, khususnya dalam pengadaan pesawat latih KT-1B Wong Bee dengan program teknik representatif dan pelatihan  serta perawatan pesawat latih KT-1B Wong Bee yang dilakukan secara berkala sampai delivery pesawat pada tahun 2003.

Dengan adanya rencana kedatangan pesawat T-50 secara bertahap tahun ini, Kasau berhara
p akan dilanjutkan dengan latihan bagi para instruktur, penerbang, termasuk pelatihan bagi aerobatik tim dari TNI AU.

Dalam pertemuan tersebut,  Kasau yang didampingi Asrena Kasau Marsda TNI Ismono Wijayanto,  Aslog Kasau Marsda TNI Ida Bagus Anom, Waaspam Kasau Marsma TNI Warsono, Waasops Kasau Marsma TNI Abdul Muis, dan Sesdispenau Kolonel Sus M. Akbar Linggaprana berharap, agar Korean Technical Command Group dapat dijadikan sebagai sarana untuk melakukan diskusi antara kedua pihak terkait dengan penggunaan pesawat KT-1B Wong Bee dan T-50, baik tentang produksi operasional, pemeliharaan, maupun pengadaan suku cadangnya.

Terkait dengan rencana hibah pesawat F-5, Kasau mendapat informasi dan konfirmasi secara lebih rinci tentang kesiapan operasional pesawat.  Pembicaraan tersebut akan ditindaklanjuti secara lebih rinci pada saat kunjungan Kepala Staf Angkatan Udara Korea Selatan yang rencananya akan berkunjung ke Indonesia pada bulan Maret 2013 dan pada akhir pertemuan, kedua pejabat saling bertukar cinderamata





Sumber : Poskota

TNI Pimpin Latihan Shelter Tentara Perancis

LEBANON-(IDB) : Latihan Shelter merupakan salah satu latihan yang menjadi tugas dan tanggung jawab Satgas Force Head Quarter Support Unit (FHQSU). Latihan ini bertujuan untuk mempersiapkan personil baik militer maupun sipil agar siap menghadapi situasi darurat yaitu Bombarment dari segala lintas lengkung dan peluru kendali yang bisa mengancam personil yang berada di Markas Besar UNIFIL yang terdiri dari berbagai negara diantaranya Indonesia, Italia, Prancis, Srilanka, Malaysia, Ghana, Tanzania, India, Kamboja dan Austria.   
   
Kontingen Perancis yang tergabung dalam FCR (Force Commander Reserves) melaksanakan kegiatan latihan Shelter atas perintah Dansatgas TNI Konga/UNIFIL (United Nations Interim Force In Lebanon) Kolonel Inf Karmin Suharna S.IP, MA. Pengawasan kegiatan latihan shelter Kontingen Perancis berada di bawah Supervisi Mayor Kav Harry Purnomo sebagai FP Center Chief. Latihan di mulai dengan aktifitas alarm yang dilakukan oleh Lettu Inf Argo Infantrianto di bantu Kapten Arnaud Batoz (Perancis) sebagai penyelenggara latihan.

 Setelah alarm berbunyi, seluruh personil Kontingen Perancis segera menuju ke shelter yang telah ditentukan dengan membawa perlengkapan perorangan masing-masing. Untuk personil Militer membawa senjata, helm, rompi anti peluru dan ransel militer perorangan.  Sedangkan untuk personil sipil menggunakan helm dan rompi anti peluru. Dalam waktu 5 menit shelter Komando sudah beroperasi untuk memantau perkembangan situasi di luar dan juga memeriksa jumlah personil yang hadir ditiap-tiap shelter dengan menggunakan radio antar shelter. Latihan dilaksanakan oleh 108 personil yang terdiri dari 81 personil militer dan 27 personil sipil selama kurang lebih 30 menit tanpa ada kendala yang berarti dan dapat terlaksana dengan baik berkat perencanaan serta kesiapan yang optimal.

Latihan tersebut di atas membuktikan kemampuan para prajurit TNI yang tergabung dalam Satgas FHQSU untuk merencanakan dan menyelenggarakan latihan dengan para personil baik sipil ataupun militer yang tergabung dalam UNIFIL.




Sumber : TNI