Pages

Rabu, Februari 13, 2013

KCR Nasional Laksanakan Glagaspur Dengan Hasil Memuaskan

JAKARTA-(IDB) : Kapal Cepat Rudal (KCR) produksi dalam negeri yang berada di bawah jajaran Komando Armada RI Kawasan Barat (Koarmabar) berhasil mengikuti Latihan Geladi Tugas Tempur (Glagaspur) Tingkat III/L-3 dengan mencapai nilai kualitatif cukup memuaskan.
KCR tersebut yakni KRI Clurit (CLT-641), KRI Kujang (KJG-642), dan KRI Beladau (BLD-643). Ketiga KCR tersebut merupakan kapal pemukul reaksi cepat yang dalam pelaksanaan tugasnya mengutamakan unsur pendadakan, mengemban misi menyerang secara cepat, menghancurkan target sekali pukul dan menghindar dari serangan lawan dalam waktu singkat.

Ketiga kapal perang yang dilengkapi dengan Sensor Weapon Control (Sewaco) dan Close in Weapon System (CIWS) ini sehari-harinya berada di bawah pembinaan Satuan Kapal Cepat (Satkat) Koarmabar dengan Komandan Kolonel Laut (P) Dafit Santoso.

Glagaspur Tingkat III/L3 yang Kendali Operasional dibawah Komandan Satkat Koarmabar selaku Perwira Pelaksanan Latihan mulai dari tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap pengakhiran dapat terlaksana dengan baik, tertib dan lancar. Materi-materi yang dilaksanakan dalam serial latihan dapat dilaksanakan dengan lancar diantaranya manuver lapangan di Selat Riau dan Laut Natuna, AAROFEX serta GUNNEX di Laut Natuna.

Semua materi yang dilaksanakan telah dapat mencapai nilai kualitatif cukup memuaskan. Hasil lain yang tidak kalah pentingnya ialah tidak ada kerugian personel dan material yang berarti.

Dengan nilai kualitati cukup memuaskan hasil pencapaian KRI Clurit (CLT-641), KRI Kujang (KJG-642), dan KRI Beladau (BLD-643) sebagai kapal perang yang baru bergabung dengan TNI Angkatan Laut pada bulan Januari ini, Glagaspur Tingkat III/L3 unsur-unsur KRI di jajaran Koarmabar dinyatakan berhasil.





Sumber : Koarmabar

19 komentar:

  1. mantab boss....lanjutken...
    Jalesveva Jayamahe

    BalasHapus
  2. Material baru, Bro yo wajarlah kalau bagus. Nggak beda kalau kita punya mobil baru, ya khan!!!

    BalasHapus
  3. Bagus berarti....setidaknya kapal produksi kita laik laut dan laik operasional...

    BalasHapus
  4. >Anonim 11.23 ya bagus khan sebelum operasional sudah melewati proses HAT dan SAT. Gimana seh situ???

    BalasHapus
  5. Yoh suhu.....jangan emosi dong, saya kan nggak senggol sampeyan...saya cuma senang Kapal produksi dalam negeri bisa operasional memuaskan dalam latihan, rasanya bangga gitu...itu aja kok..

    BalasHapus
  6. Saya juga sama kayak sampean, bangga dg produk kapal perang dalam negeri.

    BalasHapus
  7. Ngomong2 pak bole, ini kapal2 buatan PT PAL masih pake mesin dan sistem elektronik buatan luar ya? Jd bener nggak yah kalo saya umpamakan PT PAL baru buat kulit pembungkus (rangka) kapal aja.....trims infonya.

    BalasHapus
  8. sayang, namanya KCR tapi kalau diajak kejar-kejaran sama LCS1 yang bakal ditaruh di singapura masih kalah cepat, padahal badannya jauh lebih bongsor bahkan bawa heli, tantangan baru bagi tni al dan industri perkapalan dalam negeri untuk di atasi di masa depan.
    Jalesveva Jayamahe......

    BalasHapus
  9. KCR ini kapal buatan PT PaLINDO di Batam, bukan buatan PT PAL Surabaya. Benar seluruh mesin dsbnya masih import kecuali designnya buatan putra Indonesia.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Oh iya saya lupa buatan Palindo, trims

      Hapus

  10. kapal nelayan indon ha.....ha.....

    BalasHapus
    Balasan
    1. FUKING MALON BABI BANYAK BACOT ARE YOU FUKING IRI BIN DENGKI LON .....IS THAT YOUR YOUR FUKING PROBLEM LON ??

      Hapus
  11. Rakit malay ha ha ha

    BalasHapus
  12. Usul pada pemerintah supaya setiap kapal TNI yang baru pake BBG,tinggalkan diesel yang boros.Agar bisa lebih lama dilaut dan lebih murah jadi budget untuk bahan bakar bisa di hemat.Apalagi bisa diterapkan untuk seluruh angkutan laut yang ada .Ribuan kapal bergerak tiap hari mulai kapal nelayan tradisional sampai tanker raksasa.Coba difikir berapa devisa yang bisa dihemat.Ubahlah cara berfikir dari continental base ke laut karena sejatinya kita negara maritim.Jauh lebih penting KCR 40dari pada beli MBT ratusan.Sedangkan beli KCR 40 produksi Palindo,Batam baru diserahkan 3 dari rencana 16.Mereka sanggup bikin 5 tiap th,tapi pemerintah sanggup beli cuma satu tiap tahun .13TH lagi baru genap 16 sesuai rencana.Itulah buktinya kita masih berfikir continental .Jauh lebih strategis beli banyak KCR dari pada MBT.KCR berguna dimasa damai maupun perang.

    BalasHapus
  13. saya dengar masalah KCR kita hanya mampu di 30 knot, padahal boat perompak di kepri banyak yg diatas 30 knot. apalagi dibandingkan dengan USS Freedom yang bakal di pangkalin di singapore yang mampu berlayar dengan kecepatan 45 knot, USS Freedom juga dilengkapi beragam persenjataan, termasuk meriam BAe Systems Mk110 57 mm dan rudal permukaan ke udara RIM-116, serta membawa helikopter MH-60S/R Seahawk. bagaimana ini tanggapan sepuh disini ?

    tapi saya tetap bangga dengan PT PALINDO di Batam, semoga selanjutnya dapat membuat yang lebih lebat lagi !

    Maju terus Indonesia !!!

    BalasHapus
  14. Jgn badingkan KCR dg USS Freedom, ya nggak imbang, yang satu mesin diesel biasa, yg satu make gas turbin ya kalah cepat.
    Yang KCR dibuat dg senjata impor, yg USS Freedom senjata buatan sendiri, dan telah menguasai teknologi tinggi.
    Kita nanti pasti dapat mengejarnya asal korupsinya berkurang dan SDM nya tidak saling ejek mengejek di blog ini. Pinter kok saling ejek-mengejek. Malon.....malon.....malon.......

    BalasHapus
  15. Dan satu lagi selain beda kelas dan peruntukan....dalam pertempuran yang asimetris...belum tentu yang canggih, gedhe, dan cepat menang. Ingat pengalaman tenggelamnya kapal perusak Eilath milik Israel oleh kapal cepat rudal kelas Komar (komar ato osa, saya lupa, yang jelas kapal cepat rudal made in soviet) yang dipersenjatai SS-N-2 Styx milik mesir. Jd belum tentu juga KCR kita musti kalah dengan USS freedom....mungkin KCR kita bisa mengajak kucing2an USS freedom di sekitar gugusan pulau di Riau misal....mestinya kan masing2 nggak akan geber dengan kekuatan penuh seperti di laut bebas macam samudera....di medan 'gerilya' begini mungkin keunggulan lawan bisa dinetralisir....ini sih analisis saya...kalo ngawur mohon dimaklum, masih 'muda' dan modal googling aja...

    BalasHapus
  16. Nah, ini komen anak muda yg kritis cara berpikirnya, kalau banyak anak muda Indonesia seperti sampean, wah seneng banget saya karena kata Bung Karno : "Beri aku 1000 orang dewasa, aku tidak dapat berbuat apa-apa, tapi beri aku 10 Pemuda kaya Anonim 17.42 aku obrak-abrik dunia"
    Terima kasih nak, masalah Googling atau Wiki itu kan sarana informasi saja, tapi yang penting bagaimana infi tsb, dpt dipakai untuk mengkritisi masalah selanjutnya. Sekali lagi hidup anak muda, jgn teriak-teriak...Malon, Malon....Malon.

    BalasHapus
  17. >anon 21.05, ingatlah bahwa dulu senior anda jadi guru dan guru besar dari bangsa Malaysia yg dpt hadiah kemerdekaan dari penjajah Inggris.
    30% dari Anggaran pemerintah Malay digunakan untuk pendidikan.
    Kemajuan Malaysia itu dpt terwujud karena campur tangan lansung dan tak langsung dari Pemerintah R.I. serta komponen masyarakat Indonesia.
    Mereka dpt melangsungkan roda pemerintahannya dg baik dan berhasil karena peranan PM Mahathir yg dg tangan besi memimpin Malaysia.
    Kalau mereka sekarang arogan dg kemajuannya, di seluruh aspek kehidupan dan pemerintahan dan mengejek kita selaku pembimbing pendidikan dasar sampai perguruan tinggi sehingga dpt mengantar bangsa Malon dpt seperti sekarang, tentu sebagai orang pinter yg tadinya jadi guru mereka harus mawas diri, kenapa murid saya sekarang kok kurang ajar ?
    Disini perlunya kita mengedepankan jiwa seorang Wiku( Pendeta) seorang Kiai, seorang Guru seorang pembimbing, apa ada yg salah dari kita sendiri dlm memberikan ilmu kpd Malingshit.
    Jadi marilah kita dpt lebih waskito( waspada) dan kritis menghadapi kelakuan dan sikap pandang yg berlawanan dari malingshit.
    Mungkin ada dari ano-ano yg ahli di bidang ethnograpie dpt memberikan pencerahan, dan mhn maaf ini sekedar komen lulusan SR tahun 1957.

    BalasHapus