|
Strategic heavy bomber B-52G/H Stratofortress.
|
BEIJING-(IDB) : Langkah pemerintah China mendeklarasikan zona pertahanan udara
(23/11/2013) dengan mewajibkan semua pesawat terbang yang melintasi Laut
China Timur harus meminta izin China, menggemparkan negara-negara
tetangga, terutama Jepang.
Di bawah aturan baru ini, semua pesawat terbang yang akan melintasi
kawasan itu harus menyerahkan rencana penerbangan mereka, menjelaskan
asal negara, dan mempertahankan komunikasi radio dua arah yang
memungkinkan mereka merespon dengan tepat terhadap perintah China. Zona
pertahanan udara China itu meliputi kawasan hampir seluas Inggris dan
mencakup Kepulauan Senkaku yang menjadi perebutan China dan Jepang, di
Laut China Timur.
Tindakan sepihak China ini membuat berang Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe. Menurut Abe langkah yang diambil Pemerintah China sangat berbahaya dan bisa menimbulkan konsekuensi yang tidak diinginkan. Hal ini disampaikan Abe di depan parlemen Jepang.
Reaksi yang keras juga muncul dari sekutu Jepang, Amerika Serikat.
Menteri Luar Negeri AS John Kerry menyatakan akan mendukung Abe jika
terjadi bentrokan militer terkait Kepulauan Senkaku. AS menunjukkan
posisinya secara jelas. Opsi terburuk bentrokan militer masuk dalam
perhitungan.
Tidak puas sampai di situ, tanggal 25 November 2013 AS menerbangkan
dua pesawat bomber B-52 untuk menantang zona pertahanan udara China di
wilayah sengketa Laut China Timur, tanpa memberitahu China. Bomber B-52
itu terbang cukup lama, bolak-balik di wilayah itu selama dua jam.
Pejabat Departemen Pertahanan AS mengatakan (26/11/2013), AS telah
menerbangkan dua pesawat militer di atas wilayah sengketa Laut China
Timur tanpa memberitahu China. Dua pesawat pembom B-52 ikut serta dalam
latihan reguler di atas kepulauan yang disengketakan.
Langkah itu menyusul pengumuman Amerika Serikat sebelumnya bahwa
pesawat militer mereka tidak akan mengidentifikasi dirinya berdasarkan
aturan baru China.
Tindakan AS ini seakan menampar muka China dengan keras. Pernyataan
Pemerintah China yang akan mengambil langkah militer terhadap
pelanggaran Zona Pertahanan Udara, hanya sebatas omongan belaka. China
tidak berani menepati peringatan yang telah dia sampaikan kepada dunia
Internasional.
Melihat respon China yang kecut, Jepang mengatakan tidak mengakui
zona identifikasi pertahanan udara China. Menteri Pertahanan Jepang
Itsunori Onodera, Selasa (26/11), mengatakan Jepang bekerjasama dengan
AS dan akan mengambil seluruh langkah yang diperlukan untuk melindungi
wilayah Jepang.
Kementerian Luar Negeri Jepang mengatakan, pihaknya tidak akan
menghormati pengumanan demarkasi China itu. Pengumanan itu, kata
kementerian tersebut, “tidak punya validitas apapun di Jepang”.
Tidak hanya sampai di situ. Kamis 28/11/2013 Militer Korea Selatan,
mengumumkan, salah satu pesawat terbang mereka baru saja melintas di
zona pertahanan udara China di Laut China Timur tanpa memberitahu
Beijing. Pesawat itu terbang pada Selasa (26/11/2013) sebagai bagian
dari sebuah misi latihan pengintaian reguler di sekitar Pulau Leodo yang
juga menjadi pangkal sengketa dengan Beijing.
“Kami tak memberitahu China,” ujar Juru Bicara Kementerian Pertahanan Korea Selatan, Kim Min-seok.
Menteri Luar Negeri AS, John Kerry, menyatakan upaya yang dilakukan China bertujuan mengubah status quo di Laut China Timur dan tidak akan dibiarkan.
Pengumuman China terkait Zona itu, mencakup perairan yang diklaim
Taiwan, Korea Selatan dan Jepang. Zona Pertahanan Udara China itu sempat
memicu kemarahan di Seoul, sehingga militer mengirim pesawat untuk
menerobos zona tersebut.
|
Diagram of the first and second island chains of China
|
Hal itu karena sebagian zona itu tumpang tindih dengan zona
pertahanan udara Korea Selatan dan mencakup bukit batu yang
disengketakan yang dikontrol Korea Selatan, yang dikenal sebagai Ieodo.
Sengketa ini telah lama menjadi sumber ketegangan diplomatik dengan
Beijing. “Saya ingin mengatakan sekali lagi bahwa kami tidak mengubah
kontrol teritorial atas Ieodo, ” ujar Juru Bicara Kementerian Pertahanan
Korsel Kim Min-seok.
Amerika Serikat yang sebelumnya mencoba lebih netral, kini telah
menunjukkan sikapnya. Bersama Jepang dan Korea Selatan mereka menentang
Zona Pertahanan Udara China. Pemerintah China tidak bisa berbuat
apa-apa, selain memelototi pesawat AS dan Korea Selatan yang melintas di
wilayah sengketa.