Pages

Kamis, Agustus 29, 2013

Langit Biru Di PT DI Bandung

AS565 MB Panther
AS565 MB Panther

BANDUNG-(IDB) : PT dirgantara Indonesia (PT DI) terus mendapatkan kepercayaan dari Kementerian Pertahanan dan militer Indonesia. Tentu hal ini tidak terlepas dari semangat pemerintah yang mendorong penggunaan alutsista dalam negeri. Dan memang seperti itulah seharusnya, jika Indonesia yang besar ini mau mandiri .


TNI AL akhirnya memesan 11 unit helikopter jenis Anti-Kapal Selam (AKS) kepada PT DI. Pembelian ini sekaligus menepis kemungkinan pembelian Heli AKS Seasprite yang memang menuai kontroversi.


Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI Marsetio berharap 11 helikopter AKS untuk memperkuat alutsista TNI Angkatan Laut telah ada paling lambat tanggal 5 Oktober 2014. TNI AL telah menyiapkan skuadron khusus untuk menerima 11 helikopter AKS buatan PT DI dengan nama Skuadron 100 AKS.  Helikopter AKS dibutuhkan TNI AL untuk membentuk kekuatan tempur Sistem Senjata Armada Terpadu (SSAT) pada tahun 2014 nanti.  Sistem Senjata Armada Terpadu (SSAT) ini mellibat unsur Kapal Perang, Pesawat Udara, Koprs Marinir dan Pangkalan.

Eurocopter AS565 MB Panther
Eurocopter AS565 MB Panther

Berdasarkan keterangan Asisten Direktur Utama PT DI, Sonny Ibrahim Saleh, PT DI akan menggarap 11 unit helikopter AKS  TNI AL serta delapan helikopter serang TNI AD.

“Untuk anti kapal selam jenisnya adalah Superpuma karena faktor peralatan pendukung sedangkan untuk tujuan serang bukan lagi NBO-105 tapi kemungkinan Ecureuil,” tandasnya di Bandung – Jawa Barat.

Dari penjelasan Juru Bicara PT DI itu,  dapat disimpulkan helikopter AKS yang dipesan PT DI adalah Eurocopter varian  AS332 Super Puma atau versi lebih baru AS565 MB Panther. Sedangkan heli serang untuk TNI AD juga buatan Eurocopter, AS350 Ecureuil atau varian  AS555 Fennec.


Sebelumnya PT DI  memang telah menandatangani kerjasama dengan Eurocopter untuk produksi sejumlah jenis helikopter, termasuk Fennec dan Ecureuil.


Di saat yang sama, PT DI  juga memenuhi pesanan 7 unit helikopter Eurocopter jenis lain. Enam diantaranya untuk TNI AU. Jenisnya adalah EC-725 Cougar varian Combat SAR and Personal Recovery. Pengerjaan tersebut di luar jumlah pesanan atas heli angkut personil Bell 412 EP untuk kepentingan TNI.


Hal ini membuktikan kualitas PT DI terus mendapatkan kepercayaan. Dengan banyaknya pesanan kepada PT DI meyebabkan nilai kontrak yang diraih pada tahun 2012 mencapai Rp 8,2 triliun, sementara tahun 2011 hanya Rp 1 triliun. Nilai kontrak itu mencakup pesanan CN-235 MPA dan Helikopter Anti Kapal Selam.


Perakitan C-295
 
C-295 AEW&C (photo: EADS CASA)
C-295 AEW&C.
TNI Angkatan Udara akan kembali menerima dua pesawat C-295 bulan September 2013, sehingga jumlah yang diterima dari Spanyol menjadi 4 pesawat. Mulai pesawat ke lima, ke enam dan ke tujuh, akan dikustomisasi di Indonesia. Sedangkan pesawat ke delapan dan ke sembilan sepenuhnya dirakit oleh PT DI.


Menteri BUMN Dahlan Iskan menargetkan pada tahun 2014, PT DI mulai merakit C-295 dan TNI AU pun akan terus menambah pesawat jenis C-295 hingga berjumlah 16 buah untuk memenuhi kebutuhan skuadron dua TNI AU di Halim Perdanakusuma, Jakarta.


Untuk menyambut produksi yang lebih besar, PT DI terus membeli mesin baru untuk produksi, sekaligus merevitalisasi mesin mesin di PT DI yang telah berumur 30 tahun.


“Saat ini telah ada 8 mesin baru yang beroperasi dan lima unit lainnya dalam proses pengiriman”, ujar Juru Bicara PT DI Rakhendi Triyatna. Mesin ini dibeli PT DI untuk keperluan: komputerisasi, bubut, bor, cetak metal, silinder dan lain sebagainya. Beberapa mesin yang dibeli: CNC (Computerized Numerical Control), Quaser MV 18C, Haas VF6-50, Haas VR Deckel Maho DMU serta Mesin Gantry Matec Jobs LINX30. Mesin mesin berteknologi tinggi ini didatangkan dari beberapa pabrik di Jerman, Italia dan Taiwan.


Menurt Rakhendi, kemampuan mesin CNC yang handal serta pengalaman yang dimiliki PT DI membuat mereka dapat memenuhi komponen pesawat produk PT DI serta menyuplai banyak komponen yang dipesan Airbus, Boeing dan Bombardier.


“Seperti yang sering kami katakan, PT DI merupakan single supplier untuk bagian tengah, depan dan wing dari A380, pesawat yang sangat populer di dunia. Saat ini PT DI memiliki 100 unit mesin CNC dan TNC. Mesin mesin yang telah ada sebelumnya bekerja sangat produktif dan rata rata beroperasi 15 jam/hari untuk memenuhi target produksi yang terjadwal sangat ketat”, tambah Rakhendi.


Dengan tambahan peralatan baru ini PT DI sangat percaya diri untuk menggarap C-295 di Bandung- Jawa Barat. Apalagi C-295 merupakan hasil peningkatan dari CN-235 dengan penambahan panjang badan pesawat (sekitar 3 meter), penguatan landing gear dan penambahan tenaga pesawat. Bahkan untuk menyambut perakitan CN-295 nanti, PT DI telah menyiapkan badan pesawat yang lebih panjang dan sedang dikerjakan. PT DI ingin memberi nilai lebih dengan CN-295 yang nantinya mereka rakit.


CN-235 MPA
 
Pesawat CN 235 MPA TNI AL (photo:dispenal)
Pesawat CN 235 MPA TNI AL.
Sebelum menggarap C-295, kini PT DI juga sedang menguji terbang 3 pesawat CN-235 MPA yang juga pesanan TNI AL, untuk patroli maritim. Berbeda dengan CN-235 umumnya, pesawat pesanan TNI-AL ini memiliki winglet pada ujung sayapnya guna mengefisienkan gaya hambatdan penghematan bahan bakar.


N-219 PT DI
 
Lion Air akan Pesan 50 unit N-219 PTDI (Photo: PT DI)
Lion Air akan Pesan 50 unit N-219 PTDI.
Order lain datang dari Maskapai Penerbangan Lion Air yang menyatakan siap membeli 50 pesawat N219. Lion Air tertarik dengan N-219 karena onderdil atau parts yang dipakai pesawat ini law maintenance. PT DI berencana akan menjual 100 pesawat N219 kepada maskapai penerbangan swasta terbesar di Indonesia, Lion Air. 

Pesawat kecil yang difokuskan untuk melayani penerbangan perintis itu dipatok seharga US$ 4,5 juta hingga US$ 5 juta/unit. Pesawat perintis buatan PT DI ini akan memiliki kandungan komponen buatan lokal sebesar 40 persen. Jumlah ini ditingkatkan secara bertahap, sehingga pada pesawat produksi yang ke-30, kandungan lokalnya sudah mencapai 60 persen.

Dengan terus mempromosikan pesawat CN235, CN295, NC212-400 dan N219 tahap desain), PT DI berbenah diri dalam segala hal untuk menyambut prospek pasar di kawasan Asia Pasifik yang terus meningkat.





Sumber : JKGR

5 komentar:

  1. Ko orang nak komen ap lgi malonshit.
    Kerajaan ko orang tak de duit nak beli senjata kah?
    Kacian kacian

    BalasHapus
  2. alhamdulillah...
    Ternyata pemerintah masih sedikit waras mau memberdayakan produk dalam negri.. Ketimbang seasprite bnyak masalah mendingan iki tho...
    Kalo gk begini kapan lagi indon tercinta blajar...
    Dengan begini bisa menambah defisit untuk ptDi

    salam 1jiwa NkrI

    BalasHapus
  3. wah mantaapp.. tapi yg rada aneh kalo memang PT. DI sudah merasa cukup mampu untuk membuat heli anti kapal selam tni AL dan heli serang tni AD.. trus kenapa prototype heli serang ringan gandiwa dan bumblebee gak di bikin2 ya :-?

    BalasHapus
  4. Tipe heli AKS yang mana nih-apa heli AKS tipe SA332 SUPERPUMA-COUGAR atau AS565MB-klo fhanter -superpuma meski sama2produk aerospatiale euro-tapi kedua jenis heli punya spesifikasi beda-ke2 jenis heli kategori barang baru di pabrik nya-AS565fhanter bukan lha pen,gembangan dari SA332 superpuma- meski penjelasan staf PT DI agak bikin samar-tapi tuk ke2 jenis heliAKS trsebut AS332superpuma-AS565 fhanter masuk kategori tipe heli AKS -TOP dunia-

    BalasHapus
  5. PT DI memang harus menerima pesanan spt ini dr pemerintah , ini merupakan langkah positif demi kemajuan industri dirgantara Indonesia. utk heli gandiwa n bumblebee PT DI memang harus menguasai teknologi heli tempur sama dgn opini pindad ttg pembuatan MBT ; utk memproduksi MBT perlu menguasai teknis terlebih dahulu , paling tidak pernah mengoperasikan MBT. saya harap pembelian apache dijadikan langkah utk pengembangan heli serang gandiwa n bumblebee

    BalasHapus