Pages

Senin, Juli 01, 2013

Agustus 2013 TNI AU Segera Kedatangan 4 Super Tucano Baru

MALANG-(IDB) : Kualitas penerbang tempur TNI AU akan semakin baik.  Sebab, pesawat latih yang digunakan juga semakin canggih. 

Mabes TNI AU memborong 16 pesawat latih Super Tucano dari Brasil yang akan datang bertahap ke Indonesia.

"Sekarang sudah ada empat di Skadron 21 Lanud Abdul Rachman Saleh Malang. Bulan Agustus nanti akan datang empat lagi," ujar Dirjen Perencanaan Pertahanan Kemhan Marsekal Muda Henry B Sulistyo, Sabtu (29/6).

Jumat (28/06) lalu rombongan tim Kemhan yang dipimpin Wamenhan Sjafrie Sjamsoedin datang ke Malang melihat pemeliharaan Super Tucano sekaligus melakukan cek persiapan kedatangan armada baru.


Menurut Sulistyo, TNI AU menargetkan 16 unit sudah bisa beroperasi secara full pada tahun depan. "Jadi delapan " delapan, tahun ini delapan, tahun depan paling lambat September sudah pas jumlahnya," katanya.


Total nilai kontrak pembelian  16 buah Super Tucano itu mencapai Rp 2, 7 triliun rupiah. "Kita yakin para penerbang di Malang termasuk crew daratnya bisa menjaga asset negara yang cukup mahal ini," kata mantan Kadispen AU itu.


TNI Angkatan Udara dan Embraer Brasil  menandatangani kontrak pembelian delapan Super Tucano di Pameran Dirgantara Farnborough, Inggris, pada 10 Juli 2011. Termasuk di dalam kontrak satu unit simulator untuk pelatihan para pilot Angkatan Udara.  Empat pesawat dengan cocor merah bergerigi yang sekarang sudah stand by di Malang  sudah memakai nomor regristrasi TT-3101, 3102, 3103 dan 3104.


Sebelum dikirim ke Indonesia, tim gabungan Kementerian Pertahanan dan TNI AU yang dipimpin oleh Letnan Kolonel Alit Erbawa tiba di fasilitas produksi Embraer untuk memeriksa pesawat pesanan. Pemeriksaan meliputi dokumen, pencocokan komponen pesawat, interior pesawat, pengecatan dan uji terbang. Khusus uji terbang dilaksanakan oleh pilot Embraer dan Komandan Skadron Udara 21 Mayor Penerbang James Yanes Singal.


Pemeriksaan di darat mencakup kondisi fisik pesawat, pemeriksaan instrumen pesawat sebelum dan sesudah mesin dinyalakan, serta pemeriksaan kendali pesawat selama proses lepas landas dan mendarat.


Uji terbang dilakukan di ketinggian 25.000 kaki untuk pemeriksaan beberapa sistem pesawat yang meliputi sistem bahan bakar, tekanan udara, auto pilot, mesin, navigasi, komunikasi, landing gear, serta pendaratan pesawat yang didahului dengan beberapa manuver.


Nama Super Tucano melejit sejak Operasi Phoenix Angkatan Udara Kolombia pada 2008. Pesawat Super Tucano milik Kolombia berhasil menewaskan pimpinan pemberontak FARC, Raul Reyes, dalam suatu serangan lintas perbatasan ke Venezuela.


Pesawat ini memang digunakan di sejumlah negara Amerika Latin. Misalnya, Republik Dominika, Kolombia, Ekuador, dan Chile. Selain Indonesia, Brasil pun mengekspor pesawat ini ke Angola, Burkina Faso, dan Mauritania.


Dilengkapi mesin tunggal turboprop, Super Tucano memiliki kemampuan mengenai target dengan sempurna.  Dua senapan mesin dipasangkan pabrikan Embraer  Brasil, pada sayap serta 5 hardpoint di sayap dan fuselage untuk mengangkut rudal, roket atau bom seberat 1,5 ton. Pesawat ini pun didesain untuk melakukan serangan anti-gerilya, pengintaian, dan patroli.


Pesawat tempur turboprop memiliki fungsi yang berbeda dengan pesawat jet seperti F 16 atau Sukhoi SU 30. Pesawat turboprop mampu terbang rendah dalam waktu yang lama, sehingga cocok untuk anti-gerilya. Biaya operasi tidak tinggi, perawatan murah, dan bisa mendarat di landasan pacu sederhana.







Sumber : JPNN 

10 komentar:

  1. tambah lagi biar menjadi skuadron "besar"

    http://tinyurl.com/terpaksa-kaya/

    BalasHapus
  2. baling-baling bambu...pesawat doraemon n nobita era pd 2.
    hari gini msh di pakai hadeuhh,gimana mau maju negara ini,orang2 udah berbicara bagaimana caranya ke planet mars,bagaimana caranya kebulan ???
    Lah disini,msh belajar menggunakan pesawat baling2 sampai harus jauh2 ke brazil hanya cuma ingin bisa membawa baling2...kayanya doraemon saja takan mau jauh2 sampai ke brazil cuma untk 16 baling2.
    kacian kaciannn...

    BalasHapus
  3. Ano 11.28. Komenmu itu isinya mengejek, tapi sebenarnya memperlihatkan kedunguanmu mengenai peranan pesawat ber-baling2 Super Tucano.
    Mengejek dan merendahkan sesuatu seh boleh 2 saja nggak ada yg nglarang di blog ini, tapi saran saya sebelum menulis ejekan atau hinaan instropeksi dulu apa pertimbangan dan keputusan untuk membeli pesawat baling 2 tsb. Yang merencanakan dan memutuskan beli pesawat baling2 tsb yg pasti nggak bodo2 amat, nggak maaf seperti ano sudah kurang pengetahuan alias achterlijk tapi juga asal cuap spt chik zonder koop.!!!!!

    BalasHapus
  4. pesawat yg katanya anti grilya,kenapa tidak di turunkan ketika tni di tembaki di papua....untk apa beli tucino kalau tidak di gunakan sesuai gelarnya (anti grilya)....apa pesawat itu lbh mahal dari nyawa tni...apa harus nunggu dulu tni di bantay sampai 1 batalyon baru diturunkan tuh baling2...

    BalasHapus
  5. Ano 13.04, Sabar jgn marah nggak karuan, itu pesawat bukan anti gerilya, itu pesawat namanya" COIN" = counter insurgency atau pesawat penuntun bagi pesawat yg lebih besar disamping dapat memberikan bantuan tembakan kepada para prajurit teman sendiri apabila dibutuhkan.
    Memang dg kecepatan dan kemampuan terbang rendah secara terus menerus dan dilengkapi dg senjata roket dan senapan mesin berat, pesawat ini dpt membungkam sementara waktu aksi2 pasukan lawan, sebelum nantinya pesawat yg lebih besar melakukan tindakan mengebom dsbnya pada titik target yg telah di temukan oleh pesawat Tucano ini.
    Pesawat yg lebih kemampuan dan lebih tenaga mesinnya yg berarti lebih cepat terbangnya akan sangat tertolong dg pesawat "COIN" Tucano karena dg faktor kecepatan dan besarnya pesawat tidak mudah menemukan secara persis area yg harus di bom.
    Untuk kasus di Papua, lebih cocok memakai UAV karena daerahnya sulit untuk diterbangi pesawat apapun karena faktor topografi yg ber-bukit2 dan di tambah faktor cuaca yg akan menyulitkan penerbangan pesawat apapun.
    Disamping itu gerombolan pengacau juga tidak termobilisasi secara besar hanya terdiri kelompok -kelompok kecil ( regu ) saja.
    Sehingga tidak di perlukan pesawat tempur, cukup dgn UAV, seperti pengalaman di Mapanduma mereka dpt terdeteksi dg sangat baik, dpt di ikuti gerak mereka dpat dipastikan posisi dg persis dan tinggal menyergap.
    Kapan hal tersebut akan dimulai dg memakai kemampuan UAV yg sdh ditesmikan skdnya di Pontianak, kita tunggu saja nanti.

    BalasHapus
  6. bener bgt kata bang Bole,pesawat kayak gini emang masi di butuhkan seperti buat latihan,kalo latian saja pake langsung pake F-16 n Flanker bangkrut negara ini. terus lagi kayak kemarin malasyia ngadepin Pasukan Sulu pake Hornet terbukti tidak efektif malah cuma jadi kembang api.

    saya juga mau tanya nie bang Bole apa UAV buatan BPPT,Lapan bisa kayak di Film Act Of Valour yg bisa mendeteksi setiap pergerakan manusia?

    BalasHapus
  7. Omong-omong, pada MEF II nanti Indonesia akan nambah pesawat Tukino 3 Skd lagi dan yg menggembirakan pesawat Tukino tsb akan di assembling di Bandung seluruhnya. Ini berarti ada kemajuan dlm proses pembelian pesawat Tukino dimana yg namanya ToT berjalan tanpa di minta oleh Indonesia.
    Ooo sole mio, muchas gracias, Sombrero.....si Senor.!!!!!

    BalasHapus
  8. Saya setuju komen sampean om bole,dg penggunaan uav di papua jauh lebih efisien,cuma pesawat uav kan hanya sbg pesawat intai/mata2. Sdg penggebuk separatis papua menurut saya ya pakai super tucano biar sedikit membawa efek gentar. Bukankah pesawat tucano memang cocok diset sebagai anti gerilya/btu. Bukan begitu om bole?!

    BalasHapus
  9. Ano22.57 Fungsi utama UAV itu memang sebagai alat kepanjangan mata kita untuk dpt melakukan diantaranya ; Observasi, Infiltrasi, Survaillance, Insurgency, potret udara dg resolusi tinggi disertai thermal imaging, ada GPSnya dapat menentukan koordinat, ada GIS atau peta digital yg dpt di pancarkan luaskan ke st. RX.
    Durasi terbangnya lama 18 jam bahkan UAV punya AS dan Israel bisa berhari-hari karena memakai sistim "hybrid" gabungan surya cell dan mesin konvensional, dpt terbang tinggi hingga lebih 27 ribu kaki, alias mata sdh nggak mungkin melihat, anti jamming, anti radar, tidak bersuara, relative kecil di banding pesawat apapun yg pernah ada dan bukan saja harganya muahal tapi juga dibatasi oleh "Lisensi Eksport" alias blm tentu yg akan datang untuk TNI sama dengan yg di operasikan Israel walau nama dan jenis UAV-nya sama.
    Kita patut bangga dan gembira serta puas banget bahwa kitapun sebentar lagi juga punya UAV modern, canggih, hasil kerja peneliti yg pinter dari BPPT dan LAPAN dg kemampuan yg juga luar biasa dan tidak kalah penampilannya dg UAV yg sudah terlebih dahulu ada.
    Who knows UAV kita juga dpt bersaing dg UAV Israel atau UAV AS di waktu mendatang.
    Sehingga dg UAV tsb, mudah kiranya kita mendeteksi apa saja yg memancarkan panas, memplot kordinat posisi dan memetakan secara digital dimana keberadaan "regu konyol" dari orang-orang yg suka berbuat onar di Papua, setelah itu A1, artinya positip, tanpa harus menggunakan pesawat "Coin" Tukino, cukup satu regu prajurit sekelas anti teror, dpt menyelesaikan tugas dg akhir laporan : "Lapor, nDan, misi selesai, mhn arahan lanjut" alias : "Sir, mission a complished"
    Gitu, ano dongeng "Boleroes11" buat anda percaya monggo nggak percaya ya gpp. Namanya juga dongeng = di paiDo ora meNgeng.
    Ini"Boleroes11" heh, opo abamu. He...he....he......

    BalasHapus
  10. Kelupaan, UAV dpt juga berfungsi sebagai"Repeater radio" alias penguat pancaran sinyal (zender) radio komunikasi, HF, UHF, dsbnya.sehingga menghilangkan distorsi suara karena adanya halangan topografi medan.
    Terima kasih.

    BalasHapus