Pages

Senin, Februari 11, 2013

Mengintip Leopard 2SG AD Singapura

SINGAPURA-(IDB) : Menyimak foto-foto Leopard 2SG AD Singapura yang berbaris gagah dalam parade National Day Singapura memang mampu membuat hati berdecak kagum. 

 Bagaimana tidak, Leopard 2SG dimodifikasi secara modular oleh Deisenroth Engineering. Singapura juga sudah memiliki doktrin keterpaduan kavaleri-infantri yang matang, dimana pada level terkecil satu seksi tank (2 Leopard) akan mengawal 1 peleton infantri mekanis (3 Bionix ICV). Pemasangan BMS (Battlefield Management System) yang sesuai dengan konsep 3G Soldier juga sudah selesai, sehingga Leopard 2SG bisa berbicara dengan Bionix IFV, Terrex, dan bahkan prajurit infantri melalui serangkaian peta digital dan sistem penanda kawan-lawan. 

Tapi dibalik sosoknya yang gagah, pada awal kedatangannya Leopard 2SG justru dihadapkan pada sejumlah kendala. Kisah tersebut ARC peroleh dari penuturan salah satu instruktur Kavaleri TNI AD yang baru kembali dari crash course di Singapura.

Sejumlah kendala krusial yang dihadapi oleh Kavaleri AD Singapura saat pertama kali mengoperasikan Leopard 2 justru datang dari alam dan medan operasinya sendiri. Kondisi wilayah Asia Tenggara yang tergolong beriklim tropis dengan tipikal kelembapan dan suhu tinggi menyebabkan seringnya perangkat elektronik di Leopard mengalami error, belum lagi pengembunan yang ditandai munculnya titik-titik air di berbagai tempat dalam kompartemen tempur Leopard. Sementara Singapura yang berwujud negeri kota, jalan raya justru memberikan tantangan tersendiri. Penggunaan rem jadi lebih sering karena tank harus lebih banyak berbelok mengikuti arah jalan. Kampas rem tentunya jadi lebih tipis, dan ganti kampas rem....mahal, bahkan untuk hitungan negara kaya seperti Singapura.

Berangkat dari tantangan tersebut, Singapura menerapkan sejumlah jurus jitu untuk mengatasinya. Pemasangan ECU (Environmental Control Unit) atau AC jadi solusi untuk mengatasi kelembapan tinggi. Sementara itu, Leopard 2SG mendapat perkuatan pada kaki-kaki dan sistem suspensi, berikut pemasangan kampas rem yang lebih tebal. Pengemudi Leopard 2 Singapura juga dilatih untuk menggunakan pengereman melalui engine brake, yaitu dengan menurunkan rasio gigi transmisi, persis dengan pembaca yang menurunkan gigi pada saat hendak mengurangi kecepatan.

Menaklukkan Leopard Singapura

Dalam banyak hal, Singapura memang jauh lebih baik dari negeri tetangganya di Utara. Biarpun memang terdapat riak-riak kecil dalam hubungan bilateral Republik Indonesia-Singapura, toh hal tersebut tidak lantas menjadi sandungan bagi kedua negara. Secara umum, terdapat suatu jalinan mesra baik itu hubungan sipil maupun militer antar kedua negara


Dalam hubungan militer, telah banyak contoh kerjasama dan latihan bersama yang dijalin oleh kedua negara, terakhir berupa latihan bareng SAFKAR Indopura 2012 yang diadakan di Cipatat. Namun ternyata, masih ada lagi. Diluar pantauan publik dan pers, ternyata satu kontingen perwira dan prajurit Kavaleri telah diberangkatkan ke Singapura.

Hal ini justru baru terungkap dari sambutan yang disampaikan oleh Dan Pussenkav Brigadir Jenderal Purwadi Mukson S.IP dalam HUT Kavaleri ke-63 di lapangan Pussenkav TNI AD, Bandung, yang dihadiri ARC. Berkat hubungan baik antar kedua negara, Singapura dengan tangan terbuka menerima kedatangan kontingen Kavaleri yang berjumlah 8 orang, walaupun program ini tidak dijadwalkan jauh hari sebelumnya. Singapura dipilih sebagai ajang tempat berlatih, karena Singapura memiliki Leopard 2A4 dan Leopard 2SG (upgrade oleh Deisenroth) yang setara dengan yang akan diterima oleh Indonesia pada akhir tahun 2013.

Kedelapan perwira dan prajurit Kavaleri ini terdiri dari 2 personil Yon-1 Kavaleri/ Kostrad, 2 personil Yon-2 Kavaleri/ Kostrad, serta 4 orang dari Pusat Pendidikan Kavaleri (Pusdikkav). Kontingen dari Pusdikkav terhitung paling banyak, karena 4 orang inilah yang kelak menjadi instruktur untuk Leopard 2A4/RI TNI AD, sesuai dengan awak MBT Leopard yaitu pengemudi, komandan kendaraan, pengisi peluru, dan penembak. Kedelapan perwira dan prajurit Kavaleri terbaik ini telah menjalani 12 hari pelatihan dalam simulator maupun dengan Leopard 2SG. Hasilnya? Luar biasa. Dalam pelatihan yang sebenarnya diadakan oleh Singapura untuk negara Asia yang memiliki MBT, kontingen Indonesia mampu menaklukkan macan Singapura, dan bahkan menjadi yang terbaik.





 Sumber : ARC

5 komentar:

  1. Singapura tidak jelek juga jadi tetangga (beda sama yang ngaku2 saudara serumpun)....jd kalau menanggapi hub RI-Singapore wajar2 aja nggak perlu marah2 (kayak beberapa comment di artikel beberapa hari lalu), tp cukup waspada aja....

    BalasHapus
  2. menunggu komentar proffesor boleroes11 . . .

    BalasHapus
  3. juragan sapi madura12 Februari 2013 pukul 20.14

    eh.. sebenernya boleroes 11 itu nama aslinya sapa ya ???

    Qoq bisa tau banyak ??

    BalasHapus
  4. Singapure banyak bantu Pindad dalam bikin senjata,seperti Anoa versi pelontar granat.,senapan cal 12,5 mm .Karena sama sama punya leopard kan bisa latihan perang bareng di Kalimantan,atau tukar tukaran sparepart .Bila stok tak tersedia.Banyak ilmu yang bisa di dapat sama singapure ,gimana pagelaran tank dihutan apalagi kita baru kali ini punya MBT.

    BalasHapus
  5. Tanpa kita ketahui, bahwa sebenarnya beberapa bagian dari senapan mesin ringan Ultimax S'pore itu dikerjakan di PT PINDAD.
    Yang cocok untuk manuver Tank sebesar Leo, ya cuma di Baturaja, Sumsel, terrain dan kondisi alamnya benar masih asli dari padang ilalang, semak lebat dan hutan tropis yg masih perawan. Terserah kepada kita boleh nggak, S'pore infanterinya pernah latihan di Sumut saja senang sekali karena merasakan lapangan gladi latih yg beda dg hutan buatan di negerinya. Kalau latihan nembak di Cipatat, Bdg.
    Dulu kalau nembak dg pesawat ya di AWR(Air Weapon Range ) Siabu, Pakanbaru, tapi tetap kalah dg pilot-pilot TNI -AU. Jarang pilot S'pore yg "BullEyes" hebat ya pilot kita.

    BalasHapus