Pages

Sabtu, Februari 16, 2013

Akankah Helikopter Apache Diganti Battlehawk...???

Apache AH 64D Longbow
Apache AH 64D Longbow
JKGR-(IDB) : Pernyataan KSAD Jenderal Pramono Edhie Wibowo bahwa  TNI AD akan membeli 20 helikopter  UH-60 Black Hawk, menimbulkan banyak pertanyaan di masyarakat. Apakah rencana pembelian  8  helikopter serang  AH 64 (AH= Attack Helicopter) Apache ditukar dengan 20  Helikopter UH-60 (UH= Utility Helicopter) Back Hawk  ?

Jika  mendengarkan penjelasan KSAD Jenderal Pramono Edhie Wibowo di Mabesad beberapa waktu lalu, penggantian Apache dengan Black Hawk agaknya jauh dari kenyataan, walau bukan mustahil.  Menurut KSAD, jika dana tidak  mencukupi maka pembelian Apache AH 64 dialihkan ke Super Cobra AH-1W atau Black Hawk UH-60 yang dipersenjatai.

Namun KSAD memberikan catatan, pada intinya TNI AD menginginkan Apache dan akan memperjuangkannya di Komisi 1 DPR. Alasannya adalah military balance di kawasan. Lebih dari itu KSAD juga memegang prinsip, lebih baik memiliki sedikit senjata tapi mematikan daripada banyak namun loyo.  TNI AD menginginkan persenjataan terbaik di kelasnya.  Hal ini baru rencana di Angkatan Darat. Namun gayung bersambut, Menteri Luar Negeri AS kala itu Hilary Clinton menyampaikan rencana pembelian 8 Apache AH-64D Longbow blok 3 oleh Indonesia ke Kongres AS dan disetujui.

Tiba-tiba Selasa 12 Februari 2013 Juru Bicara Kementerian Pertahanan, Brigadir Jenderal Bambang Hartawan mengatakan, rencana pembelian helikopter Black Hawk menjadi alternatif jika negosiasi harga heli Apache menemui jalan buntu. Yang membingungkan adalah mengapa jika heli serang Apache gagal didapat, alternatifnya jatuh ke heli angkut Black Hawk UH-60 ?.

Kendala Helikopter Serang
 
ah-64-apache-indonesia1.jpg
Banyak militer di dunia memang menginginkan helikopter serang seperti Apache AH 64, namun harga dan pemeliharaan yang  mahal membuat mereka menjadi berpikir ulang.  

Sementara medan pertempuran tidak selalu masif yang harus menghancurkan ratusan tank dalam waktu bersamaan.  Teknologi juga terus berkembang. 

Akibatnya munculah pertanyaan, apakah helikopter serang ringan atau multirole tidak bisa menangani situasi seperti itu, karena helikopter serbu ringan  atau multi role memiliki harga dan biaya operasional yang lebih murah.

Ditambah lagi, semua helikopter membutuhkan biaya pemeliharaan yang mahal karena terkait dengan rebuild engine dan rotor secara berkala, maka akan efektif  bila membeli  satu tipe helikopter. Biasanya, pilihan jatuh ke helikopter serbu ringan atau multi-role.

Metamorfosa Heli Serang Ringan

AH-1Z viper
AH-1Z Viper
Selain Apache AH 64, Amerika Serikat juga memiliki heli serang AH-1Z Viper, namun cikal bakalnya berasal dari helikopter angkut pasukan UH-1 Huey.  Pada tahun 1967 Angkatan Darat AS mengembangkan helikopter serang ringan dengan mengadopsi turboshaft engine, transmisi dan sistem rotor dari UH-1 Huey.  Helikopter serang ringan  single engine yang diberinama AH 1G dan banyak terlibat dalam operasi militer di Vietnam.

Bell UH-1 Iroquois (Huey)
Bell UH-1 Iroquois (Huey)
Marinir AS tertarik dengan AH-1G namun meminta performanya ditingkatkan karena helikopter single engine dianggap berbahaya untuk operasi di laut. 

Tahun 1968 munculah varian baru dengan twin engine yang diberinama AH 1J Sea Cobra. Senjatanya pun dimodernisasi dengan senjata mesin gatling 3 dan 6 laras (M-61 Vulcan).

Helikopter ini terus dikembangkan hingga pada tahun 1980 muncul AH 1T dilengkapi sistem kontrol penembakan rudal AIM-9 Sidewinder dan  AGM-114 Hellfire. 

Heli ini terus dimodifikasi dengan membuat baling baling komposit dengan sistem rotor yang baru dan diberinama AH 1W Super Cobra.  Helikopter dengan 4 baling baling komposit ini mampu menekan kebisingan dan tidak cepat rusak.

AH 1W Super Cobra
AH 1W Super Cobra
Angkatan Darat AS juga meningkatkan performa heli angkut pasukan UH 1 Huey tersebut dengan membangun UH 60 Black Hawk  Sikorsky dengan spesifikasi:  empat baling-baling, twine engine, daya angkut lebih besar dan menjadi helikopter serbaguna.

Sementara di jajaran helikopter Serang, Angkatan Darat AS mengembangkan Apache AH 64.
Pada pertengahan tahun 1990-an, keinginan Marinir untuk mendapatkan helikopter Apache  versi marine ditolak oleh pemerintah AS karena disain AH 64 versi Marinir akan sangat mahal dan penggunanya pun hanya Marinir AS. Akibatnya pada tahun 1996 korps Marinir AS memutuskan untuk meningkatkan performa  AH-1W Super Cobra menjadi AH-1Z Viper. 

 Helikopter AH-1Z Viper memiliki dua wing stub yang di-redisign menjadi lebih panjang agar dapat mengangkut senjata lebih banyak yakni:  rudal   AIM-9 Sidewinder.  2 unit Hydra rocket pods 70 mm atau  AGM-114 Hellfire quad missile launcher.  Radar Longbow pun bisa dipasang di wing tip station.

AH IZ Viper
AH IZ Viper
Angkatan Darat AS juga terus memodernisasi UH 60 Black Hawk sehingga bisa mengangkut roket hydra 70 atau 16 Hellfire II Anti tank serta dilengkapi dengan senjata mesin M240G 7,62. Sistem avionik dan elektroniknya juga ditingkatkan, namun AS tetap saja memberlakukan UH 60 sebagai helikopter taktis pengangkut pasukan. Persenjataan yang dibawa lebih untuk pertahanan diri.

UH 60 Black Hawk
UH 60 Black Hawk
Dari sejarahnya itu maka tidak heran bentuk dasar AH-1Z  memiliki kesamaan dengan UH-60 Black Hawk. 

Lain halnya dengan helikopter Serbu AH 64 Longbow yang lahir merujuk kepada teknologi helikopter Comanche  RAH 66 yang sudah digitalisasi tahun 1990-an, sehingga bentuknya pun mengalami perubahan radikal.

Melihat sejarahnya tersebut, AH 1Z Viper dengan segala model upgrade-nya masih di bawah generasi  Apache AH 64 D. Apache memiliki airframe yang telah matang (sempurna). Sementara AH 1Z Viper  kemungkinan menjadi varian terakhir dari keluarga helikopter Huey setelah 40 tahun mengudara dan masa produksinya akan berakhir tahun 2030. Sementara AH 64 Apache yang muncul di tahun 1990-an masih memiliki masa hidup yang panjang, begitu pula dengan perkembangan sistem elektronik dan senjatanya.

Untuk urusan persenjataan, Super Cobra AH 1Z  Viper mampu mengangkat seluruh persenjataan yang dimiliki oleh Apache,  namun tetap saja lemah di bidang proteksi. Apache mampu menahan tembakan beruntun dari anti-aircraft guns  kaliber 23 mm, sementara AH-1Z Viper tidak bisa. AH 1 Z yang terus dikembangkan juga masih memiliki banyak bugs antara lain terkait: getaran dan handeling karena basic air framenya teknologi tua.

Dari  kondisi tersebut tergambar teknologi Apache AH 64 lebih unggul dari AH-1Z Viper.  Helikopter AH 1Z Viper atau AH 1 W Super Cobra menjadi alternatif karena biaya operasinya lebih murah. Perawatannya pun tidak sesulit Apache dan bisa ditangani oleh negera pembeli.

Misi Helikopter 

Apache biasanya digunakan Amerika Serikat untuk operasi khusus, operasi pembuka serangan serta deep attack. Sementara AH-1Z Viper  atau AH 1W Super Cobra untuk operasi pertempuran reguler maupun kawal pasukan di darat.  Namun persoalannya helikopter ini akan berhenti berproduksi 17 tahun lagi.

Bagaimana dengan Helikopter Serba Guna UH-60 Black Hawk (S-70 versi eksport) ?. Tentu helikopter ini tidak bisa dibandingkan dengan Apache maupun AH 1Z Viper, karena peruntukanya memang berbeda.  Namun teknologi terus berkembang dan para produsen helikopter tidak pernah kehilangan akal. Kini Sirkorsky telah melengkapi UH 60 Black Hawk  dengan kemampuan reconnaissance maupun serbu dan diberinama S-70 Battlehawk.

S-70 Battlehawk
S-70 Battlehawk

S-70 Battlehawk
S-70 Battlehawk
S-70 Battlehawk muncul menjembatani keinginan user untuk memiliki helikopter serang namun biaya dan perawatan yang murah dan bisa digunakan untuk berbagai misi.

S-70 Battlehawk
S-70 Battlehawk
Persenjataan  S-70 Battlehawk:

50 caliber machine guns , 7.62 caliber machine guns , 7/12/ 19 pod 70 mm rocket launchers, Air-to-ground laser missile system provisions,  Helmet-mounted sight, Internal Auxiliary Fuel (200/400 gallon capacity),  External Gun Mounting System, External Stores Weapon System.

Rencana pembelian Apache AH-64 digantikan dengan S-70 Battlehawk  akan sempurna jika gap antara Apache dan Battlehawk, ditutupi dengan pembelian unmanned combat air vehicle (UCAV) di kemudian hari. 





Sumber : JKGR

43 komentar:

  1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  2. Tumben saya bingung baca artikel Indo-Defence....ada beberapa kesalahan yang fatal sehingga bisa menyesatkan.
    1. AH-1Z lahir dari root/asal AH-1 Cobra (Model 209) memang sering disebut Huey Cobra, tetapi kesamaannya dengan UH-1 Iroquois hanya sebatas Mesin, transmisi dan rotor saja. jadi bukan main air frame nya.
    2. AH-1 dan UH-1 lahir dari dedicated mission yang berbeda, jelas sekali kelihatan dari designation code nya, satu mengusung AH = Attack Helicopter satu lagi UH = Utility Helicopter. Intinya mainframe nya pasti berbeda.

    Kog saya melihat ada tendensi dari penulis untuk "Mengarahkan" ...."Bila nggak dapat AH-64, mari ambil S-70....jangan AH-1Z Viper".....apakah hal ini pesanan?

    Mohon untuk penulis lebih berhati2 lagi dalam "bermain" karena pengarahan persepsi publik bila salah langkah akan back fire di jaman sekarang ini.

    Saya secara pribadi melihat bila untuk UH alias Utility Helicopter saya kira product PT. DI sudah sangat mampu menjawab kebutuhan TNI. bila mau import UH saya tidak setuju, lain halnya bila akan import AH, silahkan sepanjang jangan lupa dengan ToT nya seperti yang di amanatkan dalam UU Industri Pertahanan.

    BalasHapus
  3. Kalau bisa jangan di ganti lah...kalau mau sekalian ganti dengan cnook untuk angkut pasukan atau unyuk bencana alam, terus untuk heli serang/serbu pakai MI nya rusia..

    BalasHapus
  4. buat agan yg paling atas ini yg nulis JKGR

    ane dpt info dari bpak tmn ane yg juga "orng dalem" TNI
    Apace jadi jumlahnya rahasia
    dan ternyata cihonok juga jadi tapi rahasia juga
    ane percaya dia wong udah tinggi gan pngkate

    BalasHapus
  5. Oh ya satu lagi...."Helikopter Serbu AH 64 Longbow yang lahir merujuk kepada teknologi helikopter Comanche RAH 66 yang sudah digitalisasi tahun 1990-an, sehingga bentuknya pun mengalami perubahan radikal"....nah ini sedikit lucu....karena AH-64 D itu diserah terimakan pertama kali ke US Army pada 2003. sedangkan program RAH-66 comanche di batalkan US Army 23 February 2004. intinya RAH-66 ini sebenarnya masih Project....bagaimana bisa AH-64D yang sudah masuk lini produksi bahkan diserah terimakan ke end user pada 2003 merujuk pada RAH-66 yang masih project sampai 2004?.....secara gamblang dari penomoranya sendiri sudah bisa dilihat siapa yg lahir lebih dahulu....Apache pegang nomer 64 dedang Comanche pegang nomer 66. yang ada sebenarnya adalah terbalik dari yang penulis tuliskan.....kemungkinan yg bisa terjadi adalah RAH-66 Comanche merujuk pada AH-64 Apache.

    BalasHapus
  6. Saya setuju bila mau ambil heli angkut berat kita ambil Chinook is okey kalau heli angkut ringan dan sedang macam UH-60 atau S-70 nggak usahlah, PT-DI mampu dan punya produk nya....sedang kalau mau ambil AH = Attack Helicopter selain AH-64D & AH-1Z opsi yg baik diluaran ya masih lumayan banyak....dr Russia ada Mi-28 Havoc, Ka-50 Hokum selain Mi-35 yang kita sdh miliki....dari eropa ada Agusta A129 Mangusta & Eurocopter Tiger sedang dari afrika selatan ada Denel AH-2 Rooivalk.....sekali lagi jangan dicampur aduk kan antara AH & UH karena keduanya memiliki dedicated mission yang berbeda.

    BalasHapus
  7. bokis males dengar janji janji mulu tanpa bukti...
    Anak ingusan juga bisa bikin tegang ibu dan org di sekitarnya kalau panjat tower..
    Dengan iming iming dpt mainan baru Padahal main bekas..
    Setelah meninggal barulah si ibu sadar TERNYATA uang tak ada gunanya bila ditukar dengan nyawa..
    Yah beginilah indonesia terlihat surga tapi serasa di nerak !!!

    BalasHapus
  8. nih ada info sedikit biar engga mudah di bodohi orang orang dpr..
    Yuu silahkan di pilih spesifikasinya yg cocok buat pertahanan negara ini..
    Di pilih... Di pilih... Di pilih...
    http://www.military-today.com/helicopters.htm

    BalasHapus
  9. Saya pribadi berpendapat biar mahal asal punya efek gahar,harga jangan di jadikan halangan,demi melindungi NKRI,kapan lagi inilah saatnya,selama ini bangsa kita terus jadi tertawaan negeri jiran yang angkuh dan somong norak...jayalah TNI dengan alutsista mumpuni

    BalasHapus
  10. Klo klo tahun ini negara beli 8 Apache ah64 longbow, saya tidak akan korupsi lagi. Apalagi satu skuadron, sepupu saya yg jd anggota DPRD pasti berhenti korupsi... Apalagi 2 skuadron, adik saya yang jadi gubernur pasti ga' doyan korupsi.. APalagi ..... 3 skuadron, berarti saudara2 saya yang jd menteri, ketua partai, dan anggota DPR sudah pada insaf, pada benar2 mengabdi padamu negeri...

    BalasHapus
  11. Apache AH-64 Agility Demo & Firing Rockets:
    http://www.youtube.com/watch?v=JxsV6pDhdTQ

    BalasHapus
  12. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  13. menurut abang ane di mabes, sbtlnya apache sdh deal pembelian tp utk unit mmg blm jls. nantinya unit apache ini akan ditmptkan dlm batalion pemukul taktis bersama astros, leo, mi35, marder.

    BalasHapus
  14. yg penting sama sama membawa hellfire semakin canggih klo black hawk dan apache bisa terwujud pasti membuat tersenyum para angkatan darat saat bertemu di medan laga...
    Lumayankan bisa bikin hujan buatan sekaligus memberi rasa nyaman untuk ad kita
    walau masih di dalam angan angan...
    Please dont bailout, roger
    o.k launch, woooow goodluck

    BalasHapus
  15. Kenapa tujuan awal pengadaan helikopter serang Apache diganti dg pengadaan helikopter Black Hawk,sepertinya agak menyimpang dari perencanaan.

    Klo ditinjau urgensinya, Indonesia lebih membutuhkan helikopter serang, hal ini krn jenis alutsista tsb jumlahnya masih sangat tdk memadai (7 unit) n belum bisa dibuat sendiri oleh Indonesia. Sebaliknya, utk kebutuhan helikopter angkut pasukan PT. DI sudah mampu membuatnya, pd sisi lain Indonesia sudah memilikinya walaupun jumlahnya masih perlu ditambah.

    Berdasarkan kontradiksi tsb, jelaslah mana kebutuhan helikopter yg layak utk dipenuhi terlebih dahulu, sekaligus mampu memberikan perimbangan kemampuan alutsista dg negara tetangga dan mampu memberikan efek deterent yg dijadikan media bargaining politik.

    Berdasarkan aturan pengadaan, dg jelas disebutkan bahwa pengadaan yg diperkenankan utk didatangkan dr luar negeri hanya utk alutsista yg belum mampu dibuat oleh Indonesia sendiri.

    Dg demikian, Indonesia akan lebih tepat melakukan pengadaan hekikopter Apache daripada Black Hawk.

    Semoga posting ini memberikan pencerahan...
    Jayalah Indonesia dan TNI...

    BalasHapus
  16. Black hawk jadul banget dah=mendingan batal...AH 1Z viper bolehlah

    BalasHapus
  17. black hawk mau ngga mu
    harus di ambil karna sudah
    jadi 10unit tinggal nunggu
    10unit berikutnya...
    Lho Bukannya berita pembelian black hawk ini sudah lama ya bro???
    Terus kena denda dong klo pembelianya sampai di batalin???
    Saya juga ngga setuju dgn kdatangan black hawk.. tapi mau bilang gimana lagi klo sudah ada perjanjianya..
    Jadi bingung baca beritanya

    BalasHapus
  18. Semoga yang di ambil apache,murni heli serbu dengan segala macam keunggulanya,heli angkutnya chinook murni fungsinya untuk angkutan,kalau Dokter ibaratnya dokter spesialis lebih profesional,minimal dapat TOT reparasi dan perawatan di PT DI,bebas embargo dan suku cadangnya lancar dan yang paling penting rudal "HELL FIRE"..

    BalasHapus
  19. Kayaknya ini ada skenario bubar perang.
    bila amrik mernarik diri dari afganistan maka banyak military hardware yang surplus produksi.
    yang terjadi adalah harga obral, hal ini pernah terjadi pada thn 70án saat amrik pulkam dari vietnam.

    Jelas blackhawk fungsinya tak beda jauh dengan Hind, tapi keduanya tak bisa menggantikan fungsi Apache. keuda benda terbang itu memiliki tugas pokok yang berbeda.
    Jadi kalau niat ya beli kedua jenis tsb dan hind kita jual kenegara lain. kalau engga gitu nantinya terlalu rancu dan terlalu banyak buang anggaran pemeliharaan.

    BalasHapus
  20. Mayday..mayday...Blackhawk down...blackhawk down....

    BalasHapus
  21. apache sama black hawk jauh banget perbedaany, klau kita membutuhkan heli serang murni tpi di ganti dg heli angkut serang berati bodoh banget yg ngambil kebijakan, soalny dri fungesi aja jauh banget perbedaany, apalagi dlm perang bisa fatal akibatny.........
    sama aja kayak kita btuh motor sport buat balap tp d beli motor cross krna alasan mtor cross hargany lebih murah , y susah lah menang klau buat balapan.
    klau memang ia apache d ganti blak hawk berati ngawur ni pemeritah

    BalasHapus
  22. F35 Saja ya daya gempurnya memasuki pertahanan lawan
    Tapi cuma 1 gimana mau ga?
    wkwkwkwkwk

    BalasHapus
  23. Flight International quotes the Thai army’s rationale:

    “We are buying three Mi-17 helicopters for the price of one Black Hawk. The Mi-17 can also carry more than 30 troops, while the Black Hawk could carry only 13 soldiers. These were the key factors behind the decision.”


    -------------

    lebih baik Mi-17.......kalo perlu Mi-17N versi ekspor gunship yang serang malam

    BalasHapus
  24. vote kamov 50/52 multiroll, multilock, the beast manuver

    BalasHapus
  25. Kendaraan perang ,ya seperti heli membutuhkan perawatan ,peergantian suku cadang secara berkala.Dimasa damai kita bisa beli kapan saja kita mau asal ada duit.Tapi disaat perang kebutuhan meningkat karna digenjot kemampuan maksimalnya .Disanalah nanti kita keteter bila terlalu tergantung sama produk luar.Musuh bisa menghitung berapa lama endurance peralatan kita tanpa pasokan suku cadang dan servise .Seperti heli penerbad yang dirawat di Ukraina.Nah akan halnya produk AS,nantinya tentu menghadapi kendala yang sama.Kalau masih tetap ngotot dengan heli luar,dalam paket pembeliannya dimasukkan siku cadang dengan asumsi cukup digunakan dalam perang dengan jam terbang minimal 6 bln paling kurang.Akan lebih bagus lagi menggunakan heli yang telah dilisensi oleh PT DI.Lebih mudah dalam perawatan dan suku cadang.Toh PT DI sudah banyak melisensi heli angkut,kan bisa dipersenjatai secara terbatas.Untuk Attack Heli kenapa tak dilirik oeh TNI, Heli rancangan .PT DI,gandiwa .Padahal cuma pengembangan dari heli utility ke attack pasti PT DI bisa bikin dalam waktu cepat soalnya cuma pengembangan dari heli angkut,yang dirobah fungsinya,Dan rancangannya sudah jadi tapi karena tak ada permintaan dari TNI,belum di produksi.Karena kendaraan perang tentu cara berfikirnya kebutuhan dalam perang.

    BalasHapus
  26. Beli apache dikasi blackhawk.
    Kayak beli mie ayam dikasi mie instan
    Sama" mie/heli tapi kan beda rasa pak mentriiii........

    BalasHapus
  27. sejak jaman bung karno berakhir......

    *USA:"Apapun yg kamu minta,saya akan usahain semuanya ,tapi tolong saya satu hal saja tolong jangan buat.......bagaimana anda setuju?"

    *RI:"baiklah kami setuju, tapi anda jgn ingkar janji!"

    *USA:"ok,tapi ingat tidak ada makan siang yg gratis ya,kecuali anda setuju jadi sekutu kami"

    tahun '98 karena krismon mereka melupakan janjinya karena yakin ekonomi kita tak bakalan mampu mengembangkan persenjataannya bahkan mengembargo kita, tapi roda berputar, sekarang mereka datang lagi, tapi tetap tak ada makan siang gratis sesuai perjanjian, jadi masalahnya tinggal Wani Piro??
    ada nggak hepengnya?,tinggal liat aja tanggal maennya......cape mikirinnya...☺

    BalasHapus
  28. daripada beli black hawk 20 jt dolar mending beli mi-17 saja lbh miring harganya,d kasi senjata jg bisa,gk kalah canggih.wong yg buat black hawk saja sempat keblinger sama mi-17....

    BalasHapus
  29. Pak Menhan ingat doktrin perang Erwin rommel perang dunia ke-2, menempatkan alutista berdasarkan kebutuhannya. beli aja apache 8, attack helicopter bagusnya ya kelasnya attack helicopter. untuk transport dan utillity, kan pastinya ada pengawalnya seperti ATGM helicopter atau gunship helicopter. Ingat perang teluk.

    BalasHapus
  30. lha buat helikopter serang kan bukan hanya ada sm amrik saja,kenapa tidak di lirik produk helikopter serang dari rusia dan china yg harga lebih murah serta kwalitas tdk kalah dgn produk amrik serta biaya perawatan yg murah.

    BalasHapus
  31. ok ada orang disini akhirnya menyadari adanya varian AH-1Z Viper.... dan tahukah kalau AH-1Z viper itu lebih murah daripada apache? hargarnya sekitar 30 juta dolar, dan bisa jadi pilihan alternatif daripada varian Battlehawk ataupun varian DAP (Direct Action Penetrator)

    BalasHapus
  32. alasan aes yg membuat harga apache melonjak :
    http://www.citizenjurnalism.com/hot-topics/ri-beli-8-helicopter-apache-untuk-operasi-di-papua/

    harga Sebelum melonjak :
    http://www.timesofindia.com/india/India-US-set-to-ink-1-4bn-deal-for-22-Apache-helicopters/articleshow/15578021.cms

    BalasHapus
  33. Klo dibalik pengadaan helikopter serang masih banyak n hrs menuruti kepentingan, ya lebih baik ambil dari negara yg tidak terlalu banyak mendikte negara kita. Ingat pengalaman embargo yg sdh kita alami, yg di kawatir saat alutsista tsb kita butuhkan malah kena embargo..kan sangat menyedihkan. Pada sisi lain, kenapa kita minyimpang dari perencanaan, hanya krn menuruti kepentingan negara penjual.

    Sudah seharusnya kita konsisten dg apa yg diinginkan negara kita. Apapun kebutuhhan negara kita, hany kita yg tahu n wajib menjaganya.

    Tdk seharusnya rencana pengadaan helikopter attack digantikan helikopter utility. Kita sdh mempunyai cukup banyak helikopter angkut pasukan yg bisa dipersenjatai, selain itu kita sdh mampu membuatnya.

    Pembelian helikopter attack, sudah pasti akan banyak yg kita dapat, diantaranya berfungsi sbg alat tempur, mafaat yg lain kita dpt menyerap teknologinya.

    Klo pembelian helikopter attack diganti dg helikopter Blackhawk bisa dikatakan pemborosan uang rakyat, karena anggaran pembelian tersebut bisa dialihkan utk pemberdayaan PT.DI n uang rakyat tdk terbuang sia2.

    Semoga pemerintah kita yg didukung rakyatnya, benar2 konsisten dg apa yg telah direncanakan..

    BalasHapus
  34. jikalau gw jadi KASAD nya, tahun 2013 ini gw akan prioritaskan dulu 1 atau 2 item saja alutsista yang akan dibeli. contoh MBT dan kendaraan angkut personil. tahun berikutnya pun demikian.jadi kuantiti alutsista yang dibeli cukup signifikan.tidak seperti sekarang,semua alutsista mau dibeli tapi dananya tidak mencukupi,akhirnya kuantiti yang didapat tidak memuaskan.

    BalasHapus
  35. Dpt dipastikan yg akan dibeli adalah Black Hawk karena mereka sudah presentasi dan penjajagan kerjasama dg mengunjungi Bandung tahun lalu. Jadi nggak usah ribut, mau BlackHwak, mau Apache mau apa saja itu terserah yg mempunyai kebijakan, yg penting beli.

    BalasHapus
  36. klo kebutuhannya helikopter serang kemudian krn ketrbatasan dana jd mau beli helicopter angkut. mabuk kali tu menteri.
    kenapa pilihannya gk ke toko lain gt

    BalasHapus
  37. paling benci gw klo aes sudah bicara HAM kaya yg paling bener aja tuh aes.
    udah ambil yg murah aja tp harus ada totnya juga pak menhan.
    1,4bn india dpet 22ekor masa kita cuma dikasih 8. mainkan kartu mu inget perlu manuver yg cantik oke.

    BalasHapus
  38. jangan2 pak menhan sudah kena sogok sama amrik

    BalasHapus
  39. klau mereka naikin harga apache berati mereka ngak pengen kita memiliki apache, kasarny d persulit.
    klau cari solusiny ngapain lgi kita beli ama dia yg kelasny berbeda, mendingan beli ama negara lain yg kwalitasny n fungsiny hampir sama...........
    mudah2an aja heli srang murni kita bisa segera terwujud.

    BalasHapus
  40. Saya membayangkan kalau anggaran sebanyak itu dibelikan Heli Serbu Bell -412 pastinya akan mendapatkan kira-kira lebih dari 1 skuaron heli.( 1skuadron heli adalah 32 unit), apalggi kalau heli retrofit akan diperoleh 2 skuadron heli dimana tahap ini dpt dipakai sebagai pendukung infantery mobil udara dan kavaleri udara yg sudah diresmikan oleh Jendral George Theosutta disamping Infantery Mekanis dg panser Anoa sebagai pilihan.
    Dg demikian yg infantery dg kelas Raider adalah 10 battalyon yg pernah diremikan oleh Jendral Ryamirzad Ryacudu disamping Ton Taipur.
    Apapun setiap pengadaan atau pembelian material Alutsista dari AS dipastikan penuh dan sarat dg aspek politis kita kembalikan semuanya pada pemegang keputusan dan kebijakan, semoga yg terbaik yg diperoleh.
    Terima kasih.

    BalasHapus
  41. Bang Bale ini seperti tau byk ttg alutsista... Heheheheee...tp sayang sekali setiap pendapatnya tdk moderat n pesimis thd setiap pemikiran maju. Wow....

    BalasHapus
  42. Salah, saya tidak pesimistis, keyakinan saya mengajarkan optimistis, dan saya senang dengan kemajuan / modern. pada konteks ini, saya pragmatis, dan realistis saja, karena saya sudah banyak pengalaman, mengikuti dan merasakan pahit getirnya pemahaman perihal material Alutsista dan kebijakan yang mengiringinya.
    Kalau yg masih muda-muda kan penuh dg khayalan, idealisme, dan gaya.
    Menggampangkan masalah dan kadang sedikit ngawur dan ugal2-an sama spt saya masih muda dulu.
    le historie se repetair. Sejarah berulang kembali.
    Terima kasih.

    BalasHapus
  43. Bang Bole:

    32 unit heli serbu Bell-412 kedengarannya cukup bagus. Lagipula itu juga produk PTDI. Opsi yang sangat bagus.

    BalasHapus