Pages

Rabu, Juli 04, 2012

Minim Radar Indonesia Rawan Ancaman Negara Lain

S-400 rudal anti serangan Udara
MALANG-(IDB) : Hingga kini Indonesia hanya memiliki lebih kurang 30 radar. Kondisi tersebut dinilai rawan terjadi ancaman dari negara lain. Idealnya, Indonesia minimal harus memiliki 300 radar yang difungsikan. Solusinya, harus digalakkan swasembada radar untuk Indonesia. Hal tersebut disampaikan ahli radar dari Universitas Brawijaya (UB) Malang, Jawa Timur, Rudy Yuwono, kepada Kompas.com, Rabu (4/7/2012).

"Sangat minim Indonesia punya radar. Solusinya, swasembada radar. Hal itu sebagai upaya untuk memproduksi radar dengan kemampuan anak sendiri yang saat ini sudah dimulai oleh Asosiasi Radar Indonesia," jelasnya.

Dengan adanya swasembada radar, kata Rudy, ada beberapa keuntungan yang akan diperoleh Indonesia, yakni akan bisa menghemat anggaran di bidang alutsista dan menjaga kerahasiaan yang dimiliki oleh Indonesia, terutama dalam bidang teknologi. "Ide swasembada radar hadir setelah adanya embargo militer kepada Indonesia. Pada saat itu Indonesia sudah ingin membeli alutsista dari Amerika. Tapi karena adanya embargo, kita tidak bisa membeli alatnya, bahkan semua komponennya," jelas Rudy, yang juga menjabat Kabid Kegiatan Ilmiah Asosiasi Radar Indonesia (ASRI).

Dari embargo yang dilayangkan ke Indonesia, di sisi lain menguntungkan Indonesia. Sebab, dengan embargo itu justru muncul ide untuk memproduksi radar sendiri. Ide untuk memproduksi radar sendiri itu semakin ditunjang dengan adanya komponen-komponen yang bisa didapat dengan mudah di sejumlah daerah di Indonesia. Seperti di Glodok Jakarta, Genteng Surabaya, dan di Medan.

"Dengan memproduksi radar sendiri, maka anggaran yang dikeluarkan juga akan lebih sedikit. Jika biasanya Indonesia membeli radar dengan harga 25 juta dollar AS. Maka, kalau memproduksi sendiri, jumlah uang yang dikeluarkan akan jauh lebih sedikit," ujarnya.

Sebagai langkah upaya dalam swasembada radar, ada beberapa langkah dari ASRI yang saat ini tengah dilakukan, di antaranya, membantu tumbuhnya industri dalam negeri yang memproduksi radar dan juga menyediakan forum komunikasi dan pertukaran ide di bidang radar dan turunannya dengan mengadakan seminar radar nasional setiap tahun.

Selain itu, agar profesional dalam menciptakan tenaga-tenaga ahli yang mampu memproduksi radar, beber Rudy, diperlukan sebuah school of radar karena jumlah tenaga ahli radar sangat sedikit.

"Indonesia hanya punya lebih kurang 100 orang tenaga ahli radar. Padahal, radar yang dibutuhkan oleh Indonesia sangat banyak," katanya.

Dengan berdirinya school of radar, selain bisa mencetak ahli radar, juga bisa mengembangkan teknologi yang lain, seperti teknologi penginderaan jauh.

"Kalau memakai satelit, maka kandungan yang ada di dalam bumi Nusantara Indonesia bisa diketahui oleh negara lain. Namun, kalau kita kembangkan teknologi penginderaan jauh, rahasia kekayaan alam yang dimiliki Indonesia bisa terjaga," katanya. 


Sumber : Kompas

PT. DI Dan EADS Tingkatkan Kerja Sama

BANDUNG-(IDB) : PT Dirgantara Indonesia (Persero) dan konsorsium industri dirgantara Eropa, EADS, sedang menjajaki peningkatan kerja sama untuk menjadikan industri dirgantara kebanggaan bangsa ini sebagai pemasok komponen skala besar. "Kami melihat itu sebagai tantangan, peluang bisnis besar yang harus diambil," kata Asisten Dirut PT DI Bidang Sistem Manajemen Mutu Perusahaan yang merangkap Pembina Komunikasi Perusahaan, Sonny Saleh Ibrahim, di Bandung, Rabu (4/7).

EADS (European Aeronautic Defence and Space Company) adalah perusahaan industri dirgantara Eropa hasil penggabungan dari Arospatiale-Matra (Perancis), Dornier GmbH dan DaimlerChrysler Aerospace AG (DASA) dari Jerman, dan Construcciones Aeronuticas SA (CASA) dari Spanyol.

Sonny mengatakan EADS saat ini sedang melaksanakan program regionalisasi industrinya dengan sasaran sampai 50 persen pembuatan komponen-komponen produknya dilakukan langsung di kawasan pemasaran. Untuk Asia-Pasifik, EADS mempertimbangkan PT DI.

EADS sudah yakin akan kompetensi kami karena jalinan kerja sama yang sudah berjalan 35 tahun terakhir, kata Sonny dengan menambahkan saat ini saja PT DI sudah sibuk melakukan pengiriman komponen-komponen kebutuhan Airbus setiap minggunya.

Mengenai rencana peningkatan kerja sama itu, Sonny menambahkan EADS pada Senin 11 Juni lalu mengutus dua petingginya ke PT DI, Philippe Advani (Vice President Global Sourcing Network) dan Pierre Guillet (Deputy President Director for Marketing Survey).

Advani dan Pierre Guillet disertai 20 kepala perwakilan EADS dari berbagai negara. "Ini menunjukkan EADS serius untuk meningkatkan kerjasamanya dengan PT DI," kata Sonny yang mengungkapkan kini PT DI sudah membuat lebih 20 jenis komponen dan berusaha meningkatkannya menjadi 60 komponen.

Rombongan diterima Andi Alisjahbana, Direktur Aerostructures, Budiman Saleh, Direktur Aircraft Integration dan Dita Ardonni Jafri, Direktur Teknologi dan Pengembangan. Mereka diajak melihat fasilitas dan kapabilitas PT DI mengerjakan pembuatan komponen pesawat CN235 dan berbagai komponen pesanan Airbus.

Dalam proyek Airbus A-320/A-321, PT DI bahkan selain membuat (manufacturing) juga perakitan (assembling) untuk D-Nose, Pylon dan Leading Edge yang telah dilakukan kontrak kerjasamanya pada tahun 2005 dan berakhir pada tahun 2015 dengan pengiriman komponen sebanyak 365 set per tahun.

Dalam proyek pesawat penumpang masa depan A-350, PT DI mengerjakan komponen untuk Root End Fillet Fairing (REFF) untuk pemesanan sebanyak 805 total pengiriman dengan perencanaan pengiriman 51 set per tahunnya. Kontrak kerja sama telah dilakukan PT DI dengan Spirit AeroSystem, Inggris, sejak tahun 2010. Khusus untuk Airbus A350, PT DI juga sudah mendapatkan pekerjaan rancang bangun (engineering-designing)


Sumber : Jurnas

Marinir Laksanakan Lattap Rupanpur Tahap Laut

PURBOYO-(IDB) : Sejumlah 126 prajurit Marinir yang terlibat dalam peserta Latihan Pemantapan Regu Pandu Tempur (Lattap Rupanpur) Korps Marinir melaksanakan latihan tahap laut di pantai Bajulmati Gedangan, Malang Selatan.

Pada latihan tahap laut ini para peserta Lattap Rupanpur Kormar akan menerima materi latihan di antaranya renang rintis, renang tembus gelombang, dayung tembus gelombang, survey dan observasi (Surob), long range navigation, raid Amfibi, pendaratan khusus, menembak diatas perahu karet, eksersisi PK, dan mengemudi motor tempel (Mopel), di bawah pimpinan Perwira pelaksana latihan (Palaklat) Komandan Puslatpurmar-4 Purboyo Letkol Marinir R.E. Girsang.


Dilaksanakannya latihan tahap laut di Pantai Bajulmati karena daerah pantai tersebut memiliki medan yang menantang dengan gelombang tinggi dan berarus kuat sehingga sangat ideal untuk melatih dan menguji kemampuan para peserta latihan di laut.


Dalam Lattap Rupanpur Korps Marinir yang dibuka oleh Komandan Kolatmar Kolonel Marinir Amir Faisol, S.Sos di Lapangan Ewa Pangalela Gunung Sari Surabaya (25/6), selain tahap laut juga dilatihkan tahap darat diantaranya Taktik Kondisi Tertentu (Tikkontu) di Daerah Latihan Nganteb dan Wonogoro Malang Selatan meliputi materi serangan, pertahanan, patroli penyelidik dan patroli tempur, serangan hutan, penyeberangan sungai, serangan perkubuan dan infiltrasi serta Operasi darat (Opsrat).


Sumber : Kormar

Indonesia Vs Belanda : Dari Soekarno Hingga Tank Leopard

leopard 2a6 l1 Soekarno hingga Tank Leopard Belanda
JKGR-(IDB) : Berurusan dengan negeri kincir angin Belanda benar-benar susah. Parlemen Belanda terus menghalangi rencana pembelian tank Leopard 2A6 oleh Indonesia. 

Menurut mereka, Indonesia banyak melakukan pelanggaran HAM dan khawatir tank itu digunakan untuk mengusir demonstran. Belanda lupa, bahwa merekalah yang melakukan pelanggarann HAM ke penduduk Indonesia selama 350 tahun, di masa penjajahan silam.

Negara penjajah biasanya menginginkan eks-jajahannya maju, karena merasa bersalah atau berhutang moral. Hal ini terlihat dengan cara Inggris membantu negara-negara eks-jajahannya yang terkumpul dalam negara Persemakmuran. Demikian pula dengan Perancis terhadap negara bekas jajahannya: Maroko, Aljazair, Mauritania, Mali, Senegal,Pantai Gading, Burkina Faso, Chad, Gabon dan Madagaskar.

Kita ambil contoh Maroko. Hubungan Maroko dengan Perancis sangat erat. Lebih dari 1 juta penduduk Maroko diterima oleh Perancis untuk bekerja atau tinggal di negara Jeanne d’Arc ini. Hubungan yang sangat erat itu membuat Perancis menjadi mitra ekonomi utama bagi Maroko. Tidak heran, ketika Francois Hollande terpilih sebagai Presiden baru Perancis, rakyat Maroko ikut menyambutnya dengan sukacita.

korban rawa gede Soekarno hingga Tank Leopard Belanda
Tentara Belanda di Indonesia
Bagaimana dengan Belanda dan negara eks-jajahannya Indonesia ?.

Presiden Soekarno pernah kesal ke Belanda. Kerajaan Belanda dituding berada di balik pembentukan Republik Maluku Selatan (RMS) yang diproklamirkan Chris Soumokil, 25 April 1950. 

Belanda juga diprotes oleh Soekarno karena menampung sekitar 12.000 lebih warga Maluku yang mengungsi ke negara itu, pasca pemberantasan separatis RMS. 

Sementara saat Orde Baru, Presiden Soeharto tersinggung saat Menteri Kerjasama Pembangunan Belanda Jan Pronk mengkritik Indonesia terkait insiden Dili, November 1991. Soeharto memutuskan tidak lagi menerima bantuan dari Inter Governmental Group on Indonesia (IGGI), yang diketuai Belanda. Bukan hanya menolak bantuan IGGI, Indonesia juga menghentikan semua program beasiswa antar kedua negara.

Bukan hanya Presiden Soekarno dan Soeharto yang pernah sakit hati ke pemerintah Belanda. Presiden SBY juga pernah membatalkan kunjungannya ke Belanda, karena di saat rencana kedatangannya ke Den Haag, akan digelar tuntutan RMS ke Pengadilan di Den Haag.

soekarno soeharto Soekarno hingga Tank Leopard Belanda
Di masa Pemerintahan SBY pula, Indonesia diombang-ambingkan dengan pembelian Light Frigate Sigma 10514 karena tidak adanya kejelasan proses alih teknologi dari Belanda. Bahkan Kementerian Pertahanan dan Mabes TNI harus menemui Duta Besar Belanda di Indonesia, untuk menanyakan keseriusan pihak Belanda.

sby14 Soekarno hingga Tank Leopard Belanda
Tindakan yang sama juga dilakukan Belanda terhadap rencana Indonesia untuk membeli 100 tank Leopard 2A6. Pemerintah Belanda tidak juga mengambil keputusan. Parlemen Belanda tidak menyetujui dengan alasan HAM yang buruk di Indonesia.

Mereka lupa, bahwa kakek dan nenek merekalah yang banyak sekali melakukan pelanggaran HAM berat di Indonesia.

Mengapa susah sekali berurusan dengan negara Belanda ?. Kayaknya mereka terkena Syndrome Complex. Bagaimana bisa ? Jika kita jalan jalan ke Den Haag, kita akah melihat gedung gedung besar di kota itu diberi nama dengan tulisan besar: Sumatera, Jawa, Borneo, Sulawesi dan sebagainya. Begitu pula dengan nama-nama jalannya. Kita akan menemui nama jalan: Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan sebagainya.
Keberadaan Indonesia mereka abadikan di berbagai landmark dan infrastruktur kota. Bahkan event musik besar di Den Haag tidak lepas dari atribut Indonesia yakni Java Jazz Festival yang biasa digelar di Novotel Den Haag.
Bagaimana perlakuan mereka terhadap penduduk Indonesia ?.
 
Di suatu sore, bertemulah saya dengan pria asal Indonesia berusia 74 tahun di Den Haag Belanda. Pada awal tahun 1960-an, pria dari Indonesia Timur ini memutuskan pergi ke Belanda dan menjadi warga negara setempat. Menurutnya, warga Indonesia yang lahir sebelum tahun 1949 dianggap warga negara Belanda, sehingga tidak sulit untuk mendapatkan kewarganegaraan.

Dia pun menikah dengan orang Belanda dan memiliki 4 anak. Anaknya tersebar entah kemana, mengurus keluarga masing-masing. Sementara pria yang telah bekerja selama 40 tahun ini, tinggal bersama isterinya di rumah susun kecil yang disewa per tahun. Uang pensiun hanya bisa membayar sewa rumah. Sementara untuk biaya hidup, ia harus menjadi sopir di usianya yang sudah senja. “Kalau tahu begini lebih baik saya tinggal di Indonesia. Tanah orangtua saya luas di sana. Tapi saya sudah tua”, ujarnya menutup pembicaraan.
Awal tahun 1960-an Belanda menerima banyak orang Indonesia. Tapi, setelah sampai di sana, tidak ada bedanya dengan di Indonesia, bahkan bisa lebih buruk. Padahal mereka pergi ke Belanda dengan harapan mendapatkan kehidupan yang lebih baik.
Sekarang mari kita lihat sikap Belanda terhadap Negara Republik Indonesia. 
 
Lebih parah lagi, hingga kini pemerintah Belanda tidak juga mengakui kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945. Belanda hanya menyatakan, menyerahkan kedaulatan kepada Indonesia 27 Desember 1949, berdasarkan hasil Konferensi Meja Bundar. Sikap Belanda itu membuat luka psikologis bagi bangsa Indonesia yang pernah dijajah selama 350 tahun. Belum lagi, eksisnya gerakan Republik Maluku Selatan (RMS) diakui oleh Belanda dan seringkali dimanfaatkan pihak tertentu untuk mendiskreditkan Indonesia.


KMB Soekarno hingga Tank Leopard Belanda
Konferensi Meja Bundar di Den Haag Tahun 1949
Untunglah Kementerian Pertahanan sadar dan menghentikan upaya pembelian Tank Leopard ke Belanda. 
Sebagai gantinya Indonesia membeli 100 lebih main battle tank Leopard 2A6 dari Jerman dengan nilai 280 juta USD. 15 unit pertama akan tiba bulan Oktober 2012 dan seterusnya datang bertahap 100 unit hingga Oktober 2014.
Jerman bukan hanya menawarkan tank Leopard 2A6, tapi juga transfer teknologi.*“Mulai dari Oktober, akan mengalir pengiriman dan distribusi tank Leopard disertai transfer teknologi yang dilaksanakan oleh PT Pindad. Transfer teknologi bertujuan untuk kemandirian peremajaan dan peningkatan kapasitas tempur tank,” ujar Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin.


leo2a6helfiringlf2 Soekarno hingga Tank Leopard Belanda
MBT Leopard 2A6 Indonesia
Leopard 2A6 yang dibeli Indonesia berupa tank yang telah diremajakan (refurbishment) dan dimodifikasi sesuai kebutuhan Indonesia, seperti yang dibeli Singapura. 

“Pembelian Leopard diputuskan dari Jerman, setelah proses pembelian dari Belanda dihentikan, karena tidak ada kepastian dari pemerintah Belanda,” ujar Sjafrie. 

Belanda oh Belanda. 

Kok nggak kapok-kapoknya orang Indonesia berhubungan dengan anda.


Sumber : JKGR

Albatros Swiss Minati Kerja Sama dengan PT DI

BANDUG-(IDB) : PT Dirgantara Indonesia tidak hanya didekati oleh konsorsium pabrikan pesawat Eropa, European Aeronautic Defence and Space Company (EADS) saja. Namun juga diminati oleh Albatros Aviation dari Swiss.

Ketika mengunjungi PT DI di Bandung, Jawa Barat, Rabu (4/7), kedatangan Albatros yang disambut Budi Wuraskito (Direktur Aerocraft Services) dimaksudkan untuk mengajak pabrikan pesawat terbang BUMN itu untuk menjadi mitra perawatan pesawat terbang dan mesin pesawat terbang, khususnya helikopter untuk kawasan Amerika Latin, Afrika dan Asia.

"Mereka sempat terkagum-kagum ketika meninjau fasilitas dan kapabilitas PT DI, karena kemampuan dan permesinan yang kita miliki tidak seperti yang pernah terbayangkan sebelumnya akan sebesar yang mereka saksikan sendiri," kata Asisten Dirut PTDI Bidang Sistem Manajemen Mutu Perusahaan yang merangkap Pembina Komunikasi Perusahaan, Sonny Saleh Ibrahim.

Khusus dengan pihak EADS, PT DI saat ini mengerjakan komponen-komponen pesawat-pesawat unggulannya. Dalam proyek A-380, PT DI sebagai pemasok tunggal untuk komponen pentingnya Inboard Outer Fixed Leading Edge (IOFLE) yang merupakan bagian akar dari sayapnya, dan A-380 tidak akan bisa terbang tanpa komponen buatan PT DI ini.

Komponen IOFLE ini dikerjakan PT DI sesuai dengan kontrak yang telah dibuat antara PT DI pada tahun 2002 untuk 300 pengiriman. Saat ini, PT DI telah mengapalkan 125 kiriman setara dengan 36 persen dari jumlah kontrak. Target rencana pengiriman 36 set per tahun. Antara


Sumber : Jurnas

Kopassus Kedepankan Langkah Persuasif Di Papua

JINAN-(IDB) : Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus TNI Angkatan Darat (Kopassus) Mayjen TNI Wisnu Bawa Tenaya menegaskan pasukannya tetap mengedepankan pendekatan persuasif untuk mengatasi gangguan keamanan di Papua.

"Permasalahan di Papua itu kompleks. Tidak saja menyangkut keamanan tetapi juga kesejahteraan," katanya, saat berbincang dengan ANTARA di Jinan, Shandong, China, Rabu.

Berbincang usai membuka dan meninjau Latihan Bersama Kopassus dan Komando Pasukan Khusus Angkatan Bersenjata China (People`s Liberation Army/PLA), ia mengatakan untuk mengatasi segala permasalahan di Papua, harus dilakukan hati-hati.

"Kita, utamanya Kopassus tidak bisa mengambil langkah seenaknya untuk mengatasi persoalan keamanan di Papua, kita harus hati-hati karena masalah di sana tidak sekadar masalah keamanan, tetapi kesetaraan, kesejahteraan," katanya.

Karena itu, lanjut Wisnu, pasukan korps baret juga akan selalu berhati-hati dan tetap mengedepankan langkah persuasif dalam menyelesaikan masalah keamanan di Papua.

Dicontohkannya, TNI telah melakukan TNI Manunggal Masuk Desa (TMMD) di Papua beberapa waktu lalu.

"Kopassus juga akan melakukan kegiatan ekspedisi di Papua untuk melihat langsung potensi wilayah, kondisi masyarakat secara lebih dalam sehingga dapat diketahui apa sebenarnya yang terjadi dan apa yang masyarakat Papua inginkan," katanya.

Sebelumnya, Kopassus melaksanakan Ekspedisi Bukit Barisan (Sumatera) dan Ekspedisi Khatulistiwa (Kalimantan). "Hal serupa sedang kita agendakan untuk dilakukan di Papua," ujar Wisnu.

Danjen Kopassus menegaskan,"Kopassus tidak sembarang, hati-hati dan komit untuk mengatasi persoalan keamanan di Papua melalui pendekatan persuasif dan humanis,".

Sebelumnya Wakil Koordinator Kontras Indria Fernida, Ketua Sinode Gereja Kingmi Papua Pdt Benny Giay, dan Sekretaris Foker LSM Papua Septer Manufandu kepada Anggota Dewan Pertimbangan Presiden Albert Hasibuan mengatakan pendekatan militer masih dikedepankan oleh Pemerintah dalam mengatasi persoalan di Papua.

Pendekatan kesejahteraan yang selama ini didengungkan belum dilaksanakan maksimal untuk menjawab aspirasi masyarakat Papua.


Sumber : Antara

Iran Uji Rudal Terbaru The Great Prophet 7

TEHRAN-(IDB) : Korps Garda Revolusi Iran (IRGC) menguji coba rudal terbaru mereka, The Great Prophet 7. Uji coba ini ditujukan untuk menunjukkan kekuatan dan kesiapan Iran menghadapi segala bentuk ancaman.

Komandan Divisi Kedirgantaraan IRGC, Brigjen Amir Ali Hajizadeh, mengatakan uji coba ini dimulai pada Senin kemarin dan berlangsung selama tiga hari. Rudal jarak jauh, menengah, dan pendek, ditempatkan di berbagai wilayah di Iran.

Rudal-rudal itu diluncurkan menuju target di Gurun Semnan, di wilayah utara. "Dengan menembakkan rudal ke basis-basis simulasi, komandan kami akan menilai ketepatan dan efektivitas hulu ledak yang terpasang pada rudal," kata Hajizadeh seperti dikutip Press TV.

Hajizadeh menambahkan, uji coba ini merupakan pesan untuk negara-negara yang selama ini memusuhi negaranya. Pesan itu adalah Iran bertekad melawan dan siap membalas setiap ancaman yang berpotensi merusak. "Jika terjadi insiden, rudal Iran akan turun menyerang mereka seperti guntur," tegasnya.

Hajizadeh mengatakan, pada akhir latihan, jet tempur dan pembom tanpa awak IRGC akan membombardir target yang telah ditentukan.

 

Sementara itu, Menteri Pertahanan Iran, Ahmad Vahidi, mengumumkan kemajuan pengembangan dan pembuatan sistem pertahanan rudal dari Rusia S-300. Rudal itu dikembangkan dengan nama Bavar (Kepercayaan) 373. Militer Iran mengklaim hasil pengembangan itu lebih hebat dari S-300 Rusia.
 

Iran telah menandatangani kontrak senilau US800 juta dengan Rusia pada 2007 untuk mendapatkan sistem pertahanan rudal. Lima S-300PMU telah dikirim ke Teheran. Namun, pada 22 September 2010, Rusia menghentikan pengiriman itu karena larangan sebagaimana tertera pada Resolusi PBB tahun 1929. 


Sumber : Vivanews

Analisis : Kita Memang Lapar Alutsista

ANALISIS-(IDB) : Kedatangan Presiden SBY ke Darwin Australia tanggal 2 Juli 2012 untuk “menjemput” hibah 4 Hercules dari Australia dan keputusan Kemhan untuk membeli langsung 100 tank Leopard dari Jerman dengan membatalkan beli dari Belanda menyiratkan sebuah keinginan cepat bahwa kita memang lapar alutsista.  Kita masih sangat butuh asupan gizi alutsista untuk memberikan kegagahan bagi hulubalang republik. Khusus Leopard Belanda yang mencla mencle itu keputusan Kemhan perlu diapresiasi karena ini sekaligus ingin menggenggam jetegasan,tak ada akar rotan pun dikejar. Yang jelas rotan lebih bagus dari akar, beli langsung dari yang membuat Leopard.

Indonesia masih sangat membutuhkan alutsista untuk memperkuat satuan tempur TNI segala matra.  Itu sebabnya daftar belanja alutsista kita memang luar biasa kontennya untuk memberikan nilai kecukupan bagi tentara yang mengawal negeri ini.  Tentara kita sudah kenyang dengan latihan fisik, bela diri, survival dan adu ketangkasan.  Yang belum dicukupi adalah gizi alutsista sebagai bagian dari kriteria 4 sehat 5 sempurna dalam postur tentara. Yang ke lima itu tentu alutsista yang modern dan berteknologi karena kita berada dalam era teknologi.  Oleh karena itu kelengkapan tentara bukanlah pedang atau tombak sebagaimana serdadu jaman dulu melainkan piranti teknologi yang tersimpan dalam segala jenis alutsista yang dimiliki.
3 Fregat TNI AL mengawal Jalesveva Jayamahe
Peningkatan kekuatan satuan tempur TNI mestinya tidak lagi berorientasi asal banyak jumlah pasukan namun lebih dikembangkan pada kekuatan alutsista dengan integrasi sistem teknologi pertempuran untuk mendapatkan gelar sebagai pasukan berkualifikasi teknologi tempur dan mampu menjalankannya.  Perkuatan alutsista di berbagai batalyon hendaknya menjadi prioritas termasuk daya gentarnya.  Misalnya untuk Paskhas tidak hanya bertumpu pada rudal jarak pendek QW3 untuk pengamanan Lanud melainkan sudah harus memilik rudal SAM jarak menengah di sejumlah pangkalan angkatan udara.

Sudah banyak alutsista yang dipesan, sudah banyak yang ditandatangani dan tinggal tunggu kedatangan. Tetapi menurut hemat kita itu masih belum mencukupi jika dikaitkan dengan besarnya teritori yang harus dikawal.  Jelasnya kita masih butuh banyak alutsista pemukul apakah itu jet tempur, rudal, roket, artileri, MBT, kapal perang dan kapal selam. Rentang kendali wilayah RI sangat luar biasa besarnya sehingga memerlukan kekuatan alutsista yang setara dengan luas wilayah.  Itu bermakna kekuatan tentara utamanya alutsista yang dimiiki sekarang atau bahkan yang sudah dipesan dan ditunggu kedatangannya sampai tahun 2014 masih belum menggapai kekuatan getar dan gentar.  Kekuatan alutsista TNI sampai tahun 2014 baru sampai pada tahap kekuatan “balita”, belum sampai pada kekuatan anak lanang sesungguhnya.

Contohnya untuk armada kapal selam, kita masih butuh kapal selam lebih banyak dari yang diprediksi sekarang dengan 2 Cakra Class ditambah 3 Changbogo Class.  Kita masih butuh minimal 4 kapal selam setara U214 atau Kilo disamping kekuatan 5 kapal selam yang bakal dimiliki RI sampai tahun 2018 itu.  Changbogo boleh saja diteruskan produksinya oleh PT PAL tetapi kita masih butuh kapal selam yang lebih tangguh untuk mengawal perairan yang luas ini.  Selain kapal selam pertambahan yang signifikan diperlukan untuk armada fregat dan korvet TNI AL.  Kita masih butuh banyak kapal perang untuk mengganti yang sudah uzur atau menambah kekuatan armada itu sendiri. 
KRI Widjajadanu di masa keemasan armada kapal selam RI
Perkembangan geo politik di kawasan Asia Pasifik memerlukan antisipasi dengan ukuran “paling tidak mengenakkan”, dan jalan untuk menghadapi itu adalah dengan perkuatan militer skala penuh.  Bukan untuk mengajak perang tetapi sebagai langkah antisipasi bahwa kami siap menjaga kedaulatan kami.  Sejauh ini Pemerintah dan DPR sudah mengucurkan dana milyaran dollar untuk pengadaan alutsista.  Kebijakan ini didukung oleh mayoritas rakyat Indonesia. Meskipun begitu kita tetap mengkhawatirkan serial MEF (MInimum Essential Force) ini manakala ada pergantian pemerintahan tahun 2014.  Mengapa begitu, karena kalau hanya sampai tahun 2014 belanja alutsista belum bisa masuk kategori disegani, melainkan baru sampai pada sebutan memenuhi kekurangan gizi akibat ditelantarkan selama bertahun-tahun.

Negara ini harus punya militer yang kuat untuk meneguhkan eksistensi dan kewibawaannya karena posisi Indonesia dalam peta strategi ekonomi dan militer  kawasan sudah mencerminkan nilai kewibawaan yang penuh gengsi. Kaya sumber daya alam, terbesar dalam jumlah penduduk dan wilayah di Asia Tenggara, kekuatan ekonomi terbesar di Asia Tenggara dan 16 besar dunia.  Militer yang kuat akan memberikan sinyal ke segala arah bahwa teritori yang luas dan kaya ini ada dalam jangkauan tempur bagi siapa saja yang hendak melakukan penjarahan kekayaan alam, infiltrasi atau aneksasi ke wilayah NKRI.

Perjuangan untuk pertumbuhan menuju kekuatan alutsista yang gahar sedang ada dalam perjalanan menuju horizon.  Dalam bingkai ini selayaknya kita memberikan dukungan kuat untuk perjalanan menuju target yang diinginkan.  Lihatlah sekeliling kita yang sudah berubah. Jendela LCS (Laut Cina Selatan) yang selama ini tenang semakin bergelombang panas. Pagar halaman belakang rumah tiba-tiba saja hiruk pikuk dengan kedatangan militer adikuasa dan alutsistanya, padahal selama setengah abad ini adem ayem saja. 

Itu sebabnya jangan sampai kita setengah hati  membangun kekuatan militer kita yang tertinggal jauh.  Hari ini dan seterusnya adalah perjuangan yang terus menerus untuk menjadikan tentara kita memiliki persenjataan yang modern dan berteknologi.  Kita memiliki teritori yang berwibawa, strategis dan kaya sumber daya alam.  Kepemilikan yang penuh gengsi itu harus diimbangi juga dengan kepemilikan tentara yang punya alutsista canggih agar terjadi keseimbangan yang terukur diantara keduanya.  Kepemilikan militer yang kuat merupakan payung dalam menjaga gengsi teritori sekaligus kewibawaan berbangsa.  Militer yang kuat menjadi indikator  segan dalam bahasa  dan upaya diplomasi bilateral dan multilateral. Oleh sebab itu kita harus mampu menjaga momentum perkuatan alutsista dan istiqomah dalam perjalanan mencapai horizon itu.


Sumber : Analisis

Berita Foto : Latihan Bersama Kopassus Vs Pasukan Khusus China

JINAN-(IDB) : Pasukan khusus Indonesia dan China mengelar latihan bersama di Jinan, Provinsi Shandong selama 15 hari. Latihan bersama tahun ini bertajuk “Bersatu melawan aksi terorisme”. Pasukan kedua negara akan berlatih menembak, penerjunan, blokade, serta taktik perebutan.

Sistem simulasi pertempuran menggunakan situasi mirip kejadian dan konfrontasi sesungguhnya. Termasuk bangunan khusus mirip struktur sebuah kota yang dibuat dari ratusan ban mobil. Pasukan khusus dapat berlatih taktik menguasai suatu ruangan tanpa khawatir terkena pantulan peluru.

Kedua pasukan khusus akan berlatih menggunakan sistem pertempuran terkomputerisasi yang dilengkapi sensor laser dan sistem skor otomatis.


Sumber : CCTV