JAKARTA-(IDB) : Sejumlah wartawan mengikuti latihan menembak di lapangan tembak Rama-Shinta Mako Kopassus, Cijantung, Jakarta, Sabtu (14/4/2012). Latihan menembak tersebut dalam rangka peringatan HUT Kopassus ke-60.
Pages
▼
Minggu, April 15, 2012
Kopassus Sisir Perbatasan Indonesia Malaysia
NUNUKAN-(IDB) : Komando Pasukan Khusus (Kopassus) menggelar Ekspedisi Khatulistiwa 2012. Dalam ekspedisi tersebut, selama tiga bulan pasukan elit TNI AD itu akan menyusuri wilayah di Pulau Kalimantan yang berbatasan langsung dengan Malaysia. Selain itu, Tim Ekspedisi juga akan masuk ke pedalaman Kalimantan.
Kepala Penerangan Kopassus, Letkol (Inf) Taufik Sobri, mengatakan bahwa ekspedisi itu melibatkan 977 orang. "Dari Kopassus ada 200-an," papar Sobri di sela-sela acara lomba menembak bagi wartawan sebagai rangkaian acara peringatan hari ulang tahun Kopassus ke-60 di Markas Kopassus, Cijantung Jakarta Timur, Minggu (14/4).
Dipaparkannya, ekspedisi itu sudah dimulai pada 3 April lalu dan akan berakhir pada 10 Juli mendatang. Namun dalam ekspedisi itu Kopassus juga melibatkan pihak lain.
"Ada Paskhas TNI AU dan Marinir. Tim ekspedisi juga melibatkan tim ahli dari perguruan tinggi dan kelompok pecinta alam," papar perwira menengah di korps elit TNI pemilik semboyan Tribuana Chandraca Satya Dharma itu.
Terdapat tiga tim dalam ekspedisi tersebut. Yakni Tim Penjelajah, Tim Peneliti dan Tim Komunikasi Sosial. Tim Penjelajah bertugas membuka jalan di wilayah perbatasan dengan Malaysia maupun pedalaman di hutan Kalimantan.
Tim Penjelajah juga dibekali peralatan lengkap untuk komunikasi dan GPS. "Kita masuk ke titik-titik perbatasan. Bukan patok yang kita jadikan acuan karena itu bisa digeser. Kita mengacu ke koordinat titik perbatasannya," ucapnya.
Dari Kopassus terdapat 47 anggotanya yang terlibat dalam Tim Penjelajah. Mereka adalah tentara yang memiliki spesialisasi jelajah rawa, laut, sungai dan pantai atau sering disingkat Tim Ralasuntai.
Sementara Tim Peneliti bertugas menginventarisir potensi Sumber Daya Alam (SDA) di wilayah perbatasan ataupun pedalaman Kalimantan. Tim Peneliti di ekspedisi itu akan mengambil sampel tanah dan kandungan di dalamnya, serta tumbuhan yang berpotensi untuk dimanfaatkan.
Ada pun Tim Komunikasi Sosial akan masuk ke masyarakat yang tingal di perbatasan maupun pedalaman. "Kita akan identifikasi persoalan masyarakat di perbatasan. Misalnya mengapa mereka menjadi begitu tergantung pada Malaysia," paparnya.
Ditambahkannya, temuan dari lapangan akan dilaporkan ke Pos Komando (Posko) ekspedisi di Gedung Serbaguna, Makopassus. "Ada update informasi setiap hari. Setiap temuan akan dilaporkan ke Posko di Makopassus. Nanti akan ada output dari kami sebagai hasil ekspedisi," tuturnya.
Kepala Penerangan Kopassus, Letkol (Inf) Taufik Sobri, mengatakan bahwa ekspedisi itu melibatkan 977 orang. "Dari Kopassus ada 200-an," papar Sobri di sela-sela acara lomba menembak bagi wartawan sebagai rangkaian acara peringatan hari ulang tahun Kopassus ke-60 di Markas Kopassus, Cijantung Jakarta Timur, Minggu (14/4).
Dipaparkannya, ekspedisi itu sudah dimulai pada 3 April lalu dan akan berakhir pada 10 Juli mendatang. Namun dalam ekspedisi itu Kopassus juga melibatkan pihak lain.
"Ada Paskhas TNI AU dan Marinir. Tim ekspedisi juga melibatkan tim ahli dari perguruan tinggi dan kelompok pecinta alam," papar perwira menengah di korps elit TNI pemilik semboyan Tribuana Chandraca Satya Dharma itu.
Terdapat tiga tim dalam ekspedisi tersebut. Yakni Tim Penjelajah, Tim Peneliti dan Tim Komunikasi Sosial. Tim Penjelajah bertugas membuka jalan di wilayah perbatasan dengan Malaysia maupun pedalaman di hutan Kalimantan.
Tim Penjelajah juga dibekali peralatan lengkap untuk komunikasi dan GPS. "Kita masuk ke titik-titik perbatasan. Bukan patok yang kita jadikan acuan karena itu bisa digeser. Kita mengacu ke koordinat titik perbatasannya," ucapnya.
Dari Kopassus terdapat 47 anggotanya yang terlibat dalam Tim Penjelajah. Mereka adalah tentara yang memiliki spesialisasi jelajah rawa, laut, sungai dan pantai atau sering disingkat Tim Ralasuntai.
Sementara Tim Peneliti bertugas menginventarisir potensi Sumber Daya Alam (SDA) di wilayah perbatasan ataupun pedalaman Kalimantan. Tim Peneliti di ekspedisi itu akan mengambil sampel tanah dan kandungan di dalamnya, serta tumbuhan yang berpotensi untuk dimanfaatkan.
Ada pun Tim Komunikasi Sosial akan masuk ke masyarakat yang tingal di perbatasan maupun pedalaman. "Kita akan identifikasi persoalan masyarakat di perbatasan. Misalnya mengapa mereka menjadi begitu tergantung pada Malaysia," paparnya.
Ditambahkannya, temuan dari lapangan akan dilaporkan ke Pos Komando (Posko) ekspedisi di Gedung Serbaguna, Makopassus. "Ada update informasi setiap hari. Setiap temuan akan dilaporkan ke Posko di Makopassus. Nanti akan ada output dari kami sebagai hasil ekspedisi," tuturnya.
Sumber : JPNN
Ekspedisi Khatulistiwa 2012 Ajang Latih Naluri Tempur Prajurit
NUNUKAN-(IDB) : Pengiriman tim Ekspedisi Khatulistiwa ke Kalimantan bertujuan untuk melatih naluri tempur prajurit TNI AD, TNI AL, dan TNI AU di perbatasan, gunung dan pegunungan serta medan "Ralasuntai"(rawa, laut sungai dan pantai).
"Hutan di Kalimantan memiliki medan yang lebih sulit dibandingkan hutan di Sumatera dan Jawa. Oleh karenanya, kami kirim tim ekspedisi di Kalimantan untuk melatih naluri tempur prajurit. Jadi, kita bukan `show of force` untuk menekan Malaysia di perbatasan," kata Komandan Grup III Komando Pasukan Khusus Kolonel (Inf) Izhak Pangemanan usai lomba menembak antarwartawan di Markas Kopassus, Cijantung, Jakarta, Sabtu.
Jumlah personel yang terlibat dalam tim ekspedisi itu sekitar 977 orang, yang terdiri dari prajurit TNI, peneliti, pecinta alam, kelompok masyarakat, instansi pemerintah dan lainnya. Untuk prajurit Kopassus sendiri, dikerahkan sekitar 200 personel.
Kegiatan yang bertajuk "Lestarikan Alam Indonesia" dan akan berlangsung hingga 17 Juli mendatang ini, lanjut dia, pasukan TNI akan mengenal teritorial dan melakukan komunikasi dengan masyarakat setempat.
Mereka bergabung dengan akademisi dan segenap elemen masyarakat bertujuan juga untuk mendata kekayaan alam, potensi bencana, dan potensi konflik di Kalimantan, ujarnya.
Hasil dari pendataan itu dilakukan untuk memberikan masukan kepada pimpinan dalam mengambil kebijakan pembangunan di pedalaman Kalimantan.
"Kami melibatkan ahli geologi, flora, dan fauna untuk melakukan pendataan tentang potensi bencana, dan mendata kekayaan alam yang ada," ujar Izhak.
TNI beserta berbagai instansi pemerintah dan perguruan tinggi melakukan Ekspedisi Khatulistiwa di empat koordinatorat wilayah yang dibagi lagi menjadi delapan subkoordinatorat wilayah.
Tim koordinatorat wilayah barat meliputi provinsi Kalimantan Barat, Koordinatorat wilayah tengah adalah provinis Kalimantan Tengah dan koordinatorat wilayah selatan adalah provinsi Kalimantan Selatan.
Sementara koordinatorat wilayah timur adalah provinsi Kalimantan Timur. Sedangkan delapan subkoordinatorat meliputi wilayah Sambas, Sanggau, Kapuas Hulu/Putussibau, Murung Raya/Muara Tewe, Nunukan, Malinau, Kutai Barat, Hulu Sungai Tengah/Barabai.
Komandan koordinatorat wilayah untuk Ekspedisi Khatulistiwa ini, masing-masing dipegang oleh Danrem. Sedangkan untuk komandan subkoordinatorat wilayah dipegang oleh Dandim
Kegiatan bergengsi itu terdiri dari : unsur Komando dan Pengendali (Kodal), tim penjelajah, tim peneliti yang dibagi lagi menjadi 4 Unit, yakni Unit Kehutanan, Unit Flora dan Fauna, Unit Geologi dan Potensi Bencana Alam, dan Unit Sosial Budaya.
Selain itu, masih ada satu tim lagi bernama tim Komunikasi Sosial (Komsos), dan tim ahli / peneliti yang berasal dari Dinas Sosial, Dinas Kehutanan, KNPI, Menwa, dan mahasiswa dari sejumlah perguruan tinggi negeri maupun swasta.
Tim Komsos ini bekerjasama dengan Pemerintah Daerah setempat, mengemban misi untuk turut menyejahterakan masyarakat perbatasan, melalui upayanya dengan melakukan berbagai pendekatan sosial kemasyarakatan.
"Hutan di Kalimantan memiliki medan yang lebih sulit dibandingkan hutan di Sumatera dan Jawa. Oleh karenanya, kami kirim tim ekspedisi di Kalimantan untuk melatih naluri tempur prajurit. Jadi, kita bukan `show of force` untuk menekan Malaysia di perbatasan," kata Komandan Grup III Komando Pasukan Khusus Kolonel (Inf) Izhak Pangemanan usai lomba menembak antarwartawan di Markas Kopassus, Cijantung, Jakarta, Sabtu.
Jumlah personel yang terlibat dalam tim ekspedisi itu sekitar 977 orang, yang terdiri dari prajurit TNI, peneliti, pecinta alam, kelompok masyarakat, instansi pemerintah dan lainnya. Untuk prajurit Kopassus sendiri, dikerahkan sekitar 200 personel.
Kegiatan yang bertajuk "Lestarikan Alam Indonesia" dan akan berlangsung hingga 17 Juli mendatang ini, lanjut dia, pasukan TNI akan mengenal teritorial dan melakukan komunikasi dengan masyarakat setempat.
Mereka bergabung dengan akademisi dan segenap elemen masyarakat bertujuan juga untuk mendata kekayaan alam, potensi bencana, dan potensi konflik di Kalimantan, ujarnya.
Hasil dari pendataan itu dilakukan untuk memberikan masukan kepada pimpinan dalam mengambil kebijakan pembangunan di pedalaman Kalimantan.
"Kami melibatkan ahli geologi, flora, dan fauna untuk melakukan pendataan tentang potensi bencana, dan mendata kekayaan alam yang ada," ujar Izhak.
TNI beserta berbagai instansi pemerintah dan perguruan tinggi melakukan Ekspedisi Khatulistiwa di empat koordinatorat wilayah yang dibagi lagi menjadi delapan subkoordinatorat wilayah.
Tim koordinatorat wilayah barat meliputi provinsi Kalimantan Barat, Koordinatorat wilayah tengah adalah provinis Kalimantan Tengah dan koordinatorat wilayah selatan adalah provinsi Kalimantan Selatan.
Sementara koordinatorat wilayah timur adalah provinsi Kalimantan Timur. Sedangkan delapan subkoordinatorat meliputi wilayah Sambas, Sanggau, Kapuas Hulu/Putussibau, Murung Raya/Muara Tewe, Nunukan, Malinau, Kutai Barat, Hulu Sungai Tengah/Barabai.
Komandan koordinatorat wilayah untuk Ekspedisi Khatulistiwa ini, masing-masing dipegang oleh Danrem. Sedangkan untuk komandan subkoordinatorat wilayah dipegang oleh Dandim
Kegiatan bergengsi itu terdiri dari : unsur Komando dan Pengendali (Kodal), tim penjelajah, tim peneliti yang dibagi lagi menjadi 4 Unit, yakni Unit Kehutanan, Unit Flora dan Fauna, Unit Geologi dan Potensi Bencana Alam, dan Unit Sosial Budaya.
Selain itu, masih ada satu tim lagi bernama tim Komunikasi Sosial (Komsos), dan tim ahli / peneliti yang berasal dari Dinas Sosial, Dinas Kehutanan, KNPI, Menwa, dan mahasiswa dari sejumlah perguruan tinggi negeri maupun swasta.
Tim Komsos ini bekerjasama dengan Pemerintah Daerah setempat, mengemban misi untuk turut menyejahterakan masyarakat perbatasan, melalui upayanya dengan melakukan berbagai pendekatan sosial kemasyarakatan.
Sumber : Antara
Kopassus Berulang Tahun Bersama Masyarakat dan Jurnalis
Kopassus telah berusia 60 tahun. Perayaan sederhana di kompleks Kopassus, Cijantung.
JAKARTA-(IDB) : Hari Ulang Tahun Komando Pasukan Khusus (Kopassus) yang ke 60 dirayakan dengan berbagai perlombaan. Mulai anak-anak hingga orang dewasa, perayaan ini melibatkan masyarakat umum, keluarga besar anggota Kopassus dan kalangan wartawan.
Acara digelar sederhana namun guyub di lapangan tembak kompleks Kopassus TNI Angkatan Darat, Cijantung, Jakarta Timur, Sabtu (14/4).
Didahului gerak jalan di sekitar kompleks Kopassus, dilanjukan lomba merakit bambu, panggung hiburan, serta lomba menembak antarjurnalis yang melibatkan 97 wartawan. Sebelumnya, mereka terlebih dahulu mendapatkan pengarahan dari para ahli.
"Di sini tidak saja hanya putera yang berlatih. Tapi, puteri juga. Nanti teman-teman wartawan akan ada pendampingan dalam menembak," kata Mayor Infanteri Yudha selaku Instruktur Penembak Kopassus.
Para jurnalis berkesempatan menggunakan senjata jenis MP5 kelas machine gun produk dari Jerman tahun produksi 2009, dengan 5 peluru. Mereka diuji untuk menembak target yang telah dipersiapkan dengan jarak tembak maksimal 100 meter dan jarak efektif 20 hingga 30 meter. Yudha mengingatkan para wartawan untuk menggunakan kacamata dan pelindung telinga sebelum menembak.
"Senjata ini didesain untuk pertempuran jarak dekat dan digunakan seluruh pasukan khusus di dunia," jelasnya.
Senjata MP5 tersebut menggunakan amunisi sepanjang sembilan milimeter dilengkapi dengan magasin serta ada tombol pengaman.
"Kopassus adalah prajurit individu yang biasa dilatih untuk melaksanakan tugas secara individu dan tim untuk menjalankan tugas negara," katanya.
Menurut Kepala Penerangan Kopassus Letkol Infantri Taufiq Shobri, lomba menembak tersebut tak lain untuk mengakrabkan kembali institusi Kopassus dengan masyarakat melalui media sebagai wadah silaturahmi.
"Jadi kita sekarang ini untuk lebih mengakrabkan kembali, jadi kan hubungan yang dekat menjadi lebih baik ke depannya," pungkasnya.
Acara digelar sederhana namun guyub di lapangan tembak kompleks Kopassus TNI Angkatan Darat, Cijantung, Jakarta Timur, Sabtu (14/4).
Didahului gerak jalan di sekitar kompleks Kopassus, dilanjukan lomba merakit bambu, panggung hiburan, serta lomba menembak antarjurnalis yang melibatkan 97 wartawan. Sebelumnya, mereka terlebih dahulu mendapatkan pengarahan dari para ahli.
"Di sini tidak saja hanya putera yang berlatih. Tapi, puteri juga. Nanti teman-teman wartawan akan ada pendampingan dalam menembak," kata Mayor Infanteri Yudha selaku Instruktur Penembak Kopassus.
Para jurnalis berkesempatan menggunakan senjata jenis MP5 kelas machine gun produk dari Jerman tahun produksi 2009, dengan 5 peluru. Mereka diuji untuk menembak target yang telah dipersiapkan dengan jarak tembak maksimal 100 meter dan jarak efektif 20 hingga 30 meter. Yudha mengingatkan para wartawan untuk menggunakan kacamata dan pelindung telinga sebelum menembak.
"Senjata ini didesain untuk pertempuran jarak dekat dan digunakan seluruh pasukan khusus di dunia," jelasnya.
Senjata MP5 tersebut menggunakan amunisi sepanjang sembilan milimeter dilengkapi dengan magasin serta ada tombol pengaman.
"Kopassus adalah prajurit individu yang biasa dilatih untuk melaksanakan tugas secara individu dan tim untuk menjalankan tugas negara," katanya.
Menurut Kepala Penerangan Kopassus Letkol Infantri Taufiq Shobri, lomba menembak tersebut tak lain untuk mengakrabkan kembali institusi Kopassus dengan masyarakat melalui media sebagai wadah silaturahmi.
"Jadi kita sekarang ini untuk lebih mengakrabkan kembali, jadi kan hubungan yang dekat menjadi lebih baik ke depannya," pungkasnya.
Sumber : PelitaOnline
Dansektor Timur UNIFIL kunjungi Area Operasi Indobatt di Lebanon
BEIRUT-(IDB) : Komandan Sektor (Dansektor) Timur UNIFIL, Brigjen Julio Herrero Isla (Spanyol) mengunjungi Area of Responsibility (AOR) Satgas Batalyon Mekanis TNI Konga XXIII-F/UNIFIL (Indobatt), Jumat siang (13/4/2012) waktu Lebanon.
Area yang dikunjungi yaitu pos Panorama Point dan Flag Point yang letaknya di perbatasan antara dua Negara Lebanon dengan Israel, yang merupakan wilayah tanggung jawab dari Kompi A (Alphard) Indobatt.
Kunjungan Dansektor Timur UNIFIL di pos Indobatt ini dalam rangka Tour Area Operasi Sektor sekaligus mengecek kesiap siagaan satuan jajaran Sektor Timur dalam menjaga keamanan di wilayahnya masing-masing.
Kedatangan rombongan disambut oleh Komandan Satgas Indobatt Letkol Inf Suharto Sudarsono di Panorama Point, dilanjutkan menerima paparan singkat tentang situasi dan kondisi di sekitar area pos yang disampaikan oleh Wadan Kompi Alphard Kapten Psk Phutut Herwanto.
Selanjutnnya, rombongan Dansektor Timur melanjutkan perjalanan menuju pos Flag Point yang tempatnya tidak terlalu jauh dari pos Panorama Point dan sempat berbincang-bincang sejenak dengan prajurit Indobatt yang sedang melaksanakan tugas jaga di pos tersebut.
Usai meninjau area operasi Indobatt, Dansektor Timur UNIFIL didampingi Brigjen Romero (calon pengganti) dan rombongan melanjutkan perjalanan menuju perbatasan di daerah Syeh Abhatom yang merupakan area operasi dari Kontingen Nepal.
Sebelum meninggalkan area Indobatt, Komandan asal Spanyol ini menyampaikan terimakasih dan rasa bangganya, bahwa prajurit Indobatt telah melaksanakan tugasnya dengan baik, sehingga sampai saat ini situasi dan kondisi keamanan perbatasan di wilayah operasi Indobatt aman dan terkendali.
Kunjungan Dansektor Timur UNIFIL di pos Indobatt ini dalam rangka Tour Area Operasi Sektor sekaligus mengecek kesiap siagaan satuan jajaran Sektor Timur dalam menjaga keamanan di wilayahnya masing-masing.
Kedatangan rombongan disambut oleh Komandan Satgas Indobatt Letkol Inf Suharto Sudarsono di Panorama Point, dilanjutkan menerima paparan singkat tentang situasi dan kondisi di sekitar area pos yang disampaikan oleh Wadan Kompi Alphard Kapten Psk Phutut Herwanto.
Selanjutnnya, rombongan Dansektor Timur melanjutkan perjalanan menuju pos Flag Point yang tempatnya tidak terlalu jauh dari pos Panorama Point dan sempat berbincang-bincang sejenak dengan prajurit Indobatt yang sedang melaksanakan tugas jaga di pos tersebut.
Usai meninjau area operasi Indobatt, Dansektor Timur UNIFIL didampingi Brigjen Romero (calon pengganti) dan rombongan melanjutkan perjalanan menuju perbatasan di daerah Syeh Abhatom yang merupakan area operasi dari Kontingen Nepal.
Sebelum meninggalkan area Indobatt, Komandan asal Spanyol ini menyampaikan terimakasih dan rasa bangganya, bahwa prajurit Indobatt telah melaksanakan tugasnya dengan baik, sehingga sampai saat ini situasi dan kondisi keamanan perbatasan di wilayah operasi Indobatt aman dan terkendali.
Sumber : Seruu
Tim Ekspedisi Khatulistiwa Jelajahi Hutan Belantara Kalimantan
NUNUKAN-(IDB) : Pada hari pertama berkiprah yang notabene masih merupakan tahap pengenalan medan, tim penjelajah yang merupakan bagian dari Tim Ekspedisi Khatulistiwa 2012 Sub Korwil 5 Nunukan, mulai menjelajahi hutan belantara, di kawasan hutan Simanggaris, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Timur, Kamis (12/4/2012).
Tim Ekspedisi Khatulistiwa 2012 Sub Korwil 5 Nunukan yang dikomandani Letkol Inf Heri Setya (Dan Dim 0911 Nunukan) dengan wakilnya Mayor Inf Achiruddin yang Pamen Kopassus itu diikuti oleh sedikitnya 106 personel yang terdiri dari : 83 prajurit TNI dari 3 matra (TNI AD, TNI AL dan TNI AU), ditambah 1 orang dari Pemprov Kaltim, 2 dari KNPI, 2 dari Dinas Sosial dan 2 dari Dinas Kehutanan Kabupaten Nunukan, serta 16 dari perguruan tinggi negeri maupun swasta di Indonesia.
Sementara itu, Komandan Tim Penjelajah 1 Letda inf Ananta dan Komandan Tim Penjelajah 2 Letda Inf Boby Kottachi, keduanya sepakat menyatakan tekadnya untuk merampungkan tugas yang diembankan kepadanya dengan penuh semangat, walaupun harus menghadapi berbagai rintangan alam, mulai dari lebatnya hutan, perbukitan terjal, rawa, dan sungai, belum lagi mereka harus melintasi kawasan yang belum pernah dijamah manusia.
Lettu Inf Rendra dan Lettu Ctp Zaini, dua orang perwira yang selalu sibuk membolak-balik lembaran peta di Posko menuturkan, kegiatan yang bertajuk “Lestarikan Alam Indonesia” itu akan berlangsung hingga 17 Juli mendatang.
Tujuan dari hajat akbar itu antara lain ; Pertama, untuk memelihara dan meningkatkan kemampuan prajurit agar memiliki naluri tempur di perbatasan, gunung dan pegunungan serta medan Ralasuntai (rawa, laut sungai dan pantai). Kedua, bertujuan membangkitkan kesadaran teritorial sehingga dikelola menjadi keunggulan teritorial. Ketiga, mendata serta meneliti segala potensi di perbatasan gunung dan pegunungan serta medan Ralasuntai di pedalaman Kalimantan bersama-sama dengan komponen bangsa lainnya sebagai sumbangsih TNI kepada pemerintah.
Selain itu, kegiatan berskala nasional itu juga bertujuan untuk memberikan keteladanan kepada masyarakat untuk menjaga kelestarian hutan melalui program Green, Clean, and Healthy.
Sementara itu, sasaran dari hajat akbar itu antara lain : Pertama, demi terpeliharanya naluri tempur prajurit di perbatasan, hutan, gunung dan pegunungan serta medan Ralasuntai, dikuasainya medan di perbatasan dan pedalaman Kalimantan. Kedua, demi terwujudnya jiwa persatuan dan kesatuan antara TNI, Polri dan seluruh komponen bangsa. Ketiga, demi terdatanya patok perbatasan, kerusakan hutan, segala potensi bencana dan geologi, flora fauna khususnya penyelamatan orang utan dan sosial budaya di perbatasan Kalimantan. Selain itu juga demi terwujudnya rasa cinta tanah air dan terpeliharanya persahabatan dunia dengan terpeliharanya kelestarian alam di perbatasan dan pedalaman Kalimantan.
Kegiatan bergengsi itu terdiri dari : unsur Komando dan Pengendali (Kodal), tim penjelajah, tim peneliti yang dibagi lagi menjadi 4 Unit, yakni Unit Kehutanan, Unit Flora dan Fauna, Unit Geologi dan Potensi Bencana Alam, dan Unit Sosial Budaya. Selain itu, masih ada satu tim lagi bernama tim Komunikasi Sosial (Komsos), dan tim ahli / peneliti yang berasal dari Dinas Sosial, Dinas Kehutanan, KNPI, Menwa, dan mahasiswa dari sejumlah perguruan tinggi negeri maupun swasta.
Tim Komsos ini bekerjasama dengan Pemerintah Daerah setempat, mengemban misi untuk turut menyejahterakan masyarakat perbatasan, melalui upayanya dengan melakukan berbagai pendekatan sosial kemasyarakatan.
Sementara itu, Komandan Tim Penjelajah 1 Letda inf Ananta dan Komandan Tim Penjelajah 2 Letda Inf Boby Kottachi, keduanya sepakat menyatakan tekadnya untuk merampungkan tugas yang diembankan kepadanya dengan penuh semangat, walaupun harus menghadapi berbagai rintangan alam, mulai dari lebatnya hutan, perbukitan terjal, rawa, dan sungai, belum lagi mereka harus melintasi kawasan yang belum pernah dijamah manusia.
Lettu Inf Rendra dan Lettu Ctp Zaini, dua orang perwira yang selalu sibuk membolak-balik lembaran peta di Posko menuturkan, kegiatan yang bertajuk “Lestarikan Alam Indonesia” itu akan berlangsung hingga 17 Juli mendatang.
Tujuan dari hajat akbar itu antara lain ; Pertama, untuk memelihara dan meningkatkan kemampuan prajurit agar memiliki naluri tempur di perbatasan, gunung dan pegunungan serta medan Ralasuntai (rawa, laut sungai dan pantai). Kedua, bertujuan membangkitkan kesadaran teritorial sehingga dikelola menjadi keunggulan teritorial. Ketiga, mendata serta meneliti segala potensi di perbatasan gunung dan pegunungan serta medan Ralasuntai di pedalaman Kalimantan bersama-sama dengan komponen bangsa lainnya sebagai sumbangsih TNI kepada pemerintah.
Selain itu, kegiatan berskala nasional itu juga bertujuan untuk memberikan keteladanan kepada masyarakat untuk menjaga kelestarian hutan melalui program Green, Clean, and Healthy.
Sementara itu, sasaran dari hajat akbar itu antara lain : Pertama, demi terpeliharanya naluri tempur prajurit di perbatasan, hutan, gunung dan pegunungan serta medan Ralasuntai, dikuasainya medan di perbatasan dan pedalaman Kalimantan. Kedua, demi terwujudnya jiwa persatuan dan kesatuan antara TNI, Polri dan seluruh komponen bangsa. Ketiga, demi terdatanya patok perbatasan, kerusakan hutan, segala potensi bencana dan geologi, flora fauna khususnya penyelamatan orang utan dan sosial budaya di perbatasan Kalimantan. Selain itu juga demi terwujudnya rasa cinta tanah air dan terpeliharanya persahabatan dunia dengan terpeliharanya kelestarian alam di perbatasan dan pedalaman Kalimantan.
Kegiatan bergengsi itu terdiri dari : unsur Komando dan Pengendali (Kodal), tim penjelajah, tim peneliti yang dibagi lagi menjadi 4 Unit, yakni Unit Kehutanan, Unit Flora dan Fauna, Unit Geologi dan Potensi Bencana Alam, dan Unit Sosial Budaya. Selain itu, masih ada satu tim lagi bernama tim Komunikasi Sosial (Komsos), dan tim ahli / peneliti yang berasal dari Dinas Sosial, Dinas Kehutanan, KNPI, Menwa, dan mahasiswa dari sejumlah perguruan tinggi negeri maupun swasta.
Tim Komsos ini bekerjasama dengan Pemerintah Daerah setempat, mengemban misi untuk turut menyejahterakan masyarakat perbatasan, melalui upayanya dengan melakukan berbagai pendekatan sosial kemasyarakatan.
Sumber : Seruu