NUNUKAN-(IDB) : Pengiriman tim Ekspedisi Khatulistiwa ke Kalimantan bertujuan untuk melatih naluri tempur prajurit TNI AD, TNI AL, dan TNI AU di perbatasan, gunung dan pegunungan serta medan "Ralasuntai"(rawa, laut sungai dan pantai).
"Hutan di Kalimantan memiliki medan yang lebih sulit dibandingkan hutan di Sumatera dan Jawa. Oleh karenanya, kami kirim tim ekspedisi di Kalimantan untuk melatih naluri tempur prajurit. Jadi, kita bukan `show of force` untuk menekan Malaysia di perbatasan," kata Komandan Grup III Komando Pasukan Khusus Kolonel (Inf) Izhak Pangemanan usai lomba menembak antarwartawan di Markas Kopassus, Cijantung, Jakarta, Sabtu.
Jumlah personel yang terlibat dalam tim ekspedisi itu sekitar 977 orang, yang terdiri dari prajurit TNI, peneliti, pecinta alam, kelompok masyarakat, instansi pemerintah dan lainnya. Untuk prajurit Kopassus sendiri, dikerahkan sekitar 200 personel.
Kegiatan yang bertajuk "Lestarikan Alam Indonesia" dan akan berlangsung hingga 17 Juli mendatang ini, lanjut dia, pasukan TNI akan mengenal teritorial dan melakukan komunikasi dengan masyarakat setempat.
Mereka bergabung dengan akademisi dan segenap elemen masyarakat bertujuan juga untuk mendata kekayaan alam, potensi bencana, dan potensi konflik di Kalimantan, ujarnya.
Hasil dari pendataan itu dilakukan untuk memberikan masukan kepada pimpinan dalam mengambil kebijakan pembangunan di pedalaman Kalimantan.
"Kami melibatkan ahli geologi, flora, dan fauna untuk melakukan pendataan tentang potensi bencana, dan mendata kekayaan alam yang ada," ujar Izhak.
TNI beserta berbagai instansi pemerintah dan perguruan tinggi melakukan Ekspedisi Khatulistiwa di empat koordinatorat wilayah yang dibagi lagi menjadi delapan subkoordinatorat wilayah.
Tim koordinatorat wilayah barat meliputi provinsi Kalimantan Barat, Koordinatorat wilayah tengah adalah provinis Kalimantan Tengah dan koordinatorat wilayah selatan adalah provinsi Kalimantan Selatan.
Sementara koordinatorat wilayah timur adalah provinsi Kalimantan Timur. Sedangkan delapan subkoordinatorat meliputi wilayah Sambas, Sanggau, Kapuas Hulu/Putussibau, Murung Raya/Muara Tewe, Nunukan, Malinau, Kutai Barat, Hulu Sungai Tengah/Barabai.
Komandan koordinatorat wilayah untuk Ekspedisi Khatulistiwa ini, masing-masing dipegang oleh Danrem. Sedangkan untuk komandan subkoordinatorat wilayah dipegang oleh Dandim
Kegiatan bergengsi itu terdiri dari : unsur Komando dan Pengendali (Kodal), tim penjelajah, tim peneliti yang dibagi lagi menjadi 4 Unit, yakni Unit Kehutanan, Unit Flora dan Fauna, Unit Geologi dan Potensi Bencana Alam, dan Unit Sosial Budaya.
Selain itu, masih ada satu tim lagi bernama tim Komunikasi Sosial (Komsos), dan tim ahli / peneliti yang berasal dari Dinas Sosial, Dinas Kehutanan, KNPI, Menwa, dan mahasiswa dari sejumlah perguruan tinggi negeri maupun swasta.
Tim Komsos ini bekerjasama dengan Pemerintah Daerah setempat, mengemban misi untuk turut menyejahterakan masyarakat perbatasan, melalui upayanya dengan melakukan berbagai pendekatan sosial kemasyarakatan.
"Hutan di Kalimantan memiliki medan yang lebih sulit dibandingkan hutan di Sumatera dan Jawa. Oleh karenanya, kami kirim tim ekspedisi di Kalimantan untuk melatih naluri tempur prajurit. Jadi, kita bukan `show of force` untuk menekan Malaysia di perbatasan," kata Komandan Grup III Komando Pasukan Khusus Kolonel (Inf) Izhak Pangemanan usai lomba menembak antarwartawan di Markas Kopassus, Cijantung, Jakarta, Sabtu.
Jumlah personel yang terlibat dalam tim ekspedisi itu sekitar 977 orang, yang terdiri dari prajurit TNI, peneliti, pecinta alam, kelompok masyarakat, instansi pemerintah dan lainnya. Untuk prajurit Kopassus sendiri, dikerahkan sekitar 200 personel.
Kegiatan yang bertajuk "Lestarikan Alam Indonesia" dan akan berlangsung hingga 17 Juli mendatang ini, lanjut dia, pasukan TNI akan mengenal teritorial dan melakukan komunikasi dengan masyarakat setempat.
Mereka bergabung dengan akademisi dan segenap elemen masyarakat bertujuan juga untuk mendata kekayaan alam, potensi bencana, dan potensi konflik di Kalimantan, ujarnya.
Hasil dari pendataan itu dilakukan untuk memberikan masukan kepada pimpinan dalam mengambil kebijakan pembangunan di pedalaman Kalimantan.
"Kami melibatkan ahli geologi, flora, dan fauna untuk melakukan pendataan tentang potensi bencana, dan mendata kekayaan alam yang ada," ujar Izhak.
TNI beserta berbagai instansi pemerintah dan perguruan tinggi melakukan Ekspedisi Khatulistiwa di empat koordinatorat wilayah yang dibagi lagi menjadi delapan subkoordinatorat wilayah.
Tim koordinatorat wilayah barat meliputi provinsi Kalimantan Barat, Koordinatorat wilayah tengah adalah provinis Kalimantan Tengah dan koordinatorat wilayah selatan adalah provinsi Kalimantan Selatan.
Sementara koordinatorat wilayah timur adalah provinsi Kalimantan Timur. Sedangkan delapan subkoordinatorat meliputi wilayah Sambas, Sanggau, Kapuas Hulu/Putussibau, Murung Raya/Muara Tewe, Nunukan, Malinau, Kutai Barat, Hulu Sungai Tengah/Barabai.
Komandan koordinatorat wilayah untuk Ekspedisi Khatulistiwa ini, masing-masing dipegang oleh Danrem. Sedangkan untuk komandan subkoordinatorat wilayah dipegang oleh Dandim
Kegiatan bergengsi itu terdiri dari : unsur Komando dan Pengendali (Kodal), tim penjelajah, tim peneliti yang dibagi lagi menjadi 4 Unit, yakni Unit Kehutanan, Unit Flora dan Fauna, Unit Geologi dan Potensi Bencana Alam, dan Unit Sosial Budaya.
Selain itu, masih ada satu tim lagi bernama tim Komunikasi Sosial (Komsos), dan tim ahli / peneliti yang berasal dari Dinas Sosial, Dinas Kehutanan, KNPI, Menwa, dan mahasiswa dari sejumlah perguruan tinggi negeri maupun swasta.
Tim Komsos ini bekerjasama dengan Pemerintah Daerah setempat, mengemban misi untuk turut menyejahterakan masyarakat perbatasan, melalui upayanya dengan melakukan berbagai pendekatan sosial kemasyarakatan.
Sumber : Antara
Tidak ada komentar:
Posting Komentar