Pages

Sabtu, Maret 17, 2012

Analisis : Hibah Tiger Taiwan, Memancing Di Air Bening

ANALISIS-(IDB) : Tak ada angin tak ada hujan tiba-tiba saja Taiwan berbaik hati hendak menghibahkan 1 skuadron (16 unit) jet tempur sarat pengalaman F5E/F Tiger kepada Indonesia.  Berita ini tentu memicu tanda tanya dan kalkulasi ada apa gerangan Taiwan yang tak mempunyai hubungan diplomatik dengan RI mengetuk pintu hendak menyedekahkan Tigernya.  Yang lebih mengherankan belum 6 jam setelah publikasi   pernyataan KSAU Marsekal TNI Imam Sufaat tanggal 9 Maret 2012 usai memimpin serah terima jabatan Komando Pendidikan TNI AU di Jakarta, Kadispen TNI AU Marsma TNI Azman Yunus langsung membantahnya dengan mengatakan kita tidak ada program hibah F5 dari Taiwan.

Seperti kita ketahui Indonesia dan China belum lama berselang telah bersepakat melaksanakan kerjasama teknologi rudal dengan memproduksi bersama rudal anti kapal C705.  Rudal ini beberapa diantaranya sudah dipasang di sejumlah kapal cepat rudal TNI AL setelah RI membeli barang jadinya.  Kerjasama teknologi rudal ini bernilai strategis karena Indonesia telah jauh-jauh hari mempersiapkan program roketnya dengan melakukan puluhan kali uji coba.  Dengan adanya alih teknologi rudal ini sangat diniscayakan RI akan mampu membuat rudal berbagai jenis dengan jarak tembak 300 km mulai dari rudal darat ke darat, rudal darat ke udara dan rudal udara ke darat berdasarkan teknologi yang diperoleh pada kerjasama dengan paman Panda.
1 jet tempur F5E Tiger TNI AU dari 12 yang dimiliki saat ini
Perjuangan mendapatkan kelas privat bersama guru rudal dari China  bukan perkara gampang karena sesungguhnya semua negara yang telah menguasai teknologi rudal sangat pelit menularkan ilmunya.  Perjuangan Indonesia sudah dimulai tahun 2007 dengan penandatanganan kerjasama pertahanan RI-China. Sepanjang masa itu hingga disepakatinya sekolah teknologi rudal berbagai upaya sudah dilakukan.  Berbagai kunjungan kementerian Pertahanan sudah dilakukan.  Presiden Indonesia berkunjung ke China dan Presiden China berkunjung ke Indonesia untuk memastikan strategisnya kerjasama pertahanan kedua negara. China juga tercatat dua kali mengirim kapal perang teknologi rudal satelit  ke Jakarta.  

Posisi RI yang tidak punya klaim wilayah teritori pulau di Laut China Selatan, posisi politiknya yang tak berpihak ke sumbu tertentu, letak geografisnya yang terbesar di Asia Tenggara bisa jadi merupakan nilai plus di mata China manakala negeri itu juga sedang mempersiapkan kekuatan pukul angkatan lautnya untuk menjadi kekuatan regional yang disegani.  Artinya China juga harus punya kawan untuk bersepaham bahwa negara-negara Asia Pasifik harusnya menjadi kekuatan di kawasannya sendiri, tidak lagi ada hegemoni sebuah negara.

Oleh sebab itu release Kadispen TNI AU mesti kita lihat sebagai langkah pre emptive agar jangan sampai air yang telah bening menjadi keruh karena ikannya tak paham kondisi lingkungan. Logikanya Indonesia memang harus menolak pemberian itu karena memang tak ada transaksi apa pun. Berbeda dengan Korsel, hibah 10 kendaraan angkut amfibi kelas berat beberapa waktu lalu dan mau ditambah lagi dengan 10 unit kepada RI karena ada transaksi bisnis alutsista dengan negeri ginseng itu.  Jika RI menerima tawaran Tiger dari Taiwan dapat dipastian paman Panda  tersinggung karena  itu sama artinya telunjuk lurus kelingking berkait, menggunting dalam lipatan. Taiwan dianggap China sebagai pembangkang dan salah satu provinsinya, sementara RI juga sampai saat ini mempunyai langkah politik dengan hanya mengakui satu China.  Artinya air sudah bening selama ini, jangan sampai menjadi keruh karena ada ikan salmon yang berenang ke hulu.

Poin penting lainnnya adalah kita juga akan mendapatkan hibah 1 skuadron F5E/F Tiger dari Korea Selatan sebagai hadiah pembelian 1 skuadron (16 unit) jet latih tempur T50 Golden Eagle.  Hibah dari Korsel tentu patut kita sambut karena akan menambah inventori jet Tiger dari 12 yang kita miliki saat ini menjadi 28 unit.  Dan itu murni hadiah dari kerjasama transaksi bisnis alutsista RI-Korea yang demikian eratnya.  Jet tempur ringan F5E masih dibutuhkan untuk melakukan patroli udara  mengcover wilayah udara RI yang luas ini.  Indonesia masih akan mengoperasikan jet tempur F5E sampai tahun 2020.

Mulai tahun 2014 kita akan keluar dari sesak nafas alutsista.  Di matra udara sudah berdatangan jet-jet tempur Sukhoi, F16, T50, Super Tucano, pesawat angkut, pesawat intai, helikopter tempur, helikopter angkut, dan rudal. Termasuk keberadaan 28 jet F5E yang berguna untuk patroli udara sementara jet tempur kelas berat Sukhoi terlalu mahal ongkosnya jika hanya digunakan untuk patroli udara. Jet tempur Sukhoi dirancang untuk pertempuran udara high class dan memiliki jarak jelajah yang mampu mengcover luas wilayah udara RI.  Sayang kan kalau hanya untuk mengejar pesawat Papua Nugini atau pesawat Pakistan harus dengan Sukhoi.

Langkah baik hati Taiwan harus kita sikapi dengan bijak.  Itu sebabnya langkah Kadispen TNI AU merupakan suara kecepatan yang perlu diapresiasi karena kalau terlambat merespons akan menimbulkan polemik. Jadi sebelum berpolemik mending di delete saja.  Langkah Taiwan yang tiba-tiba berbaik hati ini harus dibaca sebagai memancing di air bening karena memang kita mempunyai hubungan dagang yang baik dengan negeri pulau itu. Di sisi lain kita punya hubungan yang hangat dan sangat bersahabat dengan China yang sah di mata PBB.  Karena airnya bening tentu sangat mudah mendapatkan ikannya tanpa harus mengaduk-aduk hubungan yang sudah baik antara RI-China dan RI Taiwan.

Taiwan punya hubungan sangat dekat dengan AS, kalau boleh dibilang sekutunya AS sekaligus payungnya, dan beragam alutsistanya didominasi buatan negara adi daya itu.  Bisa jadi AS menggunakan tangan Taiwan secara halus untuk “menggoda” Indonesia.  AS bersahabat baik dengan RI karena kepentingannya juga untuk jangan sampai negeri ini jatuh ke pelukan China atau berkiblat ke China.  Ini adalah ujian awal sekolah teknologi rudal karena di hari-hari berikutnya masih akan ada lagi ujian yang mengharuskan kita bersabar sampai sekolah itu selesai dan langsung ditutup karena gurunya tak mau ada murid yang lain.  Sabar itu memang penting sama seperti pelecehan teritori yang kita alami selama ini.  Sabar itu juga sama seperti yang diungkapkan bahasa tubuh Presiden SBY di Mabes TNI Cilangkap Jakarta tahun 2007 ketika emosi Ambalat mencapai titik didih.  Beliau berupaya mendinginkan emosi rakyat saat itu namun sesungguhnya itulah awal “kemarahan militer”nya, lalu bersama petinggi Kemhan dan Mabes mencanangkan pengadaan alutsista TNI secara besar-besaran.
 
Sumber : Analisis

Israel Masih Minati Jet Tempur Korsel T-50 Golden Eagle

SEOUL-(IDB) : Menteri Luar Negeri Israel Avigdor Lieberman mengatakan, Israel tampak masih ingin untuk membeli jet T-50 supersonic buatan Korea Selatan (Korsel).

Pada Februari lalu, Israel memutuskan untuk membeli jet tempur buatan Italia M-346. Meski demikian Korsel juga ikut menawarkan jet T-50.

Menurut laporan dari media Amerika Serikat (AS), kesepakatan pembelian jet tempur M-346 akan dibatalkan. Namun, Italia sudah sepakat untuk membeli perangkat mata-mata dari Israel senilai miliaran dolar.

Perangkat itu berupa pesawat dan juga satelit mata-mata. Kesepakatan itu pun terganggu karena adanya krisis ekonomi di Italia. Demikian seperti diberitakan Chosun Ilbo, Jumat (16/3/2012).

Keputusan Israel membeli jet buatan Italia adalah untuk menggantikan jet A-4 buatan AS yang sudah uzur.

Lieberman mengatakan, masalah pembelian jet tempur tersebut merupakan urusan dari Angkatan Udara Israel. Lieberman menjelaskan bahwa dirinya tidak terlibat dalam transaksi tersebut karena hal itu merupakan urusan pertahanan.

Kedutaan Besar Israel di Kota Seoul, Korsel menjelaskan bahwa tidak ada kesepakatan baru ayng dibuat antara Israel dan Korsel setelah kedua pihak itu mulai menyetujui transaksi pembelian jet tempur T-50.

Kedatangan Lieberman ke Seoul pada Rabu lalu juga bertujuan untuk memperingati 50 tahun hubungan diplomatik Israel dan Korsel, bukan untuk meneruskan kontrak transaksi bisnis jet tempur itu.

Sumber : Okezone

Persiapan Latihan Puncak TNI AD Tahun 2012

PUSSENKAV-(IDB) : Selaras dengan kebijakan Kasad bahwa tahun 2012 adalah tahun perubahan menuju peningkatan profesionalisme dan tertib administrasi penggunaan anggaran latihan. Perubahan - perubahan menuju peningkatan kinerja dan prestasi dalam bentuk peningkatan profesionalisme dilaksanakan melalui latihan bertahap, bertingkat dan berlanjut, yaitu dengan memperbesar kuantitas satuan - satuan yang akan melaksanakan latihan. Pada TA. 2012, seluruh Satpur melaksanakan latihan taktis s.d tingkat Batalyon dan Satbanpur s.d tingkat Geladi Posko II Batalyon, disamping itu juga melaksanakan latihan manuver lapangan dalam bentuk 10 Batalyon Tim Pertempuran (OMSP) dan 5 Batalyon (OMP) serta 1 Brigade Tim Pertempuran (OMP) yang akan disiapkan untuk mengikuti latihan gabungan TNI tingkat Brigade.

Brigade Tim Pertempuran merupakan bentuk “ Latihan Puncak TNI AD “ yang mewadahi kerjasama antar kecabangan meliputi Satpur, Banpur, Satter dan Banmin. Latihan taktis dan manuver lapangan tingkat Brigade Tim Pertempuran ini dilaksanakan dengan metoda latihan Drill Tempur melalui tahapan latihan sebagai berikut : Diawali Lattis tingkat peleton dan UST Ton, Lattis tingkat Kompi dan UST Kompi serta dilanjutkan dengan Lattis tingkat Batalyon yang seluruhnya dilaksanakan di medan latihan masing-masing Kotama dan selanjutnya pelaksanaan latihan tingkat Brigade di Puslatpur Baturaja sesuai dengan program yang telah ditentukan dalam PPPA TNI AD bidang Latihan TA. 2012.

Latihan antar kecabangan tingkat Brigade akan diikuti sekitar 4.036 orang terdiri dari 850 orang sebagai Penyelenggara dan 3.186 orang sebagai Pelaku. Pelaku latihan yang direncanakan adalah sebagai berikut :

1) Mabrigif Linud -18/2 Kostrad = 103 orang.
2) Yonif L-501/18/2 Kostrad = 687 orang.
3) Yonif 509/9/2 Kostrad = 501 orang.
4) Yonif 514/R/9/2 Kostrad = 601 orang.
5) 1 Ki Yonif 201 Mekanis/Dam Jaya = 127 orang.
6) 2 Tim Sandha Kopassus = 24 orang.
7) Yon Armed 12/1/2Kostrad = 246 orang.
8) 1 Rai Yonarhanud-2/2 Kostrad = 114 orang.
9) 1 Ki Kav 8/2 Kostrad = 79 orang.
10) 1 Ki Yon Zipur-10/2 Kostrad = 122 orang.
11) 1 Ki(-) Pernika Yonhub Dithubad = 75 orang.
12) 1 Ki Yonbekang 2/2 Kostrad = 122 orang.
13) 1 Ki Yon Kes-2/2/Kostrad = 83 orang.
14) 1 Ton (+) Ki POM Divif 2 Kostrad = 51 orang.
15) 1 Ki Denpal Divif 2 Kostrad = 96 orang.
16) Den Penerbad = 115 orang.
17) Satgas Intel Kodam II/Swj = 45 orang.
18) Satgas Ter Kodim 0403/OKU = 100 orang.
19) Satgas Penerangan Dispenad = 10 orang.

Pelaksanaan latihan antar kecabangan tingkat Brigade direncanakan pada bulan September 2012, namun tahap perencanaan sudah dilaksanakan sejak bulan Pebruari 2012 dengan membentuk 3 kelompok SPL (Staf Perancang Latihan) yang beranggotakan para Pamen dari berbagai kecabangan TNI AD guna menyusun dan merancang mekanisme dan skenario latihan yang akan dilaksanakan. Pada tahap awal setiap kelompok SPL membuat RGB Latihan dan melaksanakan paparan kepada Dankodiklat pada tanggal 20 Pebruari 2012 di Ruang Bina Yudha II Mabesad. Berdasarkan hasil paparan 1 (pertama) tersebut, disimpulkan bahwa perlu adanya informasi tentang medan latihan khususnya berkaitan dengan rute dan tempat - tempat yang akan dilewati pada saat latihan. Pada rapat tersebut, Dankodiklat memerintahkan setiap kelompok untuk menyempurnakan RGB yang dibuat dan memerintahkan Danrem 043/Gatam untuk meninjau dan menyiapkan daerah latihan di wilayahnya dan siap memaparkan pada tanggal 5 Maret 2012.


Setelah pelaksanaan paparan RGB I tersebut, setiap kelompok melaksanakan diskusi di kelompoknya masing - masing guna menyempurnakan RGB. Pada tanggal 5 Maret 2012 setiap kelompok SPL melaksanakan paparan RGB II kepada Dankodiklat di Ruang Bina Yudha II. Pada kesempatan tersebut, Danrem 043/Gatam juga memaparkan medan latihan yang telah disiapkannya, namun daerah latihan yang direncanakan oleh Danrem 043/Gatam masih melalui daerah yang sedang terjadi konflik antara masyarakat dan perusahaan yaitu di daerah Mesuji Lampung. Berdasarkan perintah Kasad bahwa latihan tidak diizinkan melewati daerah yang sedang terjadi konflik untuk menghindari anggapan keberpihakan TNI AD kepada kelompok tertentu, maka Danrem 043/Gatam diperintahkan untuk meninjau ulang daerah latihan yang akan digunakan dan memaparkannya kepada Pangdam II/Swj dan selanjutnya siap memaparkan kembali kepada Dankodiklat pada tanggal 16 Maret 2012 di Pussenif Bandung setelah pelaksanaan Apel Dansat terpusat.


Pada tanggal 19 s.d. 22 Maret 2012 yang akan datang, kelompok SPL akan melaksanakan peninjauan medan ke daerah latihan. Dalam peninjauan medan ini 3 kelompok SPL adakan dilebur menjadi 2 kelompok dengan tugas yang berbeda. Kelompok SPL I ditambah sebagian kelompok SPL 3 akan melaksanakan peninjauan medan dari daerah Lanud Waytuba sampai dengan daerah sasaran di Baturaja. Sedangkan Kelompok SPL II dan sebagian kelompok SPL III akan melaksanakan peninjauan medan dari lokasi pendaratan administrasi di Teluk Ratay Lampung sampai dengan Waytuba. Sampai dengan saat ini diperoleh informasi bahwa daerah pendaratan adminsitrasi yang direncanakan di Teluk Ratay tidak dapat digunakan karena pantainya terlalu dangkal, sehingga akan dicari tempat lain yang memungkinkan untuk melaksanakan pendaratan administrasi dan bila tidak ada, maka Kapal akan bersandar di Pelabuhan Panjang Lampung.


Sesuai dengan perintah Kasad bahwa penyelenggaraan latihan harus sesuai dengan realisme di medan operasi sesungguhnya, maka pada pelaksanaan latihan antar kecabangan tingkat Brigade ini, pelaku dilarang melaksanakan latihan di medan sesungguhnya sehingga pada saat latihan sebenarnya akan terkesan sebagai peragaan. Skenario latihan masih dalam tahap penyempurnaan, namun latihan ini direncanakan berkesinambungan sejak tahap perencanaan operasi di Home Base sampai dengan pelaksanaan pemunduran, sehingga akan tergambar dengan jelas mekanisme Brigade Tim Pertempuran setelah menerima perintah melakanakan tugas operasi sampai dengan kembali ke Home Base.


Dalam latihan ini, kecabangan Kavaleri melibatkan 1 Ki Kav Tank dari Yonkav 8/2 K dengan mengerahkan 9 unit Tank Scorpion, 1 Tank Comando, 3 Tank Stormer APC dan 1 Tank Recovery. Dalam pelaksanaannya, Tank akan diangkut menggunakan Tank Tarnsporter dari Home Base (Pasuruan) menuju Dermaga Ujung Surabaya selanjutnya melaksanakan Lintas Laut dengan menggunakan LST TNI AL. Setelah sampai di Teluk Ratay Lampung Tank akan melaksanakan pendaratan administrasi (Ratmin) kemudian diangkut kembali menggunakan Tank Transporter menuju Kota Bumi. Setibanya di Kota Bumi, Tank diturunkan dan melaksanakan jalan darat menuju Way Tuba dan Baturaja untuk mengikuti latihan selanjutnya sampai dengan akhir latihan.


Demikian sekilas gambaran tentang peyiapan latihan antar kecabangan tingkat Brigade TA. 2012. Semoga latihan dapat dilaksanakan dengan aman dan lancar guna meningkatkan profesionalitas prajurit TNI AD dan prajurit Kavaleri pada khususnya.

Sumber : Pussenkav

Pertimbangan Pemilihan Ranpur MBT Leopard 2A6

PUSSENKAV-(IDB) : Kesiapan Alut Sista Satkav TNI AD sebagai inti kekuatan darat sangat besar pengaruhnya dan sangat menentukan dalam pengerahan Operasi Darat dalam pelaksanaan suatu pertempuran.  Sebagai fungsi penggempur maka Ranpur Satkav TNI AD harus memiliki kemampuan menghancurkan/melumpuhkan yang optimal untuk menghadapi sasaran utama yaitu tank dan Berba musuh. 

Kemampuan tersebut diperoleh apabila memiliki sistem senjata dengan daya tembak yang besar, didukung dengan sistem penginderaan yang canggih, kemampuan lindung lapis baja dan sistem aplikasi perlindungan yang tangguh$2C serta pemanfaatan perangkat teknologi pendukung lain yang diperlukan.  Aflikasi perangkat teknologi pendukung dimaksudkan untuk menambah kemampuan diantaranya : mendeteksi musuh dengan cepat dan tepat sehingga mampu menghancurkan sasaran pada kesempatan pertama, mampu dioperasionalkan pada siang hari maupun malam hari, mampu mendeteksi dan membidik sasaran dari jarak jauh, sistem komunikasi yang luas, kenyal, aman dan terlindung, serta memiliki sistem kendali operasi yang mudah dan aman. 

Kemampuan daya tembak yang jauh tentunya berimplikasi langsung kepada jenis kaliber senjata kanon yang besar dan laras yang panjang.  Kemampuan perlindungan untuk menahan tembakan senjata Berba lawan sehingga beberapa pertimbangan yaitu konstruksi bentuk Ranpur, ketebalan dan jenis baja serta daya tahan terhadap penetrasi daya ledak dan daya tembus senjata lawan Tank menjadi spesifikasi teknis utama.  Kebutuhan pemanfaatan aplikasi teknik dan teknologi pada Ranpur Tank tersebut tentunya akan merubah bentuk dan bobot Ranpur menjadi lebih besar dan lebih berat.  Khususnya berat Ranpur Tank standar yang dapat menopang senjata Kanon kaliber 120 mm atau 125 mm serta aflikasi teknologi terkini lainnya adalah merupakan klasifikasi Ranpur kelas berat dengan kisaran berat > 40 Ton
1.    Aspek Kesenjataan.

1)    Kavaleri TNI AD sebagai salah satu kecabangan pokok TNI AD memiliki tugas pokok menyelenggarakan pertempuran darat yang bersifat mobil  dengan menggunakan kendaraan tempur berlapis baja dan atau kuda Kavaleri sebagai alat peralatan utamanya dalam rangka mendukung tugas pokok TNI AD. Penggunaan Kavaleri sebagai bagian integral dari penggunaan kekuatan TNI AD dalam rangka operasi militer perang (OMP) maupun operasi militer selain perang (OMSP) ditujukan untuk mencegah, menangkal dan mengatasi ancaman atau gangguan di wilayah daratan.

2)    Satuan Kavaleri (Satkav) TNI AD merupakan salah satu kekuatan utama TNI AD yang dalam pengerahan kekuatan di darat memiliki spesifikasi tenis yaitu daya tembak yang “cepat-tepat-dashyat”, mobilitas/daya gerak yang “dinamis-lincah-tangguh”, sistem komunikasi yang “luas-kenyal-aman”, serta dilengkapi dengan aplikasi teknologi pada sistem perlindungan, sistem observasi/peninjauan, sistem navigasi dan sistem komando pengendalian yang “canggih-mutakhir-modern”; Ketangguhan dan kekokohan sistem perlindungan Ranpur (termasuk body protection); Kemampuan tersebut merupakan kekuatan yang terpadu dan terintegrasi secara sinergis dalam satu sistem alat utama sistem senjata (Alutsista) sehingga mampu memberikan daya kejut dan daya gempur yang dahsyat.

2.    Aspek Fungsi Satuan Kavaleri TNI AD. Dalam rangka penyempurnaan organisasi satuan Kavaleri, penyusunan Orgasnya akan disesuaikan dengan fungsi utama Satuan Kavaleri yang meliputi :

a      Fungsi Penggempur.

1)    Spesifikasi Ranpur Kanon yang digunakan adalah Ranpur dengan tipe Ranpur kelas sedang / medium armoured vehicle (15 Ton < berat < 30 Ton) dan Ranpur kelas berat / heavy armoured vehicle / MBT (berat > 30 Ton).
 

2)    Ranpur AP yang digunakan oleh Peleton Kavaleri berfungsi sebagai Ranpur pengangkut Tim Bantuan (Support Unit) dengan tipe Ranpur kelas sedang / medium armoured vehicle (15 Ton < berat < 30 Ton).

b    Fungsi Pengamanan.

1)    Spesifikasi Ranpur Intai yang digunakan adalah Ranpur dengan tipe Ranpur kelas ringan / light armoured vehicle (berat < 15 Ton).
 

2)    Spesifikasi Ranpur Kanon yang digunakan adalah meliputi Ranpur Kanon dengan tipe Ranpur kelas ringan / light armoured vehicle (berat < 15 Ton).
 

3)    Ranpur AP yang digunakan oleh Peleton Kavaleri berfungsi sebagai Ranpur pengangkut Tim Bantuan (Support Unit) dengan tipe Ranpur kelas ringan / light armoured vehicle (berat < 15 Ton).

3.    Aspek spesifikasi teknis Ranpur MBT.

a    Ranpur MBT memiliki kualitas lindung lapis baja dan aplikasi pelindung lainnya yang lebih baik dibandingkan dengan jenis Tank lainnya seperti Explosive Reactif Armor/ERA (Aktif Protection), Ceramic add on plate, composive protection. Dengan standar dasar sistem lindung lapis baja pada Body/Hull Ranpur saja (tidak termasuk aplikasi pelindung lainnya), Ranpur MBT mampu menahan tembakan senjata kanon dengan kaliber sampai 40mm.

b    Ranpur MBT memiliki daya tembak yang lebih besar, karena menggunakan senjata dengan kaliber yang besar (Kal. 120mm – 125mm) dengan jarak capai yang cukup jauh (diatas 2.500 meter) serta senjata kanon yang dapat untuk menembakkan senjata Anti Tank Guided Missil (ATGM) yang dapat mencapai sasaran lebih dari 5.000 meter.

c    Ranpur MBT memiliki tingkat akurasi tembakan yang lebih tinggi, karena Ranpur dilengkapi dengan sistem keseimbangan (stabilizer) pada sistem turret sehingga memungkinkan menembak sasaran sambil bergerak, dilengkapi dengan Automatic firing control system dan Balistic computer untuk meningkatkan kecepatan dan akurasi dalam penembakan.

d    Secara taktis Ranpur MBT harus tidak dapat dilumpuhkan oleh Ranpur Berba musuh karena memiliki ketahanan terhadap penetrasi senjata utama Ranpur Berba yang berfungsi sebagai satuan Pengintai, satuan Pengaman dan satuan Infantery mekanis (APC/IFV) yang menggunakan senjata utama kanon sampai dengan kaliber 40mm. Berkaitan hal tersebut maka Ranpur MBT akan dapat berhadapan dengan unsur Ranpur Penggempur musuh sebagaimana desain dan doktrin pertempuran Tank lawan Tank.

4.    Aspek Lain-lain.

a    Latihan bersama (Latma).  Dalam kegiatan Latma TNI AD negara asing diperlukan penyesuaian kemampuan dalam hal ini bahwa sebagian besar negara yang telah memiliki kerjasama latihan dengan TNI AD telah memiliki Ranpur MBT dengan klasifikasi kelas berat (> 40 Ton) dan/atau kelas sedang (15 Ton s/d 40 Ton), sehingga guna meningkatkan kesetaraan dalam pelaksanaan latihan perlu dipertimbangkan Satkav TNI AD untuk memiliki Ranpur setingkat MBT.

b    Investasi Teknologi.       Perlu adanya investasi dan peningkatan wawasan Ilpengtek Prajurit Kavaleri pada kemampuan kesenjataan Satkav yang bersifat universal, yaitu bahwa sebagian besar material Ranpur Satkav dunia menggunakan Ranpur tank kelas berat sebagai Ranpur Penggempur Utama-nya (MBT) yang menggunakan teknologi terkini pada sistem otomotif, sistem komunikasi dan sistem senjata serta aflikasi perlindungan, sehingga dengan memiliki Ranpur MBT dapat memberikan/meningkatkan kemampuan Alutsista sejajar dengan negara-negara tetangga di wilayah kawasan dan peningkatan sumber daya manusia perajurit TNI AD.

Pertimbangan pemilihan pengadaan Ranpur MBT Leopard.

1.    Mobilitas dan operasional.    Kemampuan mobilitas Ranpur MBT Leopard untuk melintasi medan dengan kecepatan maksimal 70 km/jam. Sistem Ranpur ini sudah menggunakan mesin Jenis MTU MB 873 Diesel  Turbo Charge Intercooler diatas Euro 3, jenis mesin ini rata – rata sudah diproduksi diatas tahun 1990–an.  Dengan  Power-to-weight-ratio yang dihasilkan sebesar 25 hp/ton sehingga telah memenuhi persyaratan KSU yaitu ≥ 20 hp/ton dengan Power-to-weight-Ratio tersebut, maka tidak berpengaruh terhadap kemampuan tenaga mesin dikaitkan dengan bobot Ranpur khususnya untuk melintasi medan-medan berat.

2.    Lindung lapis baja.  Bagian bodi Tank merupakan konstruksi baja dengan tambahan baja komposit di bagian depannya, bagian depan kubah, atap depan dan samping serta bawah telah ditambahkan lapisan baja anti ledakan.

3.    Daya tembak.   

a    Ranpur Tank Leopard dipersenjatai dengan senjata utama Kanon 120 mm, senjata pendukung coaxial 7,62 mm dan senjata PSU 12,7 mm serta dilengkapi dengan penuntun laser (Anti Tank Laser Guided Missile)

b    Sistem senjata.

1)    Senjata utama Kanon 120 mm mampu menembakan berbagai jenis amunisi berdaya ledak tinggi yaitu APFSDS, HE dan HEAT. 

2)    Senjata pendukung coaxial 7,62 mm memiliki jangkauan mengikuti arah tembakan senjata kanon dan PSU 12,7 mm untuk memberikan proteksi terbatas dari serangan udara musuh.

3)    Memiliki kemampuan menembak secara tepat, cepat dan akurat baik secara taktis maupun secara dinamis, baik siang hari maupun malam hari.  Hal ini dikarenakan dalam sistem penembakannya full elektrik yang dilengkapi dengan Image Stabilized, Laser Range Finder, Night Vision dan sistem komputerisasi pengolahan data penembakan (Computerized Data Fire Control Proses).    Adanya  image-stabilized fire control system  untuk dapat menembak secara bergerak, adanya night vision memungkinkan untuk melaksanakan penembakan malam hari.

4)    Kemampuan Ranpur dalam hal menembak meliputi sasaran diam dan sasaran bergerak pada saat Ranpur diam ataupun sedang bergerak dengan adanya image-stabilized fire control system dan penggunaan PSU tanpa harus keluar dari Tank karena telah dilengkapi dengan RCWS (Remote Control Weapon System), secara standar juga memungkinkan dilakukan penembakan pada malam hari karena dilengkapi dengan night vision.

4.    Sistem komunikasi.  Alkom yang digunakan sesuai keinginan pengguna (optional), sehingga hal ini dapat menyesuaikan dengan kebutuhan Satkav  TNI AD, dan dapat diintegrasikan dengan Battle Management System (BMS) serta memenuhi standar spesifikasi militer STD MIL 810 F dan 461.

5.    Sistem Pengintaian.    Ranpur ini dilengkapi dengan berbagai fasilitas kamera pengintai dan layar monitor, baik untuk pengemudi, penembak dan Danran serta memiliki kelengkapan dan aplikasi teknologi tercanggih karena adanya  sistem navigasi GPS dan peta digital, Driver’s night vision.

6.    Sistem Perlindungan.  Dilengkapi dengan aflikasi Explosive Reactive Armor (ERA), NBC protection dan Automatic fire extinguisher.

7.    Sistem Suspensi.    Suspensi yang digunakan adalah torsion bar dan hydraulic pneumatic.  Sistem ini memberikan kenyamanan bagi awak Ranpur pada saat melintasi ledan-medan berat (bergelombang) dan pada saat melaksanakan penembakan pada medan yang tidak rata.

8.    Kemampuan mengarung. Tank Leopard memiliki kemampuan mengarung dengan fording sedalam 2 - 4 m dengan persiapan.

9.    Suku Cadang.  Merupakan produk terbaru dari pabrikan yang memiliki reputasi internasional sebagai pabrikan yang telah sangat lama berkecimpung dalam produk Ranpur kelas dunia.  Sehingga jaminan ketersediaan suku cadang (spare part) dari pabrikan sampai dengan 25 tahun. Bila dilihat secara sekilas maka Ranpur Tank Leopard dengan mesin MTU akan mudah mendapatkan alternatif suku cadang karena jenis mesin tersebut banyak digunakan dipasaran umum dengan ketentuan harus sesuai spektek dan kemampuan yang digunakan/diinginkan. Negara pembuat Ranpur MBT Leopard menjamin tidak adanya embargo terhadap suku cadang yang akan dibutuhkan.

10.    Pendidikan dan latihan.     Secara umum Ranpur tersebut tidak terlalu berbeda jauh dengan Tank Kanon yang sudah dimiliki Satkav saat ini, yaitu Tank Scorpion dan Tank AMX-13, sehingga pendidikan yang dilaksanakan di Pusdikkav dan latihan yang dilaksanakan di satuan dapat menyesuaikan dengan cepat. Kecuali pada crew loader munisi kanon perlu pendidikan dan pelatihan secara khusus. Penguasaan terhadap teknologi pendukung terkini akan dimasukkan dalam paket pengadaan (Kontrak) sejalan dengan Transfer of Tehnology (TOT) dalam program pelatihan yang akan diberikan oleh pihak pabrikan (TOT juga melibatkan BUMNIP).

Analisa pemilihan Ranpur MBT Leopard :

1.    Dari aspek geografi. Penempatan Ranpur MBT di Indonesia tidak ada masalah, seperti contoh negara-negara tetangga Singapura, Malaysia, Vietnam, Thailand, Laos dll yang memiliki kondisi geografi relatif sama dengan Indonesia.

2.    Dari aspek spesifikasi teknis.   Ranpur MBT Leopard sesuai dengan Ketentuan Standar Umum (KSU) Materiil TNI AD dan sesuai dengan fungsi tugas Satuan Kavaleri sebagai unsur Penggempur.

3.    Dari aspek investasi teknologi.  Sebagai Ranpur MBT yang menggunakan teknologi terkini pada sistem otomotif, sistem komunikasi dan sistem senjata serta aflikasi perlindungan, maka dengan memiliki Ranpur MBT ini dapat memberikan/meningkatkan kemampuan Alutsista sejajar dengan negara-negara tetangga di wilayah kawasan dan peningkatan sumber daya manusia perajurit TNI AD.

4.    Dari aspek ketersediaan dukungan logistik.

a    Dari segi Munisi. Tidak ada masalah karena akan ada dukungan TOT pembuatan munisi kal.120 mm antara Rhienmetal dengan PT. PINDAD, disamping itu adanya munisi tipe baru yang baru dimiliki Tank Leopard yaitu DM-11(Dinamic Magnetic).
 

b    Dari segi bahan bakar minyak. Tidak ada masalah dan relatif hemat dibanding MBT jenis lainnya.
 

c    Dari segi suku cadang. Tersedia sampai dengan 20 tahun kedepan, dan ada jaminan sesuai dengan program TOT bersama PT.PINDAD.
 

d.    Dari segi TOT (Transfer of Tehnology). Kesepakatan TOT  sudah diperoleh pada  saat pertemuan dan pendalaman antara pihak PT.PINDAD, pihak Pussenkav dengan Presiden Direktur Reinmetal  Mr. Westernman dan Wamenhan RI, serta tim TNI AD. 




Sumber : Pussenkav

RCC Pantau Keamanan Selat Malaka di Aceh

BANDA ACEH-(IDB) : Keamanan dan aktivitas pelayaran internasional di Selat Malaka di kawasan perairan laut Provinsi Aceh akan dipantau secara intensif menyusul beroperasinya gedung "Regional Coordinating Center" (RCC) di Desa Durung, Kecamatan Masjid Raya, Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh.

"RCC dilengkapi alat pemantau untuk merekam dan memonitor kegaiatan kapal yang melintas di perairan Selat Malaka, kemudian dinformasikan ke intansi terkait," kata Kepala Badan Koordinasi Keamanan Laut (Bakorkamla) Djoko Suyanto di Aceh Besar, Jumat.

Dalam sambutan tertulis yang dibacakan Kepala Pusat Penyiapan Kebijakan Bakorkamla, Brigjen Pol AJ Benny Mokalu, ia mengatakan, tujuan dibangunnya RCC itu untuk mengoptimalkan penegakan hukum (yuridis) di laut karena perairan Aceh strategis sebagai lalu lintas kapal dari berbagai negara.

Informasi kapal-kapal asing yang termonitor dan direkam melalui radar pemantau itu akan diteruskan ke intansi keamanan lainnya.

RCC akan menjadi salah satu sumber informasi tercepat, akurat yang terintegrasi melalui "early warning system" Bakorkamla yang berbasis teknologi.

Selain dilengkapi layar monitor radar dan komunikasi, RCC juga dilengkapi dengan peralatan monitor kamera yang dapat menayangkan gambar kegiatan di pelabuhan dan di perairan.

Jangkauan peralatan radar untuk memantau aktivitas lalu lintas kapal itu mampu mendeteksi perairan Selat Melaka. Identitas kapal, negara tujuan akan dapat dimonitor.

Hasil monitoring RCC disebutkan setiap hari rata-rata sebanyak 40 kapal kargo dan tanker melintas di perairan Selat Malaka dengan negara tujuan India, China, Singapura dan Malaysia.

Perairan Selat Malaka sangat strategis dan salah satu perairan rawan terjadi kriminal di laut, antara lain perompak, penyelundupan dan pelanggaran teritorial oleh kapal ikan asing.

Sumber : Antara

Mantan Panglima TNI : Indonesia Membutuhkan Sukhoi, Biar Tidak Tergantung AS

JAKARTA-(IDB) : Mantan Panglima TNI Endriartono Sutarto menilai asal muasal pembelian pesawat tempur Sukhoi 30 Mk-2 untuk melepaskan ketergantungan alutsista dari produk Amerika Serikat.

"Kita memang memerlukan adanya Sukhoi, agar negara lain berpikir dua kali utk mengutak-atik kedaulatan negara," kata Sutarto, di Jakarta, hari ini.

Proses pembelian Sukhoi sendiri dikritik dan disinyalir sarat akan penggelembungan harga. Indonesia Corruption Watch, Imparsial, dan Wakil Ketua Komisi I DPR Tb Hasanuddin mengatakan ada prosedur yang tidak benar dalam pembelian enam Sukhoi.

ICW menemukan bahwa pada 2010 harga pesawat buatan Rusia itu diketahui US$55 juta per unit, tetapi kemudian menjadi US$83 juta per unit pada 2011-2012. Karena itu, diperoleh selisih harga US$28 juta untuk setiap unitnya.

Selain harga, salah satu hal yang paling dipertanyakan adalah terkait kehadiran rekanan swasta di antara transaksi yang melibatkan Kementerian Pertahanan dan Rosoboronexport (perwakilan Pemerintah Rusia). Ini pun menjadi perhatian Sutarto.

"Saya tidak tahu apakah ada penggelembungan atau tidak. Kalau ada dua opsi untuk membeli Sukhoi, pilih yang terbaik saja. Kalau bisa G to G (goverment to goverment) kenapa harus pakai broker?" ujar Sutarto.

Ia mengingatkan kembali bahwa pembelian Sukhoi pertama kali dimaksudkan untuk menanggulangi ketergantungan alutsista terhadap produk Amerika Serikat.

"Waktu itu Sukhoi kita beli untuk memberitahu Amerika kalau kita bisa beli dari negara lain walau sedang diembargo sparepart-nya," ujarnya.

Namun, Sutarto menambahkan, akan lebih baik lagi jika TNI memberikan kesempatan untuk industri pertahanan dalam negeri berdikari.

"Industri alutsista dalam negeri sebenarnya sudah baik. Tinggal penerapannya saja. Kalau tidak diberikan kesempatan di negeri sendiri, kapan industri itu bisa berkembang?" tegasnya.

Sementara itu, Direktur Program Imparsial, Al Araf mengatakan, KPK dan DPR harus mengevaluasi ulang proses pembelian sukhoi.

"Dan menyelidiki lebih lanjut semua keganjilan dan ketidakwajaran mekanisme yg menggunakan komersial kredit, pelibatan agen trimega rekautama dan kesimpangsiuran dan keganjilan harga,"

Sumber : Waspada

VPK-3927 Volk Multipurpose Armoured Vehicle, Russian Federation

MOSCOW-(IDB) : VPK-3927 Volk is a tactical high-mobility multipurpose armoured vehicle produced by the military-industrial company Voenno-Promyshlennaya Kompaniya (VPK). VPK is the military division of the GAZ group. The vehicle was demonstrated for the first time during the International Defence Exhibition of Land Forces (IDELF-2010) in Zhukovsky, Russia.

Volk armoured vehicles are designed to transport troops and equipment for patrol, reconnaissance, combat and counter-terrorism operations.

Volk vehicle variation models
"The vehicle was demonstrated for the first time during the International Defence Exhibition of Land Forces (IDELF-2010) in Zhukovsky, Russia."

The Volk family of vehicles includes armoured, unarmoured and civilian models. The first group of armoured vehicles is undergoing trials and the other groups are under development.


The Volk armoured vehicles will be available in four variants. The VPK-3927 is a base variant equipped with protected crew cab and separate armoured troop section.


The VPK-39271 is a similar version with a single protected functional module, including the cabin. The VPK-39272M is a modular vehicle designed to accept medical, jamming, command and control, communication and logistics modules.


The VPK-39273 is a 6x6 vehicle with an armoured cab and separate troop compartment.


In June 2011, VPK displayed the VPK-39272M Volk-M modular armoured car at the Wheeled Vehicles Research and Test Centre. It is an improved version with advanced mine protection features.

Multipurpose vehicle design and features

The Volk armoured vehicles adopt several new design systems. The vehicle incorporates an armoured monocoque hull. The conventional layout houses the engine in front, crew cabin in the centre and a functional module at rear. The cabin accommodates a driver and a commander. The troop compartment is provided with individual seats for eight troops.


The troop section is provided with roof hatches and vision blocks for observation. The rapid entry and exit of the troops is allowed through a rear door.


The vehicle is equipped with an onboard information control system (BIUS) for monitoring the functioning of the basic equipment and systems.


The VPK-3927 has an overall length of 5.4m, width of 2.5m and a height of 2.1m. The internal volumes of the cab and functional modules are 2.4m³ and 4.7m³ respectively. The maximum combat weight of the vehicle is 7.5t. The armoured vehicle has the payload capacity of 1,500kg.

Armament and weaponry of the Russian Volk

The Volk is not fitted with any fixed weapon systems. It can be customised with either heavy weapon systems or light weapons. The modular design allows the installation of anti-tank guided missiles (ATGM), mortar systems, short range air-defence systems and other fire-support systems.
Self-protection capabilities of the VPK-3927 Volk

The Volk armoured vehicle offers the highest level of ballistic and mine protection in its class. The armoured hull protects the occupants against small-arms fire, shell splinters, mines and IED blasts.


The vehicle offers STANAG 4569 level three ballistic protection with the possibility of increasing the level. The vehicle can withstand the blast of mines up to 6kg under any wheel.


The protection levels can be increased with the installation of attached frame-and-panel armour and anti-mine protection. The assembly and disassembly of the armour can be performed in field conditions without using special tools.

Engine and mobility of the tactical high-mobility armoured vehicle

The Volk armoured vehicles are powered by a Euro-4 compliant YaMZ-5347 4.4lt diesel engine.

"VPK-3927 Volk is a tactical multipurpose armoured vehicle produced by the military-industrial company VPK."

The engine develops a maximum power output of 300hp. It is controlled by 15 parameters. The vehicle has a maximum road speed of 130km/h and operational range of 1,000km.


The vehicle is equipped with independent hydropneumatic suspension with height adjustment. It allows the driver to change the ground clearance from 250mm to 500mm.


The vehicle has temperature and pressure monitoring systems for tyres. The hydraulic and suspension adjustment system is equipped with a 24-point set up.


The angle of the forward and backward overhang changes based on the placement of the suspension from 45% to 55%. The vehicle has a minimum turn radius of 7m. The Volk can negotiate vertical objects of 0.5m and ditches of 0.5m. It can ford a depth of 1.5m.

Source : Army