Pages

Selasa, Januari 17, 2012

Perisai Rudal Eropa Mulai Diaktifkan

ISTANBUL-(IDB) : Meski masih mendapat tentangan keras dari Rusia, Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya diam-diam sudah mengaktifkan sebagian dari jaringan sistem perisai rudal Eropa. Sistem radar yang menjadi bagian dari jaringan pertahanan antirudal itu telah dipasang dan diaktifkan di Turki.

Demikian diungkapkan juru bicara Kementerian Luar Negeri Turki, Senin (16/1/2012), seperti dikutip CNN. Radar peringatan dini pita-X, AN/TPY-2, yang dipasang di Turki tersebut adalah bagian dari sistem pertahanan rudal THAAD (Terminal High-Altitude Area Defense), yang dirancang untuk mencegat dan menghancurkan rudal-rudal balistik jarak menengah musuh pada posisi sangat tinggi dari permukaan bumi.

Radar tersebut ditempatkan di sebuah pangkalan militer di Provinsi Malatya, Turki timur, sekitar 640 kilometer sebelah tenggara Ankara, ibu kota Turki. Menurut juru bicara, yang tak disebutkan namanya itu, radar tersebut dioperasikan oleh personel Turki dan AS.

Dia tidak menyebutkan kapan persisnya radar tersebut mulai beroperasi. Namun, awal bulan ini, surat kabar harian Hurriyet di Turki mengutip beberapa sumber yang menyebut sistem tersebut mulai operasional 1 Januari 2012.

Turki adalah satu dari lima negara anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) yang setuju menjadi tuan rumah berbagai peralatan militer yang menjadi bagian dari jaringan perisai rudal ini. Empat negara lainnya adalah Portugal, Polandia, Romania, dan Spanyol.

Rencana pembangunan sistem ini memicu kemarahan Rusia, yang menganggap perisai rudal itu ditujukan kepada ancaman dari Rusia. Sementara AS dan NATO berkeras, sistem itu bukan dibuat untuk menantang Rusia, tetapi untuk mencegah serangan rudal balistik dari "negara-negara nakal", seperti Iran dan Korea Utara.

Meski demikian, saat Rusia meminta jaminan tertulis yang mengikat secara hukum bahwa sistem pertahanan itu bukan ditujukan ke Rusia, pihak NATO berkeberatan.

Pengumuman bahwa sistem perisai rudal ini mulai diaktifkan dilakukan saat Rusia juga mengumumkan dimulainya latihan kesiagaan sistem peluncur rudal nuklir antarbenua mereka di Siberia.

Sumber : Kompas

Ketika AS Tinggalkan Israel Sendirian

TEHRAN-(IDB) : Kekhawatiran Washington atas pembalasan Tehran terkait kematian ahli nuklirnya baru-baru membuktikan kegagalan AS dalam menaklukkan Iran. Di tengah kondisi terdesak saat ini, Gedung Putih membiarkan Tel Aviv sendirian dengan ambisi haus perangnya yang meledak-ledak tanpa kontrol. Imbasnya, kedua negara sekutu itu membatalkan manuver militer bersama yang rencananya digelar bulan Januari ini.

Meski belum diketahui secara detil seberapa besar tensi ketegangan antara Washington dan Tel Aviv  yang terjadi saat ini terkait masalah Iran, namun yang jelas AS tidak bersedia mengeluarkan biaya lebih besar untuk mendanai petualangan berbahaya Israel yang gila perang itu. Tentu saja, Gedung Putih menolak mengorbankan kepentingan nasional AS yang saat ini dilanda krisis ekonomi yang semakin akut.


Indikasi friksi antara AS dan Israel terbaca dari sikap berlepas diri Washington atas teror Mostafa Ahmadi Roshan, Deputi Ekonomi Instalasi Nuklir Natanz. Obama terang-terangan mengelak dari keterlibatan teror berdarah itu. Sebelumnya, Washington juga bersikap dingin menyikapi aksi teror terhadap ilmuwan nuklir Iran. Namun aksi pembalasan yang dikemukakan Tehran terhadap para pelaku aksi teror itu memicu kekhawatiran Gedung Putih melebihi sebelumnya. Kekhawatiran itu semakin memuncak dengan menguatnya ancaman penutupan Selat Hormuz. Dan Iran menggelar manuver militer baru-baru ini untuk membuktikan keseriusan ancamannya itu.


Admiral Jonathan W. Greenert, Panglima Angkatan Laut AS mengatakan, "Jika saya ditanya mengapa tidak bisa tidur di malam hari, saya akan jawab karena Selat Hormuz dan aktivitas di Teluk Persia." Berbagai pernyataan para pejabat teras AS hanyalah cara Washington untuk menghindar dari kemungkinan dampak buruk pembalasan Iran.


Sehari sebelum majalah Times mengarahkan telunjuknya terhadap agen-agen Mossad sebagai pelaku teror ilmuwan Iran, majalah Foreign Policy menulis sebuah laporan berjudul " Bendera Kebohongan" yang menegaskan sikap berlepas diri Dinas Intelejen AS (CIA) atas serangan teror tehadap ilmuwan Iran.


Foreign Policy menulis, "Pada periode pemerintahan Presiden George W Bush, agen Mossad dengan mengusung bendera kebohongan atas nama CIA mengorganisir aksi teror Jundullah untuk melakukan operasi spionase dan teror di Iran pada tahun 2007-2008."


Berdasarkan laporan tersebut, mata-mata Mossad yang mengatasnamakan agen CIA mengadakan pertemuan dengan milisi Jundullah yang biasanya dilakukan di kota London dan sekitarnya. Majalah terkemuka AS itu mengungkapkan bahwa agen Mossad menggunakan paspor AS dan mata uang negeri Paman Sam itu.


Salah seorang pejabat intelejen AS kepada Foreign Policy mengungkapkan rasa herannya atas sepak terjang Israel yang melakukan tindakan apapun demi mewujudkan ambisinya. Seorang pejabat CIA mengakui bahwa AS menggandeng Israel untuk mengorek informasi rahasia dari Iran, namun Washington tidak terlibat dalam berbagai operasi teror terhadap militer dan warga sipil Iran.


Sehari setelah terbitnya laporan Foreign Policy itu, majalah Times mengutip sumber intelejen Barat secara terang-terangan menyebut agen Mossad sebagai pelaku aksi teror terhadap ilmuwan Iran. Times menegaskan bahwa teror yang sama juga dilakukan Mossad terhadap Ahmadi Roshan.


Selain Times, kantor berita CNN mengutip statemen Menteri Luar Negeri AS, Hillary Clinton memberitakan ketidakterlibatan AS dalam aksi teror terhadap ilmuwan Iran baru-baru ini. Tidak hanya itu, Menteri Pertahanan kepada wartawan mengelak atas keterlibatan AS dalam teror Mostafa Ahmadi Roshan.


Reuters melaporkan sikap gembira para pejabat teras militer Israel atas tewasnya ilmuwan nuklir Iran baru-baru ini. Juru Bicara Militer Israel, Yoav Mordechai di laman resmi facebooknya mengatakan, "Saya tidak tahu siapa pelaku teror ilmuwan Iran, tapi saya pasti tidak akan menumpahkan air mata."


Reuters melaporkan ledakan teror bom yang menewaskan Ahmadi Roshan terjadi sehari setelah kepala staf Israel mengatakan bahwa 2012 akan menjadi  tahun kritis bagi Iran.


"2012 akan menjadi tahun kritis berkaitan dengan kelanjutan proyek nuklir Iran, perubahan internal dalam kepemimpinan Tehran, tekanan masyarakat internasional dan berbagai hal-hal yang menimpa mereka dengan cara yang tidak wajar," kata Letnan Jenderal Benny Gantz kepada anggota parlemen dalam sambutan yang disampaikan oleh juru bicaranya.


Tampaknya aksi teror terbaru terhadap ilmuwan nuklir Iran memicu ketegangan anyar antara Tel Aviv dan Washington. Martin Indyk, Mantan Duta Besar untuk Israel dalam sebuah konferensi di Baitul Maqdis mengakui adanya friksi antara Israel dan AS mengenai masalah nuklir Iran. Pemicunya, tutur Indyk, karena AS tidak menghendaki Iran menguasai senjata nuklir, sedangkan Israel sejak awal menentang keras Iran menguasai energi nuklir damai.


Direktur kebijakan Luar Negeri The Brookings Institution itu menegaskan bahwa Washington tidak menghendaki Israel menyerang instalasi nuklir Iran. Pejabat teras AS dari Presiden Obama hingga menteri pertahanan Leon Panetta mengirimkan pesan terhadap Israel mengenai bahaya besar yang akan mengancam, jika Israel benar-benar menyerang instalasi nuklir Iran. Buntut sikap mbalelo Israel terhadap peringatan Washington menyebabkan AS membatalkan manuver militer bersama kedua negara sekutu itu.


Haaretz mengutip pejabat militer Israel melaporkan bahwa penangguhan latihan perang itu dilakukan menyusul desakan AS untuk tidak meningkatkan suhu ketegangan yang terus memuncak dengan Iran, terutama setelah Tel Aviv semakin serius mewujudkan ambisinya menyerang instalasi nuklir Iran. Koran Israel itu menyatakan manuver militer bersama antara Washington dan Tel Aviv akan digelar musim semi ini, namun segera dibatalkan dengan alasan tingginya dana yang harus digelontorkan untuk membiayai latihan peran tersebut.


Haaretz mengakui bahwa manuver militer angkatan bersenjata Iran "Velayat 90" sebagai pemicu utama dibatalkan latihan perang bersama Israel-Amerika yang disebut-sebut sebagai yang terbesar dalam kerjasama militer kedua mitra dekat itu.

Sumber : Irib

Iran Akan Luncurkan Pesawat Patroli Maritim Modern

TEHRAN-(IDB) :Menteri PertahananIran Jenderal Ahmad Vahidi mengatakan, Republik Islam akan meluncurkan pesawat patroli maritim baru, yang dirancang dan diproduksi oleh para ahli Iran dalam waktu dekat.
 
Pesawat patroli maritim baru itu memiliki durasi penerbangan yang tinggi dan memungkinkan mereka untuk mengawasi daerah perairan melalui subsistem optik dan radar, ujar Vahidi pada hari Senin (16/1).
 
Vahidi menjelaskan bahwa pesawat patroli modern juga memiliki kapasitas untuk mengangkut perangkat keras militer dan juga dapat melakukan misi pengintaian yang lebih baik. Ditambahkannya, item baru tersebut mungkin akan diperkenalkan pada 1 Februari, menandai ulang tahun ke-34 kemenangan Revolusi Islam di Iran.
 
Dalam beberapa tahun terakhir, Iran telah membuat prestasi besar di sektor pertahanan dan memperoleh kemandirian dalam perangkat keras militer dan sistem pertahanan penting.
 
Iranberulang kali meyakinkan negara-negara lain, terutama negara tetangga, bahwa kekuatan militernya tidak menimbulkan ancaman bagi pihak lain. Tehran menegaskan doktrin militer Iran semata-mata didasarkan pada pertahanan

Sumber : Irib

Rencana Pembelian Leopard Realistis, Sesuai Keinginan TNI Dan Demi NKRI

JAKARTA-(IDB) : Anggota Komisi I DPR, Roy Suryo, mengatakan, rencana pembelian 100 tank 2A6 Leopard oleh Kementerian Pertahanan sudah sesuai prosedur.

"Saya belumlah ahli tentang persenjataan militer, meski terus belajar keras di Komisi I DPR, namun rencana pembelian 100 tank Leopard adalah realistis dan sesuai keinginan TNI, demi NKRI," kata Roy Suryo, di Gedung DPR, Jakarta, Selasa.

Menurut dia, pembelian 100 tank Leopard tersebut tidak berdiri sendiri tetapi satu kesatuan dengan peningkatan matra-matra lain TNI, misalnya kapal selam, Sukhoi Su-27 dan Su-30MKI, F16 Fighting Falcon, dan sebagainya untuk memenuhi standar kekuatan efektif minimum TNI.

"TNI juga tetap diawasi Komisi I DPR agar memperhatikan sarana-prasarana kesejahteraan prajurit, utamanya di perbatasan-perbatasan," katanya.

Disamping itu, kata dia, Komisi I DPR sekarang memang sedang meningkatkan kemandirian alutsista tersebut.

"Disisi BUMNis dan BUMNip, kita tata ulang keseluruhannya tanpa melupakan uang lauk pauk (ULP) mereka," kata politisi Partai Demokrat itu. 

Sumber : Antara

Update rapim : Pembangunan Pertahanan Negara Harus Pro Kesejahteraan

JAKARTA-(IDB) : Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro mengatakan penyelenggaraan pertahanan negara pada tahun 2012 ini diarahkan untuk mempercepat pembangunan sistem pertahanan negara yang pro kesejahteraan melalui peningkatan kinerja yang akuntabel dan terintegrasi.

"Kemhan tidak hanya memperhatikan aspek pembangunan pertahanan negara tetapi juga harus pro kesejahteraan," kata Menhan Purnomo Yusgiantoro saat jumpa pers usai Rapat Pimpinan Kemhan dan TNI di Kantor Kemhan, Jakarta, Senin (16/1).

Turut hadir mendampingi Menhan adalah Wakil Menhan Sjafrie Sjamsoeddin, Sekjen Kemhan Marsekal Madya TNI Eris Heriyanto, Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono, Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Pramono Edhie Wibowo, Kepala Staf TNI Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Soeparno, dan Kepala Staf TNI Angkatan Udara (KSAU) Marsekal TNI Imam Sufaat.

Menhan menyebutkan enam kebijakan pembangunan sistem pertahanan negara pada tahun 2012. Pertama, mensinkronkan kebijakan pertahanan dalam one gate policy guna dijadikan pedoman bagi TNI dan komponen kekuatan pertahanan lainnya. Kedua, mengakselerasi dan menyalaraskan perumusan, penetapan dan implementasi legislasi, regulasi dan kebijakan strategis yang berkaitan dengan bidang pertahanan negara.

Ketiga adalah memantapkan pembangunan sistem pertahanan negara dan meningkatkan kerja sama regional dan internasional. Keempat, meningkatkan kompetensi sumber daya manusia pertahanan yang sinergi dengan peran kementerian dan lembaga pemerintah nonkementerian di dalam penyelenggaraan dan pengelolaan pertahanan negara.

Kelima, meningkatkan pembangunan kekuatan dan kemampuan pertahanan militer untuk merealisasikan minimum essential forces (MEF) atau kekuatan pokok minimum khususnya pembangunan Alutsista (Alat*Utama Sistem Persenjataan) dan fasilitas pendukung yang didukung oleh industri pertahanan dalam negeri. Terakhir adalah meningkatkan pembangunan kekuatan dan kemampuan pertahanan nirmiliter yang bersinergi dengan pertahanan militer melalui pemberdayaan wilayah pertahanan dengan kementerian/lembaga terkait.

Sumber : Jurnas

Update Rapim : Kemhan Tetapkan Sebelas Sasaran Kebijakan Pertahanan 2012

JAKARTA-(IDB) : Kementerian Pertahanan (Kemhan) menetapkan sebelas sasaran kebijakan penyelenggaraan pertahanan negara tahun 2012. Hal tersebut disampaikan Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro dalam keterangan persnya usai Rapat Pimpinan (Rapim) awal tahun 2012 Kemhan, Senin (16/1).

Sasaran penyelenggaraan pertahanan negara tahun 2012 adalah: pertama, terwujudnya ratifikasi tiga sasaran Prolegnas (Program Legislasi Nasional) 2012 meliputi RUU Keamanan Nasional, RUU Komponen Cadangan Pertahanan Negara, RUU Revitalisasi Industri Pertahanan serta terselesaikannya regulasi dan kebijakan strategis di bidang pertahanan.

Sasaran kedua adalah terwujudnya implementasi kerjasama pertahanan meliputi diplomasi pertahanan, dialog strategis, industri pertahanan dan logistik, kerjasama militer dalam bidang pendidikan dan pelatihan, kesehatan militer, patroli terkoordinasi, operasi bersama di perbatasan, dan pemanfaatan Indonesia Peace and Security Center (IPSC).

Ketiga, terwujudnya sinkronisasi program antar kementerian/lembaga dalam hal pembinaan kesadaran bela negara, pembangunan infrastruktur di perbatasan, penelitian dan pengembangan pertahanan, industri dan teknologi pertahanan serta pendidikan dan pelatihan. Keempat, terwujudnya peran Universitas Pertahanan dalam merealisasikan sumber daya manusia pertahanan negara secara terintegratif dan peran Badan Pendidikan dan Pelatihan merealisasikan peningkatan profesionalitas pengawakan Kemhan dan TNI di bidang pertahanan.

Sasaran kelima adalag memonitor implementasi Perpres Nomor 10 Tahun 2010 yang berkaitan dengan Koordinasi Gabungan Wilayah Pertahanan (Kogabwilhan). Keenam, terlaksananya refungsionalisasi dan revitalisasi pelaksanaan tugas pokok Kemhan di daerah Desk Pengendali Pusat Kantor Pertahanan dalam rangka mengsinergiskan program pemberdayaan wilayah pertahanan di daerah dengan fokus prioritas daerah perbatasan di Kalimantan Barat, Kalimantan Timur dan Papua.

Sedangkan sasaran ketujuh adalah terlaksananya percepatan pengadaan Alutsista TNI 2012 yang tepat waktu dan memenuhi spesifikasi teknis serta proses paralel dengan mewajidkan pengadaan yang mampu diproduksi oleh industri pertahanan dalam negeri. Kedelapan, terwujudnya inovasi teknologi dalam Litbang pertahanan untuk mendukung pemenuhan Alutsista TNI.

Kesembilan, terlaksananya tertib perencanaan dan pengelolaan anggaran pertahanan sesuai urgensi kebutuhan dan dapat dipertanggungjawabkan. Kesepuluh, terselenggaranya pola pengawasan komprehensif sejak awal sampai pasca kegiatan untuk mewujudkan clean government dan good governance. Dan, sasaran kesebelas adalah terlaksananya pengusulan ditertibkannya Peraturan Pemerintah tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak terhadap barang milik negara yang dikelola oleh TNI.

Sumber : Jurnas

Update Rapim : Kebijakan Pertahanan Untuk Merespon Ancaman

JAKARTA-(IDB) : Kementerian Pertahanan menggelar Rapat Pimpinan (Rapim) awal tahun 2012 di Kantor Kemhan, Jakarta, Senin (16/1). Dalam Rapim tersebut, Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro menyampaikan kebijakan terkait penyelenggaraan pertahanan negara yang menjadi pedoman bagi Kemhan dan TNI dalam penyelenggaraan pertahanan negara tahun 2012.

"Dalam rangka merespon berbagai perkembangan lingkungan strategis dan berbagai ancaman, diperlukan kebijakan pertahanan yang berkaitan dengan peningkatan berbagai aspek manajerial di bidang strategi, legislasi, penganggaran, sumber daya manusia, sarana dan prasarana serta pengelolaan potensi pertahanan," kata Menhan dalam keterangan persnya usai Rapim Kemhan 2012, yang didampingi oleh Wakil Menhan Sjafrie Sjamsoeddin, Sekjen Kemhan Marsekal Madya TNI Eris Heriyanto, Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono, Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Pramono Edhie Wibowo, Kepala Staf TNI Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Soeparno, dan Kepala Staf TNI Angkatan Udara (KSAU) Marsekal TNI Imam Sufaat.

Menhan menjelaskan pada tahun 2012 merupakan tahun ketiga dari Rencana Strategis Pertahanan Negara 201 -2014. Oleh karena itu, Kemhan telah menetapkan arah dan sasaran kebijakan sesuai dengan visi, misi dan grand strategy. Kemhan merupakan institusi pengemban fungsi pertahanan negara yang memiliki otoritas sebagai regulator, administrator dan fasilitator.

Purnomo mengatakan kebijakan yang ditetapkan mengacu pada visi pertahanan negara yaitu terwujudnya pertahanan negara yang tangguh. Selain itu mengacu pula pada misi yaitu menjaga kedaulatan dan keutuhan NKRI, keselamatan bangsa yang kemudian diimplementasikan ke dalam grand strategy pertahanan. Hal ini mencakup pemberdayaan wilayah pertahanan dalam menghadapi ancaman, penerapan manajemen pertahanan yang terintegrasi, peningkatan kualitas personel Kemhan/TNI, perwujudan teknologi pertahanan yang mutakhir dan pemantapan kemanunggalan TNI dan rakyat dalam hal bela negara.

Sumber : Jurnas

Kemhan Gelar Rapim Di Jakarta

JAKARTA-(IDB) : Kementerian Pertahanan menggelar Rapat Pimpinan (Rapim) di Kantor Kemhan, Jakarta, Senin (16/1) pagi.

Rapim ini akan dibuka oleh Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro.

Rapim yang berlangsung di Aula Bhineka Tunggal Ika Kemhan ini mengangkat tema "Percepatan Pembangunan Sistem Pertahanan Negara yang Pro Kesejahteraan Melalui Peningkatan Kinerja yang Akuntabel dan Terintegrasi".

Tampak hadir pejabat di Kemhan dan TNI antara lain, Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin, Sekjen Kemhan Marsekal Madya TNI Eris Heriyanto, Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono dan Kepala Staf TNI Angkatan Udara Marsekal TNI Imam Sufaat.

Sumber : Jurnas

Menurut Mantan KSAL Kapal Selam Korea Tidak Punya Efek Deterrence, Benarkah..??

JAKARTA-(IDB) : Pembelian tiga kapal selam dari Korea Selatan tidak bermanfaat bagi pertahanan maritim Indonesia karena jenisnya tidak mempunyai efek deterrence bagi negara tetangga.

Demikian dikatakan Mantan KSAL Laksamana (Purn) Slamet Soebijanto kepada itoday, Selasa (17/1).

Menurut Slamet, pembelian kapal selam teknologinya harus lebih tinggi dari kepunyaan negara tetangga. "Sekarang ini, kapal selam negara tetangga yang paling berbahaya dari Australia, harusnya Indonesia beli kapal selam yang tingkatannya sama atau melebihi dari Australia itu," kata Slamet.

Kata Slamet, negara Korea tidak mempunyai pengalaman dalam memproduksi kapal selam yang mempunyai teknologi canggih. "Saya kira membeli kapal selam dari Korea Selatan kurang tepat dan menghamburkan anggaran negara," paparnya.

Slamet mengusulkan, Indonesia lebih baik membeli kapal selam dari Rusia karena dari segi teknologi sangat baik serta diberi suku cadang dalam perawatannya. "Kalau kita membeli kapal selam Rusia pasti tuntas, disediakan suku cadang. Hal ini berbeda dengan AS, yang motifnya lebih bisnis, misalnya kita membeli produk A, tetapi AS sudah tidak memproduksi lagi suku cadangnya dan kita harus membeli produk barunya," jelas Slamet.

Ia juga mempertanyakan, Komisi I DPR tidak kritis terhadap pemerintah yang telah membeli tiga kapal selam dari Korea tersebut. "Mereka yang duduk di komisi I itu bukan mewakili rakyat, tetapi partai, harusnya mereka memikirkan pertahanan secara serius," pungkasnya. 

Sumber : Itoday

China Tertarik Memperkuat Kerjasama Militer Dengan Indonesia

Indonesia kerjasama dengan China produksi Rudal C-705
JAKARTA-(IDB) : Pemerintah China, tertarik memperkuat kerjasama di bidang militer dengan Pemerintah Indonesia, yang sudah berjalan selama ini.

Menurut
Menteri Pertahanan China, Liang Guanglie, selama beberapa tahun terakhir,
militer China, dan Indonesia, berhasil mencapai kesepakatan kontrak tinggi di bidang militer, seperti konsultasi pertahanan, peralatan, pelatihan personil, latihan bersama, dan patroli keamanan maritim dan keamanan multilateral.

Liang mengatakan hal tersebut, saat bertemu dengan Duta Besar Indonesia untuk Cina, Imron Cotan, di Beijing, China, Senin (16/1/2012).

Dalam kesempatan itu, Ia juga mengatakan, China siap memajukan kemitraan strategis dengan Indonesia untuk perdamaian dan pembangunan wilayah dan dunia.

Sementara itu, Imron Cotan, mengatakan Indonesia ingin memperkuat komunikasi strategis dan memperluas kerjasama pertahanan bilateral dengan Cina, untuk bersama-sama menjaga perdamaian dan stabilitas regional.

Ia mengatakan, kerjasama militer diantara China dengan Indonesia, merupakan sebagai kesempatan daripada sebuah tantangan.
Hubungan militer diiantara China dan Indonesia terasa sangat mesra, baru-baru ini Liang melakukan kunjungan resmi ke Indonesia, atas undangan Menteri Pertahanan Indonesia, Purnomo Yusgiantoro.

Kedua menteri pertahanan tersebut, juga bertemu di sela-sela Pertemuan ASEAN Plus Menteri Pertahanan, di Hanoi, Vietnam, Oktober, 2010.

Sumber : TribunNews

TNI AU Modernisasi Pesawat Latih

JAKARTA-(IDB) : TNI terus melakukan modernisasi seluruh alutsista (Alat Utama Sistem Senjata) yang dimiliki. Tidak terkecuali pesawat latih yang biasa digunakan untuk meningkatkan skill para penerbang dari TNI AL
 
Kepala Staf Angkatan Udara Marsekal TNI Imam Sufa'at mengatakan, TNI AU saat ini tengah memodernisasi pesawat-pesawat latihnya.

"Sebagian penggantian pesawat latih TNI Angkatan Udara dilakukan dengan pesawat produksi Korea Selatan," ujar Imam ditemui di sela Rapat Pimpinan Kementerian Pertahanan di Jakarta, Senin (16/1).

Imam mengemukakan mayoritas pesawat latih milik TNI AU ternyata buatan 1976-1977. Ia menambahkan dengan penggantian itu, seluruh pesawat yang akan dipakai siswa penerbang ialah pesawat baru. Pesawat semakin tua akan semakin susah suku cadang dan perawatannya.

"Sudah saatnya kami modernisasi alutsista Angkatan Udara," ujar Imam.

TNI-AU memiliki sejumlah pesawat latih. Pesawat latih legendaris pada 1950-an adalah T-6 Harvard, yang merupakan pesawat latih pada era-Perang Dunia II.

Pada masa akhir Orde Lama, pesawat latih yang digunakan adalah L-29 Dolphin buatan Blok Timur.

Selanjutnya, pada era 1970-an AS memberikan bantuan T-33 Thunderbird. Namun, T-33 di Indonesia justru digunakan sebagai pesawat tempur udara-permukaan. T-33 Thunderbird terlibat dalam operasi militer di Timor Timur.

Pada kurun 1980-an TNI AU mengoperasikan T-34 Charlie dan AS 202 Bravo. Sedangkan pada kurun 2000-an dioperasikan KT-1 Wong Bee buatan Korea Selatan.

Pesawat-pesawat latih tersebut juga dapat dipersenjatai untuk serangan udara-permukaan yang penting dalam operasi anti-gerilya.

Untuk mengganti T-34 Charlie dan AS 202 Bravo, TNI AU telah menetapkan pesawat latih "Grobb" buatan Jerman.

TNI-AU telah memesan satu skuadron "Grobb" dan telah mendapat persetujuan Kementerian Pertahanan dan diharapkan tiba secara bertahap di Indonesia mulai 2012 atau 2013. Selain Grobb, TNI-AU juga sudah memesan satu skuadron pesawat T-50 buatan Korea Selatan.

Sumber : Republika