Pages

Jumat, Januari 06, 2012

Danpasmar-1 Menerima Penyerahan Jabatan Dandenma Pasmar-1

SURABAYA-(IDB) : Komandan Pasmar-1 Brigadir Jenderal TNI (Mar) A. Faridz Washington menerima penyerahan Jabatan Dandenma Pasmar-1 dari Mayor Marinir Roy Budhi Subroto di ruang rapat Mako Pasmar-1 Jl. A. Yani No.1A Gedangan Sidoarjo, Jum’at (06/01). Mayor Marinir Roy Budhi Subroto yang rencananya akan melaksanakan Dikreg Seskoal angkatan L Th.2012 di Jakarta.

Pada amanatnya Komandan Pasmar-1 menyampaikan penyerahan jabatan merupakan peristiwa kondisional namun wajar, sebagai indikator bergulirnya proses pembinaan personel dalam rangka memelihara dan meningkatkan aktualisasi peran organisasi dilingkungan Pasmar-1 dalam rangka memperjelas kontinuitas tanggung jawab jabatan Dandema dilingkungan Pasmar-1, Detasemen Markas Pasmar-1 sebagai unsur pelayanan kemarkasan yang pada hakekatnya melaksanakan urusan dalam dilingkungan Mako*Pasmar-1, meliputi penegakan disiplin, pemeliharaan ksatrian, melaksanakan pengamanan dan penjagaan pejabat dan VIP Pasmar-1, termasuk didalamnya melaksanakan protokoler dan penyiapan rapat VIP, secara umum saya melihat bahwa fungsi dan perannya Denma telah berjalan dengan baik, sekalipun masih ada sisi-sisi lain yang perlu ditingkatkan. “ Ujarnya.

Lebih lanjut Komandan Pasmar-1 menyampaikan atas nama pribadi dan warga Pasmar-1 menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang tinggi kepada Mayor Marinir Roy Budhi Subroto yang telah banyak memberikan konstribusi dalam mengembangkan Detasemen Markas Pasmar-1 melalui pemikiran, kinerja dan kreativitasnya dalam mewujudkan organisasi yang lebih efisien, efektif produktif dan profesional, sehingga tujuan organisasi dapat berjalan sesuai keinginan pemimpin, dan saya juga mengucapkan selamat belajar dalam mengikuti pendidikan regular Sekoal di Jakarta semoga diberikan kesuksesan dan kemudahan, jadikan pengalaman penugasan selama ini dapat memberikan wawasan dan menjadi bekal kelak ditempat penugasan yang baru, serta tingkatkan dan kembangkan potensi diri yang ada guna menghadapi peluang dan tantangan dimasa yang akan datang.

Setelah selasai melaksanakan penyerahan jabatan dilanjutkan penyerahan cendra mata dari Komandan Pasmar-1 kepada Mayor Marinir Roy Budhi Subroto

Pada acara penyerahan jabatan tersebut dihadiri oleh Para Asisten Danpasmar-1, Dankolat/Satlak Pasmar-1 serta para pejabat dijajaran Pasmar-1. 

'Pesawat Hercules Hibah Dari Australia Masih Bagus'

JAKARTA-(IDB) : Menteri Pertahanan, Purnomo Yusgiantoro menegaskan hibah pesawat Hercules yang diberikan oleh pemerintah Australia masih dalam kondisi bagus. “Kondisinya bagus dan kita akan renovate juga,” katanya saat ditemui di kompleks istana kepresidenan, Jumat (6/1).

Ia menegaskan Hercules yang dihibahkan ini bukan produk kuno. Seri yang diberikan pun adalah seri terbaru yakni seri H. Menurut dia, kalau Indonesia membeli pesawat Hercules yang baru, harganya cukup mahal.

Purnomo menegaskan, meskipun pesawat hibah, tetapi pemerintah selalu melakukan pengecekan, renovasi, retrovasi untuk benar-benar menyakinkan pesawat itu layak terbang. Seperti pesawat F-16 yang mau didatangkan, pemerintah pun telah melakukan up grade.

Hasilnya, pesawat itu bisa terbang lagi sekitar 2 ribu jam. Purnomo yakin hal yang sama bisa dilakukan pada pesawat Hercules. “Kalau sampai 2 ribu jam terbang, pesawat itu bisa terbang kira-kira 150-200 jam per tahun. Kan bisa dipakai 10 tahun,” katanya.

Sumber : Republika


Hercules Hibah Australia Akan Diremajakan

JAKARTA-(IDB) : "Pemerintah akan merenovasi dan meremajakan atau retrofit empat pesawat C-130 Hercules hibah dari Australia," kata Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro.

"Biasanya kalau dapat hibah, atau dapat pesawat, selalu kami cek, renovate, retrofit, kami betul yakinkan bahwa pesawat itu layak terbang," kata Purnomo ketika ditemui di kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Jumat.

"Sekitar ratusan miliar untuk empat pesawat terbang itu. Saya tak tahu persis karena belum diajukan oleh tim," katanya menyinggung perkiraan biaya peremajaan pesawat terbang transpor militer itu.

Menurut dia, tim dari kedua negara akan bertemu untuk membahas kondisi pesawat dan teknis hibah. Hasil pembicaraan tim itu bisa digunakan untuk mengukur biaya retrofit dan kemampuan keempat pesawat itu setelah diremajakan.

Yusgiantoro menjelaskan, pesawat hibah itu berjenis H, atau masuk dalam kategori pesawat baru. Hibah itu juga telah mendapat persetujuan dari Amerika Serikat.

"Karena setiap alutsista buatan Amerika Serikat, di mana pun juga, jika mau dihibahkan walau yang mau menghibahkan negara lain, harus melapor dulu pada Amerika Serikat," katanya.

Australia positif menghibahkan empat unit pesawat Hercules untuk Indonesia setelah sempat tertunda prosesnya pada 2011.

"Kemungkinan kedua tim teknis dari masing-masing negara akan bertemu pada pertengahan Januari ini," kata Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian Pertahanan, Hartind Asrin, di Jakarta, Selasa (3/1).

Asrin mengatakan, dalam pertemuan itu kedua tim akan membicarakan teknis hibah yang akan dilakukan setelah sempat tertunda pada 2011. Selain mengadakan pertemuan di Jakarta, akan dilakukan pula pertemuan di Australia untuk melihat langsung empat unit Hercules yang akan dihibahkan tersebut, katanya.

Sementara itu, Asisten Perencanaan Kepala Staf TNI-AU, Marsekal Muda TNI Rodi Suprasodjo, mengatakan pesawat Hercules yang diperlukan TNI-AU saat ini sebanyak 30 unit. Namun, TNI-AU hanya memiliki 21 pesawat Hercules, sehingga masih kurang sembilan pesawat.

"Kekurangan pesawat Hercules itu akan dipenuhi dari hibah dan membeli. Ke-30 pesawat Hercules akan digunakan untuk pesawat tanki sebanyak dua unit, pesawat VIP dua unit, dan pesawat operasional dua batalion sebanyak 26 unit," kata Suprasodjo.

Dia menambahkan, pesawat tipe H yang akan dihibahkan Australia akan digunakan TNI-AU untuk menggantikan tipe B yang sudah sangat tua. Selain Angkatan Udara Amerika Serikat, Indonesia adalah negara pertama di dunia yang menerima C-130 dari pabriknya. 


Sumber : Antara  

Turki Jadi Memesan Dua Pesawat F-35

ANKARA-(IDB) :Turki akan segera membeli dua pesawat tempur F-35 Lightning II sebagai bukti komitmen negara tersebut terhadap program Joint Strike Fighter (JSF). Demikian ditegaskan pemerintah Turki dalam pernyataan yang dirilis Kamis (5/1/2012).

Pemerintah Turki disebutkan telah mengotorisasi pemesanan gelombang pertama pesawat generasi kelima ini untuk memenuhi kebutuhan masa depan Angkatan Udara Turki. Turki adalah satu dari delapan negara di luar AS yang turut menyumbangkan dana pengembangan pesawat berkemampuan siluman (*stealth *) ini.

Sebelumnya, Turki berencana membeli 100 unit pesawat ini, untuk mengganti armada pesawat F-4 dan F-16 yang kini dioperasikan AU Turki. Namun, berbagai masalah yang terjadi dalam pengembangan F-35 dan ongkos produksi yang terus membengkak telah membuat pemesanan itu tertunda-tunda.

Program JSF, yang dikerjakan Lockheed Martin sebagai kontraktor utama, telah mencetak rekor sebagai program pengembangan senjata paling mahal dalam sejarah Pentagon. Biaya pengembangan totalnya telah mencapai 385 miliar dollar AS dan harga satuan pesawat tersebut saat ini telah mencapai lebih dari 100 juta dollar AS (Rp900 miliar).

Bulan lalu, tim penyelidik Pentagon juga telah menemukan berbagai masalah teknis F-35 yang baru diketahui setelah pesawat itu menjalani uji terbang. Meski demikian, negara asing tetap berminat membeli pesawat itu, termasuk Jepang, yang memutuskan memesan 45 unit F-35 dengan nilai sekitar 4,7 miliar dollar AS. 

Sumber : Kompas

AS Pengetatan Anggaran Pertahanan, Boeing Tutup Pabrik Militer

WICHITA-(IDB) : Produsen pesawat terbang Boeing Co menyatakan akan menutup pabriknya di Wichita, Kansas, pada akhir 2013 mendatang. Pabrik itu mempekerjakan 2.160 karyawan dan merupakan pabrik pembuatan pesawat untuk keperluan militer. Pemangkasan ini tidak terlepas dari pengetatan anggaran pertahanan Amerika Serikat.

Keputusan yang diumumkan Rabu (4/1) waktu setempat membuat para politisi dari Kansas berang. Mereka beranggapan Boeing cedera janji terhadap negara bagian tersebut. Para politisi itu berjanji akan membantu Boeing memenangkan kontrak dengan militer AS.

Pabrik Wichita mendukung keperluan Angkatan Udara AS dengan pesawat-pesawat eksekutif serta pesawat B-52 dan 767 yang dibuat berdasarkan pada program pesawat tanker militer.

Gelombang pemangkasan pertama akan dilakukan pada kuartal ketiga tahun ini. Boeing menyatakan masih berharap dapat membeli lagi bahan pesawat seharga miliaran dollar AS dari para pemasok di Kansas.

Boeing masih harus menyelesaikan pekerjaan pembuatan 767 yang berdasarkan tanker militer KC-46. Penyelesaian proyek ini akan dipindah ke Puget Sound, Washington. Sementara itu, pekerjaan perawatan dan rekayasa akan dipindahkan ke Texas dan Oklahoma.

Gubernur Kansas Sam Brownback menyatakan, pemindahan tersebut sangat mengecewakan karena dia dan beberapa pejabat Kansas telah bekerja keras untuk memenangkan kontrak pesawat tanker pengisi bahan bakar. Boeing pernah mengatakan, proyek tersebut akan membuat lapangan pekerjaan bagi 7.500 warga Kansas.

Anggaran ketat 
 
Presiden Barack Obama dan Kongres tahun lalu sepakat memangkas belanja pertahanan lebih dari 1 triliun dollar AS dalam satu dekade ke depan. Inilah salah satu dampak dari keputusan tersebut.

Keputusan ini juga membuat para pemasok senjata bagi militer AS bersiap mengetatkan ikat pinggang. Mereka berusaha memangkas biaya sekaligus meningkatkan penjualan ekspor dan menjual lebih banyak barang kepada konsumen komersial.

Northrop Grumman Corp, perusahaan produsen pesawat dan teknologi pertahanan, juga menyatakan akan memangkas 200 pekerjanya. Sementara BAE Systems Plc, perusahaan yang bergerak dalam bidang pembangunan perlengkapan pertahanan dan keamanan, juga menutup pabrik di Texas.

”Ketika ada penurunan anggaran pertahanan terjadi juga perubahan prioritas pelanggan. Boeing telah memutuskan menutup pabriknya di Wichita untuk mengurangi biaya, meningkatkan efisiensi, dan meningkatkan daya saing,” ujar Mark Bass, Wakil Presiden dan Manajer Umum pada bagian Pemeliharaan dan Modifikasi Boeing.

Boeing tak merinci berapa biaya yang dapat dihemat dengan penutupan pabrik tersebut. ”Penutupan seperti ini memperlihatkan memang ada penurunan pada pasar pertahanan,” ujar Richard Aboulafia, analis industri pesawat pada Teal Group.

Penutupan pabrik Wichita ini juga menandai keluarnya Boeing dari kota ini, ujar Aboulafia lagi.
 
Analis pertahanan Loren Thompson mengatakan, Boeing harus memangkas biayanya agar dapat membiayai proyek tanker militer tersebut.

”Boeing telah bekerja keras untuk memenangkan program tanker militer ini sehingga Boeing harus memangkas biaya agar dapat menghasilkan untung,” ujar Thompson.

Sumber : Kompas

Indonesia Buying Submarines from S Korea on Technology Transfer Terms

BATAM-(IDB) : Indonesia has signed a contract with a South Korean shipbuilding company on the purchase of three submarines with emphasis on technology transfer in the manufacturing process, Deputy Defense Minister Sjafrie Sjamsoedin said.

Under the contract, South Korea’s Daewoo Shipbuidling and Marine Engineering (DSME) would build two of the submarines in Korea with the participation of Indonesian personnel in the manufacturing process and the third one in Indonesia in the dockyard of PT PAL in East Java, he said.


"The purpose of the US$ 1.80 billion scheme is also transfer of technology in the building of submarines," Sjafrie said.


Meanwhile, Maj Gen Ediwan Prabowo, head of the defense ministry’s defense facilities agency, said the first submarine would be entirely built in South Korea with 30 personnel of PT PAL participating in the project as interns.


The PT PAL people would be assigned to master the designing phase of the submarine building project and participate in preparations to construct the second submarine. Later, Indonesia would send up to 130 shipbuilding personnel to Korea to be involved in the process of making the second submarine.


"Eventually, we hope the third submarine can be wholly built at the dockyard of PT PAL in Indonesia so that local human resources can gain full submarine building competence," he said.

Ediwan said the government expected the first submarine to be completed in 2015, the second in 2016 and the third in 2017. "With the acquisition of the three new submarines, the Indonesian Navy’s combat and deterrent capability will be significantly enhanced."

Source : Kompas