SINGAPURA-(IDB) : Di kawasan Asia, kita melihat tren peningkatan anggaran belanja militer dan upaya-upaya untuk memodernisasi peralatan militer. Ini adalah konsekuensi logis dari fakta tentang pertumbuhan ekonomi di Asia dan mereka mampu membelanjakannya bagi anggaran pertahanan.
"Ini juga terjadi di Indonesia yang berusaha untuk memordenisasi kemampuan militer kami," kata Presiden Susilo Bambang Yudhoyono saat menyampaikan pidato kunci pada Opening Dinner for the 11th International Institute for Strategic Studies (IISS), the Shangri-La Dialogue di Island Ballroom, Tower Hotel Shangri-La, Singapura, Jumat (1$2F6) malam.
Dalam 20 tahun terakhir atau lebih, terang Presiden SBY, krisis ekonomi dan faktor-faktor yang lain memaksa pemerintah Indonesia untuk mengalokasikan anggaran yang minim bagi pertahanan dan keamanan. "Sebagai hasilnya, postur pertahanan kami sangat minim," kata SBY.
"Sekarang, Indonesia adalah ekonomi terbesar di Asia Tenggara dengan pertumbuhan GDP berkisar antara 6.5 persen. Kami berada di posisi yang lebih baik untuk mengalokasikan bagian yang lebih besar untuk anggaran pertahanan nasional. Tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan kapasitas kami untuk melindungi wilayah perbatasan, untuk menanggulangi ancaman transnasional, untuk meningkatkan kontribusi pada operasi menjaga perdamaian dunia, untuk lebih siap pada Operasi Militer Selain Perang, dan untuk melaksanakan operasi khusus," Presiden SBY menjelaskan.
"Baru-baru ini, sebagai contoh, pasukan bersenjata kami untuk pertama kalinya melaksanakan operasi militer terjauh untuk menyelamatkan pelaut Indonesia yang disandera perompak Somalia, sebuah misi sulit yang alhamdulillah berjalan sukses," ujar Kepala Negara.
Namun demikian, Presiden SBY meyakinkan dunia bahwa usaha memodernisasi militer Indonesia akan berlangsung transparan, dan akan dipadukan dengan usaha intensif pada upaya-upaya membangun kepercayaan seperti pelatihan dan pertukaran militer bersama. "Kami akan memastikan bahwa modernisasi militer kami tidak akan membuat sebuat ketegangan baru, namun justru akan memperkuat kerja sama keamanan di kawasan," tegas Presiden SBY.
"Ini juga terjadi di Indonesia yang berusaha untuk memordenisasi kemampuan militer kami," kata Presiden Susilo Bambang Yudhoyono saat menyampaikan pidato kunci pada Opening Dinner for the 11th International Institute for Strategic Studies (IISS), the Shangri-La Dialogue di Island Ballroom, Tower Hotel Shangri-La, Singapura, Jumat (1$2F6) malam.
Dalam 20 tahun terakhir atau lebih, terang Presiden SBY, krisis ekonomi dan faktor-faktor yang lain memaksa pemerintah Indonesia untuk mengalokasikan anggaran yang minim bagi pertahanan dan keamanan. "Sebagai hasilnya, postur pertahanan kami sangat minim," kata SBY.
"Sekarang, Indonesia adalah ekonomi terbesar di Asia Tenggara dengan pertumbuhan GDP berkisar antara 6.5 persen. Kami berada di posisi yang lebih baik untuk mengalokasikan bagian yang lebih besar untuk anggaran pertahanan nasional. Tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan kapasitas kami untuk melindungi wilayah perbatasan, untuk menanggulangi ancaman transnasional, untuk meningkatkan kontribusi pada operasi menjaga perdamaian dunia, untuk lebih siap pada Operasi Militer Selain Perang, dan untuk melaksanakan operasi khusus," Presiden SBY menjelaskan.
"Baru-baru ini, sebagai contoh, pasukan bersenjata kami untuk pertama kalinya melaksanakan operasi militer terjauh untuk menyelamatkan pelaut Indonesia yang disandera perompak Somalia, sebuah misi sulit yang alhamdulillah berjalan sukses," ujar Kepala Negara.
Namun demikian, Presiden SBY meyakinkan dunia bahwa usaha memodernisasi militer Indonesia akan berlangsung transparan, dan akan dipadukan dengan usaha intensif pada upaya-upaya membangun kepercayaan seperti pelatihan dan pertukaran militer bersama. "Kami akan memastikan bahwa modernisasi militer kami tidak akan membuat sebuat ketegangan baru, namun justru akan memperkuat kerja sama keamanan di kawasan," tegas Presiden SBY.
Sumber : PresidenRI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar