SURABAYA-(IDB) : Potensi bencana alam berupa erupsi gunung berapai di Jawa Timur, sangat besar terjadi. Menyikapi kondisi ini, jajaran Kodam V Brawijaya bersama BPBD Provinsi Jawa Timur dan instansi terkait, menggelar latihan terpadu penanggulangan bencana alam gunung meletus selama 3 hari penuh, sejak Selasa (29/5/2012) sampai Kamis (31/5/2012) mendatang.
Lokasi yang dipilih adalah daerah yang paling rawan potensi erupsi gunung berapi, yakni di Kabupten Lumajang. Dalam kegiatan ini, Mayjend TNI Murdjito Pangdam V Brawijaya hadir langsung membuka latihan yang akan difokuskan di wilayah Desa Penanggal, Kecamatan Candipuro yang merupakan daerah dengan radius terdekat dari lokasi kawah Gunung Semeru.
Dalam kegiatan pembukaan ini, Mayjend TNI Murdjito dengan didampingi seluruh jajarannya bersama DR H Sjahrazad Masdar, MA Bupati menggelar apel pembukaan di Alun-Alun Kabupaten Lumajang.
Dimana dalam sambutannya, Jenderal dengan dua bintang di pundaknya ini, menekankan bahwa pelaksanaan latihan terpadu ini digelar untuk mempertajam kesiap-siapakan dan tanggap darurat bencana yang ada di wilayahnya.
“Dalam latihan terpadu ini, kita melibatkan 2.050 prajurit dengan didukung instansi terkait, seperti BPBD Provinsi Jawa Timur, BPBD Kabupaten Lumajang, Tim SAR dan lainnya,” jelas Mayjend TNI Murdjito ketika dikonfirmasi Sentral FM Lumajang, Selasa (29/5/2012).
Melalui latihan terpadu ini, ditegaskan oleh Pangdam V Brawijaya, seluruh personil tahu persis apa yang dilakukan ketika terjadi bencana alam sesungguhnya. Yang menjadi penekanan dalam latihan ini, seluruh prajurit harus tahu apa yang mereka lakukan.
“Apa berbuat apa, siapa bertanggungjawab terhadap siapa dan seterusnya. Itu yang akan kita latih, jangan sampai hanya di tulis-tulis saja. Maka, harus ada prakteknya dan latihan ini yang nantinya akan menjabarkan semuanya,” paparnya.
Pangdam V Brawijaya juga mengungkapkan, alasan kenapa wilayah Kabupaten Lumajang dipilih menjadi lokasi latihan terpdu yang diikuti seluruh prajurit TNI di bawah komandonya, karena wilayah Kota Pisang ini sangat rawan potensi letusan gunung berapi.
Dimana, Kabupaten Lumajang berpotensi bencana dari 3 gunung berapi sekaligus, diantaranya Semeru yang memiliki ketinggian 36876 meter diatas permukaan laut yang merupakan gunung berapi aktif tertinggi di Pulau Jawa, Gunung Lemongan yang juga aktif dan Gunung Bromo.
“Selain itu, di Kabupaten Lumajang saya secara pribadi dan kedinasan sangat apresitif dengan yang telah dilakukan pak Bupati (DR H Sjahrazad Masdar, MA) yang telah tadi menyampaikan sudah ada Kampung Siaga Bencana yang terdiri dari 7 Dusun di lereng Semeru. Hal itu menjadi salah-satu infrastruktur yang diperlukan dan sangat membantu dalam latihan terpadu ini,” papar Mayjend TNI Murdjito di dampingi DR H Sjahrazad Masdar, MA Bupati Lumajang.
Dalam kesempatan yang sama, Pangdam V Brawijaya menyampaikan, latihan terpadu ini sangat penting melibatkan langsung masyarakat di wilayah rawan bencana, untuk menekankan kewaspadaan dan antisipatif.
“Seperti yang saya bilang tadi, di Lumajang sudah ada Kampung Siaga Bencana hingga sikap antisipatif masyarakat sudah terbentuk, Latihan ini, untuk pemanasan, meski kita tidak berharap bencana itu terjadi. Namun, seluruhnya kita harus siap,” urainya.
Mayjend TNI Murdjito juga menyampaikan skenario latihan terpadu yang akan digelar selama tiga hari penuh di wilayah lereng Semeru ini, diantaranya hari pertama menyangkut perencanaan. Sementara memasuki hari kedua akan dilihat dinamikanya.
“Kalau di lapangan sudah ada tanda-tanda terjadinya getaran kecil-kecil. Sedangkan, hari ketiga digambarkan adanya erupsi atau letusan dan bertahap dilakukan evakusi. Sekaligus dilakukan analisa mana saja daerah bahaya. Kemana arah debu dan lahar, itu dipelajari dengan koordinasi instansi terkait,” jlentreh Pangdam V Brawijaya.
Di jajaran Kodam V Brawijaya sendiri, diterangkan Mayjend TNI Murdjito, seluruh prajurit telah dilatih untuk siap dalam penanggulangan bencana. Meski, ada pembagian unsur pembantu pimpinan, diantaranya Dandim ke atas yang diback-up Danramil.
“Dibawahnya ada Babinsa yang telah ditunjuk untuk peka terhadap kondisi alam di wilayah tugasnya,” demikian pungkas Mayjend TNI Murdjito seraya menyebutkan jika potensi bencana tsunami sangat kecil di Jawa Timur.
Dalam kesempatan terpidah, Sudarmawan Kepala BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) Provinsi Jawa Timur menyampaikan, jika pihaknya berkolaborasi dengan unsur TNI melalui pelatihan ini untuk mempersiapkan segala-sesuatu kewaspadaan dan sikap antisipatif menyikapi potensi bencana yang ada.
“Latihan yang digelar unsur TNI ini, memang baru pertama kali digelar di Jawa Timur. Namun, kami dari BPBD Provinsi Jatim bersama BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana) dan BPBD Kabupaten Lumajang sudah beberapa kali melakukan latihan dan simulasi. Apalagi, dokumen kontijensi bencana sudah ada yang akan diterapkan dalam latihan hari ini. Seperti yang disampaikan Pangdam tadi, apa berbuat apa dan siapa bertanggungjawab dengan siapa sudah jelas dan tinggal dipraktekkan,” kata Sudarmawan.
Sedangkan, Drs Rochani Jepala BPBD Kabupaten Lumajang mengatakan, latihan terpadu dari unsur TNI ini akan didukung penuh jajarannya, sesuai dengan skenario yang akan diterapkan selama 3 hari penuh. “Skenario ini akan dilaksanakan tiga hari, sesuai penggambaran peristiwa erupsi sesungguhnya,” terang Drs Rochani.
Lokasi yang dipilih adalah daerah yang paling rawan potensi erupsi gunung berapi, yakni di Kabupten Lumajang. Dalam kegiatan ini, Mayjend TNI Murdjito Pangdam V Brawijaya hadir langsung membuka latihan yang akan difokuskan di wilayah Desa Penanggal, Kecamatan Candipuro yang merupakan daerah dengan radius terdekat dari lokasi kawah Gunung Semeru.
Dalam kegiatan pembukaan ini, Mayjend TNI Murdjito dengan didampingi seluruh jajarannya bersama DR H Sjahrazad Masdar, MA Bupati menggelar apel pembukaan di Alun-Alun Kabupaten Lumajang.
Dimana dalam sambutannya, Jenderal dengan dua bintang di pundaknya ini, menekankan bahwa pelaksanaan latihan terpadu ini digelar untuk mempertajam kesiap-siapakan dan tanggap darurat bencana yang ada di wilayahnya.
“Dalam latihan terpadu ini, kita melibatkan 2.050 prajurit dengan didukung instansi terkait, seperti BPBD Provinsi Jawa Timur, BPBD Kabupaten Lumajang, Tim SAR dan lainnya,” jelas Mayjend TNI Murdjito ketika dikonfirmasi Sentral FM Lumajang, Selasa (29/5/2012).
Melalui latihan terpadu ini, ditegaskan oleh Pangdam V Brawijaya, seluruh personil tahu persis apa yang dilakukan ketika terjadi bencana alam sesungguhnya. Yang menjadi penekanan dalam latihan ini, seluruh prajurit harus tahu apa yang mereka lakukan.
“Apa berbuat apa, siapa bertanggungjawab terhadap siapa dan seterusnya. Itu yang akan kita latih, jangan sampai hanya di tulis-tulis saja. Maka, harus ada prakteknya dan latihan ini yang nantinya akan menjabarkan semuanya,” paparnya.
Pangdam V Brawijaya juga mengungkapkan, alasan kenapa wilayah Kabupaten Lumajang dipilih menjadi lokasi latihan terpdu yang diikuti seluruh prajurit TNI di bawah komandonya, karena wilayah Kota Pisang ini sangat rawan potensi letusan gunung berapi.
Dimana, Kabupaten Lumajang berpotensi bencana dari 3 gunung berapi sekaligus, diantaranya Semeru yang memiliki ketinggian 36876 meter diatas permukaan laut yang merupakan gunung berapi aktif tertinggi di Pulau Jawa, Gunung Lemongan yang juga aktif dan Gunung Bromo.
“Selain itu, di Kabupaten Lumajang saya secara pribadi dan kedinasan sangat apresitif dengan yang telah dilakukan pak Bupati (DR H Sjahrazad Masdar, MA) yang telah tadi menyampaikan sudah ada Kampung Siaga Bencana yang terdiri dari 7 Dusun di lereng Semeru. Hal itu menjadi salah-satu infrastruktur yang diperlukan dan sangat membantu dalam latihan terpadu ini,” papar Mayjend TNI Murdjito di dampingi DR H Sjahrazad Masdar, MA Bupati Lumajang.
Dalam kesempatan yang sama, Pangdam V Brawijaya menyampaikan, latihan terpadu ini sangat penting melibatkan langsung masyarakat di wilayah rawan bencana, untuk menekankan kewaspadaan dan antisipatif.
“Seperti yang saya bilang tadi, di Lumajang sudah ada Kampung Siaga Bencana hingga sikap antisipatif masyarakat sudah terbentuk, Latihan ini, untuk pemanasan, meski kita tidak berharap bencana itu terjadi. Namun, seluruhnya kita harus siap,” urainya.
Mayjend TNI Murdjito juga menyampaikan skenario latihan terpadu yang akan digelar selama tiga hari penuh di wilayah lereng Semeru ini, diantaranya hari pertama menyangkut perencanaan. Sementara memasuki hari kedua akan dilihat dinamikanya.
“Kalau di lapangan sudah ada tanda-tanda terjadinya getaran kecil-kecil. Sedangkan, hari ketiga digambarkan adanya erupsi atau letusan dan bertahap dilakukan evakusi. Sekaligus dilakukan analisa mana saja daerah bahaya. Kemana arah debu dan lahar, itu dipelajari dengan koordinasi instansi terkait,” jlentreh Pangdam V Brawijaya.
Di jajaran Kodam V Brawijaya sendiri, diterangkan Mayjend TNI Murdjito, seluruh prajurit telah dilatih untuk siap dalam penanggulangan bencana. Meski, ada pembagian unsur pembantu pimpinan, diantaranya Dandim ke atas yang diback-up Danramil.
“Dibawahnya ada Babinsa yang telah ditunjuk untuk peka terhadap kondisi alam di wilayah tugasnya,” demikian pungkas Mayjend TNI Murdjito seraya menyebutkan jika potensi bencana tsunami sangat kecil di Jawa Timur.
Dalam kesempatan terpidah, Sudarmawan Kepala BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) Provinsi Jawa Timur menyampaikan, jika pihaknya berkolaborasi dengan unsur TNI melalui pelatihan ini untuk mempersiapkan segala-sesuatu kewaspadaan dan sikap antisipatif menyikapi potensi bencana yang ada.
“Latihan yang digelar unsur TNI ini, memang baru pertama kali digelar di Jawa Timur. Namun, kami dari BPBD Provinsi Jatim bersama BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana) dan BPBD Kabupaten Lumajang sudah beberapa kali melakukan latihan dan simulasi. Apalagi, dokumen kontijensi bencana sudah ada yang akan diterapkan dalam latihan hari ini. Seperti yang disampaikan Pangdam tadi, apa berbuat apa dan siapa bertanggungjawab dengan siapa sudah jelas dan tinggal dipraktekkan,” kata Sudarmawan.
Sedangkan, Drs Rochani Jepala BPBD Kabupaten Lumajang mengatakan, latihan terpadu dari unsur TNI ini akan didukung penuh jajarannya, sesuai dengan skenario yang akan diterapkan selama 3 hari penuh. “Skenario ini akan dilaksanakan tiga hari, sesuai penggambaran peristiwa erupsi sesungguhnya,” terang Drs Rochani.
Sumber : SuaraSurabaya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar