PADANG-(IDB) : Deputi Potensi Basarnas Marsekal Muda TNI Sukarto mengatakan, Sumatera Barat akan menjadi prioritas penempatan kapal cepat milik Badan SAR Nasional, sebagai kesiapsiagaan menghadapi bencana alam. "Kita (Basarnas, red.) sudah mendapatkan alokasi anggaran untuk pembuatan dua unit kapal cepat, satu akan diletakan di Jakarta dan satunya di perairan Sumbar," katanya di Padang, Kamis malam.
Pemprov Sumbar menjamu makan malam peserta Internasional Search dan Rescue Advisory Group (Insarag) Asia-Pasific yang diikuti 120 peserta berasal dari 22 negara. Deputi Potensi Basarnas didampingi Gubernur Sumbar Irwan Prayitno, Ketua INSARAG Tony Frisch dan Sekretaris/Koordinator UN-OCHA Terje Skavdal, Deputi BNPB Harmensyah, dan Kepala BPBD Sumbar Yazid Fadhli.
Pemprov Sumbar menjamu makan malam peserta Internasional Search dan Rescue Advisory Group (Insarag) Asia-Pasific yang diikuti 120 peserta berasal dari 22 negara. Deputi Potensi Basarnas didampingi Gubernur Sumbar Irwan Prayitno, Ketua INSARAG Tony Frisch dan Sekretaris/Koordinator UN-OCHA Terje Skavdal, Deputi BNPB Harmensyah, dan Kepala BPBD Sumbar Yazid Fadhli.
Sukarto menjelaskan, dua kapal cepat Basarnas tersebut sedang pengerjaan di galangan kapal Batam dengan harapan awal tahun depan sudah selesai.Pemilihan untuk penempatan satu kapal di perairan Sumbar, katanya, mengingat potensi gempa diiringi tsunami cukup besar dan jarak menuju Kepulauan Mentawai cukup jauh.
Ia juga mengatakan, kapal yang panjang 59 meter, di atasnya ada tempat pendaratan helikomputer dan diyakini mampu menghadapi gelombang menuju Mentawai.Kendati kapal disandarkan di Padang, dalam operasinya bisa ke selatan dan utara apabila terjadi bencana di wilayah tetangga Sumbar.Jika tahun berikutnya anggaran ditambah lagi, katanya, ditempatkan di daerah yang rawan dan potensi bencana di wilayah Indonesia.
Pada kesempatan itu ia juga mengatakan, pelatihan bersama Insarag cukup bagus, karena dapat saling bertukar pengalaman. Pengalaman termasuk dalam mekanisme penerimaan bantuan dari pihak luar negeri, bagaimana prosesnya bisa cepat, dan tak dikenakan pajak masuk.Ia menjelaskan, selama ini mekanisme penerimaan bantuan asing tetap ada pemeriksaan di Bea Cukai, tapi prosesnya tak terlalu lama dan birokrasinya harus cepat.
Selain itu, katanya, juga digelar pelatihan posko dan bagaimana penanganan dan kesiapan di lapangan."Basarnas melalui eksistensi Insarag dibutuhkan untuk bisa capai level lebih tinggi dari sekarang," ujarnya.
Sekretaris UN-OCHA Terje Skeudal mengatakan, untuk mendapatkan aman dari ancaman bencana perlu dilakukan pembangunan infrastruktur dan peningkatan kapasitas masyarakat.Selain itu, katanya, jika terjadi bencana penanggulangan pelaku utama adalah pemerintah lokal, pemerintah Indonesia, dan akan ada dukungan dari SAR berasal dari negara lainnya.
Ia juga mengatakan, kapal yang panjang 59 meter, di atasnya ada tempat pendaratan helikomputer dan diyakini mampu menghadapi gelombang menuju Mentawai.Kendati kapal disandarkan di Padang, dalam operasinya bisa ke selatan dan utara apabila terjadi bencana di wilayah tetangga Sumbar.Jika tahun berikutnya anggaran ditambah lagi, katanya, ditempatkan di daerah yang rawan dan potensi bencana di wilayah Indonesia.
Pada kesempatan itu ia juga mengatakan, pelatihan bersama Insarag cukup bagus, karena dapat saling bertukar pengalaman. Pengalaman termasuk dalam mekanisme penerimaan bantuan dari pihak luar negeri, bagaimana prosesnya bisa cepat, dan tak dikenakan pajak masuk.Ia menjelaskan, selama ini mekanisme penerimaan bantuan asing tetap ada pemeriksaan di Bea Cukai, tapi prosesnya tak terlalu lama dan birokrasinya harus cepat.
Selain itu, katanya, juga digelar pelatihan posko dan bagaimana penanganan dan kesiapan di lapangan."Basarnas melalui eksistensi Insarag dibutuhkan untuk bisa capai level lebih tinggi dari sekarang," ujarnya.
Sekretaris UN-OCHA Terje Skeudal mengatakan, untuk mendapatkan aman dari ancaman bencana perlu dilakukan pembangunan infrastruktur dan peningkatan kapasitas masyarakat.Selain itu, katanya, jika terjadi bencana penanggulangan pelaku utama adalah pemerintah lokal, pemerintah Indonesia, dan akan ada dukungan dari SAR berasal dari negara lainnya.
"Sampai saat ini teknologi untuk mendeteksi dini gempa belum ada, hanya baru peringatan dini tsunami. Maka peningkatan kemampuan masyarakat dalam kesiapsiagaan bencana terus dilakukan dan belajar ke pengalaman bencana yang telah terjadi," ujarnya.Gubernur Sumbar Irwan Prayitno mengatakan, Insarag merupakan gabungan lembaga SAR yang hanya bergerak dalam konsultasi dan saling tukar pengalaman.
Bantuan yang diberikan, katanya, dalam bentuk tukar menukar pengalaman atau peningkatan kapasitas melalui pelatihan bersama dan bukan mewadahi pemberian bantuan dalam bentuk materiil atau fisik. "Insarag hanya dalam peningkatan sumber daya manusia petugas dalam bidang kebencanaan. Kita berterima kasih telah dipercaya sebagai tuan rumah pelatihan bersama 2012," ujarnya.
Bantuan yang diberikan, katanya, dalam bentuk tukar menukar pengalaman atau peningkatan kapasitas melalui pelatihan bersama dan bukan mewadahi pemberian bantuan dalam bentuk materiil atau fisik. "Insarag hanya dalam peningkatan sumber daya manusia petugas dalam bidang kebencanaan. Kita berterima kasih telah dipercaya sebagai tuan rumah pelatihan bersama 2012," ujarnya.
Sumber : Dephan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar