MEDAN JOHOR-(IDB) : Pangkostrad Letjen TNI AY Nasution (kanan) menyalami penerjun yang membawa bendera Kostrad di Lapangan Cadika Pramuka, Kecamatan Medan Johor, kemarin. Latihan terjun payung Kostrad itu berlangsung singkat akibat bentrok jalur dengan pesawat komersil.
MEDAN – Pelatihan terjun payung oleh prajurit Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrad) terkendala lokasi yang juga dipakai untuk jalur penerbangan komersil pesawat udara di Lapangan Cadika Pramuka,Kecamatan Medan Johor. Akibatnya, latihan terjun payung itu hanya berlangsung sekitar 20 menit.
“Pelatihan hari ini (kemarin) sedikit terganggu karena daerah ini merupakan lintasan penerbangan umum.Jadi,kami hanya diberi waktu 20 menit, tidak sampai setengah jam,” kata Panglima Kostrad (Pangkostrad) Letjen TNI Azmyn Yusri (AY) Nasution di sela-sela acara pelatihan terjun payung prajurit Kostrad di Lapangan Cadika Pramuka,Kecamatan Medan Johor,kemarin.
Menurut dia, karena singkatnya waktu, akhirnya pasukan yang dilibatkan hanya menurunkan 36 penerjun yang dibagi dalam dua tim. Tim pertama payung skuad turun sebanyak 18 orang penerjun. Tak berapa lama, tim kedua militer berjumlah sama turun sambil membawa enam bendera dipimpin oleh Serka Saifullah dari Brigif 17 Kostrad.
Seluruh tim berangkat dari Bandara Polonia Medan dengan menggunakan Hercules CH130 yang turun menuju titik terjun berupa garis silang di tengah lapangan. Meski singkat waktu,pihaknya tetap memilih lokasi Lapangan Cadika Pramuka. Sebab jika dilihat dari koordinatnya minim resiko dibandingkan dengan rencana pelatihan terjun payung jika dilakukan di Lapangan Teladan Medan.
“Dengan ketinggian mencapai 6.000 – 8.000 feet.Resikonya lebih sedikit dibandingkan dengan Lapangan Teladan yang resikonya sangat tinggi jadi di Lapangan Cadika sangat rendah,”ujarnya. Wali Kota Medan Rahudman Harahap yang melihat latihan terjun payung itu berterima kasih atas kehadiran Pangkostrad,Letjen TNI AY Nasution dan anak buahnya yang memilih Kota Medan sebagai wilayah latihan terjun payung di Sumut selama enam hari.
“Terima kasih kepada pasukan Kostrad yang sudah memilih Kota Medan sebagai tempat pelatihan terjun payung,” ucap Rahudman. Sementara dengan pengawalan personil TNI AD, ratusan masyarakat Kota Medan sangat antusias melihat pelatihan terjun payung tersebut secara dekat di Lapangan Cadika Pramuka.
Sementara seorang penerjun, Serka Pepen Suryana yang membawa Bendera Merah Putih mengakui tingkat kesulitan di kawasan Kota Medan sama seperti dengan daerah lainnya yang sudah dilaksanakan di Sumatera Utara. Pria yang sudah terjun sebanyak 960 kali ini mengatakan, perbedaan tim terjun payung skuad dengan militer hanya ada pada beban yang dibawa saat akan terjun.
“Lebih berat menjadi tim terjun militer karena membawa beban berat dibandingkan dengan payung skuad yang tidak membawa beban. Jadi kalau untuk tingkat kesulitannya sama saja,” jelas Pepen yang sudah ikut pelatihan terjun sejak berpangkat prajurit satu. Selain terjun payung, Kostrad juga menggelar atraksi pembebasan tawanan yang disekap di dalam rumah oleh 10 teroris bersenjata jenis R5.
Tim penanggulangan teror (gultor) yang berjumlah 20 orang bersenjata lengkap menaiki mobil jenisPJDdanBTRlangsungmenyergap kawanan teroris. Suara tembakan yang dikeluarkan berkali-kali oleh Tim Gultor mampu membebaskan satu tawanan dan melumpuhkan 10 teroris.
Setelah itu, prajurit Kostrad berencana akan menggelar atraksi pembebasan tawanan dengan menaiki Helikopter Bell 142.Namun,dikarenakan crowded atraksi batal dilaksanakan.
MEDAN – Pelatihan terjun payung oleh prajurit Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrad) terkendala lokasi yang juga dipakai untuk jalur penerbangan komersil pesawat udara di Lapangan Cadika Pramuka,Kecamatan Medan Johor. Akibatnya, latihan terjun payung itu hanya berlangsung sekitar 20 menit.
“Pelatihan hari ini (kemarin) sedikit terganggu karena daerah ini merupakan lintasan penerbangan umum.Jadi,kami hanya diberi waktu 20 menit, tidak sampai setengah jam,” kata Panglima Kostrad (Pangkostrad) Letjen TNI Azmyn Yusri (AY) Nasution di sela-sela acara pelatihan terjun payung prajurit Kostrad di Lapangan Cadika Pramuka,Kecamatan Medan Johor,kemarin.
Menurut dia, karena singkatnya waktu, akhirnya pasukan yang dilibatkan hanya menurunkan 36 penerjun yang dibagi dalam dua tim. Tim pertama payung skuad turun sebanyak 18 orang penerjun. Tak berapa lama, tim kedua militer berjumlah sama turun sambil membawa enam bendera dipimpin oleh Serka Saifullah dari Brigif 17 Kostrad.
Seluruh tim berangkat dari Bandara Polonia Medan dengan menggunakan Hercules CH130 yang turun menuju titik terjun berupa garis silang di tengah lapangan. Meski singkat waktu,pihaknya tetap memilih lokasi Lapangan Cadika Pramuka. Sebab jika dilihat dari koordinatnya minim resiko dibandingkan dengan rencana pelatihan terjun payung jika dilakukan di Lapangan Teladan Medan.
“Dengan ketinggian mencapai 6.000 – 8.000 feet.Resikonya lebih sedikit dibandingkan dengan Lapangan Teladan yang resikonya sangat tinggi jadi di Lapangan Cadika sangat rendah,”ujarnya. Wali Kota Medan Rahudman Harahap yang melihat latihan terjun payung itu berterima kasih atas kehadiran Pangkostrad,Letjen TNI AY Nasution dan anak buahnya yang memilih Kota Medan sebagai wilayah latihan terjun payung di Sumut selama enam hari.
“Terima kasih kepada pasukan Kostrad yang sudah memilih Kota Medan sebagai tempat pelatihan terjun payung,” ucap Rahudman. Sementara dengan pengawalan personil TNI AD, ratusan masyarakat Kota Medan sangat antusias melihat pelatihan terjun payung tersebut secara dekat di Lapangan Cadika Pramuka.
Sementara seorang penerjun, Serka Pepen Suryana yang membawa Bendera Merah Putih mengakui tingkat kesulitan di kawasan Kota Medan sama seperti dengan daerah lainnya yang sudah dilaksanakan di Sumatera Utara. Pria yang sudah terjun sebanyak 960 kali ini mengatakan, perbedaan tim terjun payung skuad dengan militer hanya ada pada beban yang dibawa saat akan terjun.
“Lebih berat menjadi tim terjun militer karena membawa beban berat dibandingkan dengan payung skuad yang tidak membawa beban. Jadi kalau untuk tingkat kesulitannya sama saja,” jelas Pepen yang sudah ikut pelatihan terjun sejak berpangkat prajurit satu. Selain terjun payung, Kostrad juga menggelar atraksi pembebasan tawanan yang disekap di dalam rumah oleh 10 teroris bersenjata jenis R5.
Tim penanggulangan teror (gultor) yang berjumlah 20 orang bersenjata lengkap menaiki mobil jenisPJDdanBTRlangsungmenyergap kawanan teroris. Suara tembakan yang dikeluarkan berkali-kali oleh Tim Gultor mampu membebaskan satu tawanan dan melumpuhkan 10 teroris.
Setelah itu, prajurit Kostrad berencana akan menggelar atraksi pembebasan tawanan dengan menaiki Helikopter Bell 142.Namun,dikarenakan crowded atraksi batal dilaksanakan.
Sumber : Sindo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar